Rumusan Masalah Lokasi penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

dimaksud dengan integrasi dalam penelitian ini adalah bersatunya seluruh anggota keluarga secara utuh yang disebabkan oleh beberapa faktor dan masih erat kaitannya dengan pola keagamaan masing-masing. Pada intinya, penelitian ini dilakukan kepada beberapa keluarga luas di Jalan Galang, Kecamatan Lubuk Pakam. Adapun keluarga luas tersebut adalah Keluarga Siahaan, Keluarga Nadapdap, Keluarga Sihotang, Keluarga Pandiangan, dan Keluarga Lumban Gaol. Anggota keluarga tersebut terdiri dari 3 generasi secara berturut-turut, yaitu kakek nenek, ayah ibu ego, dan cucu laki-laki perempuan yang menganut agama berbeda Kristen-Islam dalam sebuah keluarga luas yang sering ataupun jarang melakukan interaksi secara bertatap muka ataupun yang mengadakan komunikasi secara tidak langsung menggunakan media.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bentuk konflik dan integrasi seperti apa yang terjadi dalam keluarga luas tersebut? 2. Dalam suasana seperti apa konflik dan integrasi tersebut bisa terjadi? Universitas Sumatera Utara

1.3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan Galang, Kecamatan Lubuk Pakam. Lokasi ini dipilih karena di dalamnya terdapat lima keluarga luas Batak Toba dengan anggota keluarga yang menganut agama berbeda. Dengan demikian peneliti lebih mudah menemukan informan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena konflik dan integrasi bagi anggota keluarga luas Batak Toba yang menganut agama berbeda-beda. Fenomena ini dijelaskan melalui pemaparan tentang bentuk konflik dan integrasi seperti apa yang terjadi dalam keluarga luas serta dalam keadaan seperti apa konflik dan integrasi tersebut bisa terjadi. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara praktis ataupun akademis. Manfaat secara praktis dapat memberikan pemahaman mendalam tentang konflik dan integrasi anggota keluarga luas yang anggotanya menganut agama berbeda-beda, sehingga mereka akan semakin memahami perbedaan agama yang dapat menciptakan konflik dan integrasi. Dengan demikian mereka dapat menciptakan keluarga yang lebih harmonis, karena memahami bagaimana cara menciptakan integrasi dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat memicu konflik. Sedangkan manfaat akademisnya adalah untuk memperluas wawasan dan pengetahuan masyarakat, khususnya mahasiswa antropologi. Universitas Sumatera Utara

1.5. Tinjauan Pustaka

Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan sehingga kebudayaan menempati posisi terpusat dalam tatanan hidup manusia Maran, 2000:15. Hal ini disebabkan karena setiap manusia di dunia tidak terlepas dari pola berpikir dan bertingkah laku yang akhirnya berubah menjadi sebuah kebiasaan yang disebut dengan kebudayaan. Meskipun bentuk pola pikir dan tingkah lakunya berbeda-beda, manusia haruslah tetap menjaga hubungan dengan sesamanya agar selalu dapat berinteraksi dengan baik. Salah satu aspek dalam wujud kebudayaan manusia adalah aspek agama. Dalam hal ini pengetahuan dan tingkah laku agama merupakan keseluruhan kompleks dari ide dan segala sesuatu yang dihasilkan manusia dalam pengalaman hidupnya. Termasuk di dalamnya sistem keyakinan, kepercayaan, dan kemampuan serta perilaku keagamaan yang diperoleh manusia sebagai anggota dari sekelompok umat beragama tertentu. Pengetahuan manusia yang berbeda tentang agama sesuai dengan ajaran agama masing-masing diwujudkan ketika mereka berinteraksi dalam satuan sistem sosial, misalnya: keluarga. Hal tersebut mengartikan bahwa agama merupakan bagian dari pola pikir manusia tentang keyakinannya terhadap sebuah kekuatan di luar dirinya sendiri. Pola pikir inilah yang mendorong manusia untuk bertingkah laku dengan cara menganut salah satu agama dan melaksanakan ajaran-ajaran agama masing-masing. Hal ini Universitas Sumatera Utara disebabkan karena di dalam agama terkandung nilai-nilai yang dapat mengarahkan manusia ke arah yang lebih baik dari kehidupan yang mereka alami sebelumnya. Tidak ada manusia yang tidak berbudaya. Hal ini mengartikan bahwa setiap manusia memiliki kebudayaan yang mencerminkan identitas diri di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Kebudayaan dijadikan sebagai bagian dari ciri khas tersendiri, yang dapat membedakannya dengan mahkluk lain di permukaan bumi. Ciri khas tersebut itu pula yang menciptakan keberagaman manusia. Sairin 2001:27 yang mengatakan b ahwa, antropologi memandang agama sebagai salah satu unsur kebudayaan, karena agama yang dianut oleh manusia juga merupakan bagian dari sistem pengetahuan manusia yang berfungsi sebagai pedoman bagi tingkah laku mereka. Dikatakan demikian karena di dalam agama terkandung nilai-nilai yang mengajarkan umatnya untuk selalu berbuat kebaikan. Di dalam “Sejarah Teori Antropologi 1”, Koentjaraningrat menjelaskan lima komponen agama. Adapun komponen agama tersebut adalah emosi keagamaan, sistem keyakinan, sistem ritus dan upacara 1 1 Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi dapat berwujud aktivitas dan tindakan dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan dan penghuni dunia gaib lainnya untuk berkomunikasi. Dalam ritus dan upacara ini diperlukan berbagai macam sarana dan peralatan, seperti: gereja, masjid, alat bunyi-bunyian suci, dan lain-lain. , peralatan ritus dan upacara, dan umat agama. Semua komponen agama di atas merupakan unsur-unsur utama dalam setiap Universitas Sumatera Utara agama. Dengan demikian setiap umat yang menganut agama harus mengetahui dan memahami setiap komponen yang berada di dalamnya. Kebudayaan didefinisikan oleh E.B. Tylor sebagai keseluruhan kompleks dari ide dan segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia dalam pengalaman historisnya. Artinya kebudayaan dapat tercipta berdasarkan pengalaman-pengalaman dalam kehidupannya di masa lampau. Hal tersebut mencakup pengetahuan, agama, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kemampuan serta perilaku lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Definisi tersebut juga dilengkapi oleh Robert H.Lowie seorang pakar antropologi Amerika Serikat. Ia mendefinisikan kebudayaan sebagai segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup agama, adat-istiadat, norma- norma artistik, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan karena kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal atau informal. Artinya kebudayaan dapat diperoleh dari masyarakat yang pernah hidup sebelumnya dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Selain itu Koentjaraningrat 2002:202 juga menyebutkan bahwa kebudayaan memiliki unsur-unsur yang bersifat universal, yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, agama, dan kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut berlaku kepada setiap kelompok etnik tanpa terkecuali. Dalam hal ini ketujuh unsur kebudayaan yang dimiliki oleh setiap Universitas Sumatera Utara kelompok etnik tersebut menjadi ciri khusus yang dapat membedakannya satu sama lain. Christopher Dawson menyatakan bahwa agama sebagai sumber kebudayaan dan dasar kebudayaan sosial. Dalam hal ini Dawson menjelaskan bahwa agama memuat pandangan tentang hakikat dunia dan manusia, serta realitas ilahi yang menjadi dasar dan orientasi hidup manusia di dunia ini. Selain itu, agama juga mempengaruhi sikap dan perilaku manusia karena di dalam agama terdapat ajaran- ajaran yang dapat merubah pola pikir dan diwujudkan dalam bentuk tindakan ataupun pola tingkah laku. Dalam perspektif teologi terdapat standar ganda dalam aspek keagamaan. Standar tersebut yaitu yang menyatakan bahwa agama yang dianut oleh diri sendiri adalah agama yang paling sejati dan asli berasal dari Tuhan, sementara agama lain hanyalah rekayasa manusia atau setidaknya berasal dari Tuhan tetapi telah diubah sesuai dengan kebutuhan manusia. Keadaan yang seperti inilah yang dapat mengakibatkan adanya bentuk klaim kebenaran truth claim. Antara agama yang satu dengan yang lain sehingga memunculkan adanya konflik antar umat beragama Sabri, 1999:4. Suparlan 1982 juga menyebutkan bahwa pada hakekatnya agama adalah sama dengan kebudayaan: yaitu suatu sistem simbol atau sistem pengetahuan yang diciptakan dan menggunakan simbol-simbol untuk berkomunikasi dan juga untuk menghadapi lingkungannya. Simbol-simbol agama digolongkan sebagai simbol suci Universitas Sumatera Utara karena muatan-muatannya penuh dengan sistem-sistem nilai baik, emosi, dan perasaan. Sehingga setiap simbol memiliki makna tersendiri. Dalam artikelnya Paramita menjelaskan bahwa terkadang perbedaan dalam agama selalu ingin disamakan, sedangkan persamaan dalam agama juga selalu dibeda-bedakan. Cukup jelas apabila ada yang mengatakan, bahwa agama bagaikan pisau bermata dua dengan karakteristik baik protagonist - buruk antagonis atau bersifat dualisme. Agama akan cenderung menempah para pemeluk agama yang menerima suatu perbedaan kultur, etnis, teologi, serta rasial. Artinya agama dapat membentuk karakter pemeluk agama. Kebenaran mendasar semua agama akan diterima sebagai bentuk toleransi antar umat beragama majalahhinduraditya.blogspot.com.citra-dualisme-dalam-agama Sistem nilai dalam agama yang pada dasarnya bersumber pada etos dan pandangan hidup ternyata juga dapat menimbulkan konflik dan integrasi di dalam -. Secara umum agama dikatakan sebagai seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya Suparlan, 1982:19. Artinya melalui agama susunan kehidupan masyarakat tidak akan mengalami kekacauan sama sekali. Tetapi mengapa masih selalu terjadi kekacauan di tengah-tengah kehidupan manusia dalam ruang lingkup agama itu sendiri. Padahal di dalam agama itu tertuang aturan dengan muatan-muatan sistem nilai yang pada dasarnya bersumber pada etos dan pandangan hidup. Universitas Sumatera Utara masyarakat. Konflik berasal dari kata kerja Latin “configure” yang berarti saling memukul. Secara sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Sedangkan menurut Gamble Utsman, 2007:16, konflik merupakan bentrokan sikap-sikap, pendapat-pendapat, perilaku-perilaku, tujuan-tujuan dan kebutuhan-kebutuhan yang bertentangan. Adapun sumber penyebab terjadinya konflik menurut Nyi Utsman, 2007:16 adalah: 1kompetisi: satu pihak berupaya meraih sesuatu, dengan mengorbankan pihak lain, 2dominasi: satu pihak berusaha mengatur yang lain sehingga merasa haknya dibatasi dan dilanggar, 3kegagalan: menyalahkan pihak tertentu bila terjadi kegagalan pencapaian tujuan, 4provokasi: satu pihak sering menyinggung perasaan pihak yang lain, 5perbedaan nilai: terdapat patokan yang berbeda dalam menetapkan benar salahnya suatu masalah. Selain itu Kusnaidi juga melihat tahapan konflik yang terdiri atas dua proses, yaitu tahap disorganisasi, yang merupakan tahap kesalahpahaman, norma yang mulai tidak dipatuhi, anggota banyak menyimpang, dan sanksi yang lemah. Sedangkan tahap kedua, yaitu disintegrasi, yang merupakan hal-hal yang penyebab timbulnya emosi rasa benci, suka marah ingin memusnahkan, dan ingin menyerang. Jika pada tahapan integrasi tidak ada solusi, maka akan berlanjut pada tahapan disintegrasi yang artinya akan mengarah kepada perpecahan. Universitas Sumatera Utara Miall 2000 menggambarkan lima pendekatan terhadap konflik berdasarkan perhatian bagi diri sendiri atau tinggi rendahnya perhatian bagi orang lain sebagai berikut: 1. Jika seseorang yang berkonflik dengan orang lain lebih perduli terhadap kepentingan sendiri daripada pihak lain, maka disebut dengan “pertikaian”. 2. Jika mengimplikasikan perhatian yang lebih terhadap kepentingan pihak lain daripada kepentingan sendiri, maka disebut dengan “mengalah”. 3. Jika lebih memilih untuk menghindari konflik dan mengundurkan diri, disebut dengan “menarik diri”. 4. Jika menyeimbangkan perhatian antara diri sendiri dengan pihak lain, serta mencari kompromi dan mencoba mengakomodasikan kepentingan kedua belah pihak, disebut dengan “berkompromi”. 5. Jika seorang yang berkonflik tersebut lebih memilih untuk kepentingan sendiri, tetapi juga menyadari aspirasi dan kebutuhan pihak lain serta berusaha untuk mencari hasil penyelesaian masalah yang kreatif, disebut dengan “ memecahkan masalah” Selain melihat adanya pendekatan konflik, dalam bukunya Miall juga mengemukakan dua jenis konflik, yaitu konflik simetris dan tidak simetris. Konflik simetris merupakan konflik yang muncul antara pihak-pihak yang relatif sama, misalnya konflik antar kelompok minoritas. Sedangkan konflik tidak simetris adalah Universitas Sumatera Utara konflik yang terjadi antara pihak-pihak yang tidak sama, misalnya antara pihak yang minoritas dengan mayoritas. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri http: id.wikipedia.orgwikiKonflik Konflik berangkat dari kondisi kemajemukan struktur masyarakat Utsman, 2007:15. Artinya konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu . interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan adanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Selanjutnya dalam bukunya Nurhadiantomo 2004 mengatakan bahwa konflik senantiasa melekat dalam setiap masyarakat, tetapi makna konflik tergantung dari tingkat intensitasnya. Pertama, bentuk konflik yang paling ringan adalah Universitas Sumatera Utara perbedaan pendapat yang jika dikelola dengan baik justru akan bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Kedua, adalah unjuk rasa atau demonstrasi a protest demonstrant yang tidak menggunakan kekerasan. Munculnya demonstrasi ini diakibatkan karena adanya perbedaan pendapat yang tidak memiliki proses dengan baik atau proses negosiasi tidak mencapai kesepakatan. Ketiga, adalah kerusuhan riot yaitu semacam demonstrasi yang diwarnai dengan kekerasan fisik, yang muncul karena unsur kesengajaan terencana maupun spontanitas. Keempat, yaitu serangan bersenjata yang merupakan konflik dengan intensitas yang paling tinggi. Lebih lanjut lagi Paul Conn Utsman, 2007:26, mengatakan bahwa struktur konflik dibedakan menjadi dua, yaitu konflik menang-kalah zero-sum conflict dan konflik menang-menang non-zero-sum conflict. Konflik menang-kalah adalah kedua belah pihak dan atau para pihak yang berkonflik mempunyai sifat antagonistik sehingga tidak memungkinkan untuk kompromi. Sedangkan konflik yang kedua adalah konflik menang-menang, dimana dalam konflik ini kedua belah pihak dan atau para pihak yang berkonflik memungkinkan untuk mengadakan kompromi atau perundingan. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Kata “integrasi” berasal dari bahasa latin “integer”, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologis tersebut, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat www.artikata.comarti-330868- Universitas Sumatera Utara integrasi.html 1. Integrasi normatif, yaitu suatu ikatan sosial yang terjadi karena adanya suatu kesepakatannterhadap nilai-nilai dan norma-norma dasar. Dari dimensinya integrasi ini disebut dengan integrasi budaya. . Dalam hal ini tersirat bahwa hal pokok dari integrasi adalah karena adanya keanekaragaman. Keanekaragaman ini boleh dalam satuan individu, keluarga ataupun institusi-institusi lainnya. Integrasi memiliki dua pengertian, pertama, pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu. Kedua, membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu. Proses integrasi akan berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh norma-norma sosial dan adat istiadat yang baik. Norma-norma sosial merupakan unsur yang mengatur perilaku dengan mengadakan tuntutan mengenai bagaimana orang harus bertingkah laku Simanihuruk, 15-16. Komisi Ilmu-ilmu Sosial Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia KIS-AIPI Nurhadiantomo, 2004:35, menyatakan tiga konsep integrasi dalam sebuah sistem sosial, yaitu: 2. Integrasi fungsional, yaitu suatu ikatan sosial yang didasarkan pada situasi saling ketergantungan fungsional antara unsur yang satu dan yang lainnya. Integrasi ini lebih berdimensi ekonomi. 3. Integrasi koersif, yaitu suatu ikatan yang terjadi karena adanya kekuatan yang memaksa. Integrasi ini dimasukkan dalam dimensi politik. Universitas Sumatera Utara Nurhadiantomo 2004:36-37 menjelaskan bahwa secara teoritis, ketiga sifat integrasi tersebut juga harus ada yang dipertahankan dan tidak dipertahankan keseimbangannya. Apabila keseimbangannya tidak terjaga, maka hal-hal yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: a. Bila integrasi normatif terlalu lemah, akan terjadi sektarianisme dan primordialisme 2 . Akibatnya adalah akan selalu terancam konflik laten yang sewaktu-waktu akan meledak ke permukaan dalam bentuk kerusuhan sosial yang tidak rasional dan emosional. Sebaliknya jika integrasi normatif terlalu kuat maka akan menimbulkan chauvinism dan eksklusivisme 3 b. Bila integrasi fungsional lemah, artinya tidak ada ketergantungan antar satu golongan dengan golongan lain. Kemungkinan yang terjadi adalah golongan tertentu akan memborong semua fungsi yang ada, sementara golongan lainnya tidak memiliki fungsi ataupun posisi. Sebaliknya, bila integrasi fungsional lebih kuat, maka setiap golongan akan bersifat terikat dan kehilangan kemandiriannya. yang akan menghambat proses globalisasi. 2 Sektarianisme didefinisikan dalam sosiologi agama sebagai suatu pandangan dunia yang menekankan keabsahan unik dari kredo dan praktik-praktik orang percaya dan hal itu meningkatkan ketegangan dengan masyarakat yang lebih luas melalui tindakan mereka membangun praktik-praktik yang menegaskan batas pemisahnya. Sedangkan primordialisme adalah perasaan kesukuan yg berlebihankarena adanya rasa tanggung jawab akan suku sendiri sumber:id.wikipedia.orgwikisekte- 41k-similar pages 3 Chauvinisme yaitu paham kebangsaan yang sempit dengan menganggap hanya bangsanya yang paling superior dan berakibat fatal bagi negara-negara lain. Sedangkan eksklusivisme adalah paham yg mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat sumber:celotehsaya4.wordpress.com20080401 Universitas Sumatera Utara c. Bila integrasi koersif terlalu lemah, akan menimbulkan adanya sikap anarkis, dimana setiap orang golongan akan memaksakan kehendak sendiri tanpa memperdulikan aturan-aturan dan kebudayaan yang sudah terbentuk. Sebaliknya, integrasi koersif yang terlalu kuat akan memaksa golongan lainnya untuk terintegrasi yang menjurus kepada otoritarianisme. 4 Penelitian ini melihat keanekaragaman tersebut dalam bentuk satuan keluarga. Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Di dalam ilmu sosiologi Khairuddin, 1997:19 dijelaskan ada 2 bentuk keluarga, yaitu keluarga inti Nuclear Family dan keluarga luas Extended Family. Keluarga inti dapat didefinisikan dengan keluarga kelompok atau keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum dewasa atau belum kawin. Sedangkan keluarga luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan keluarga yang lebih luas daripada hanya ayah, ibu, dan anak-anaknya. Dengan adanya suatu perkawinan, maka anak yang kawin memisahkan diri dari orang tuanya atau keluarga intinya. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah keluarga luas Batak Toba yang terdiri dari beberapa anggota keluarga penganut agama berbeda Kristen-Islam. 4 Anarkis adalah suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuhsuburkan penindasan terhadap kehidupan. Sedangkan otoritarianisme adalah faham untuk menguasaimemerintah orang lain karena adanya hak kekuasaan sumber:id.wikipedia.orgwikiAnarkisme-131.k-similar pages. Universitas Sumatera Utara Selain itu Burgess dan Locke juga mengemukakan pendapatnya mengenai definisi keluarga berdasarkan 4 karakteristik keluarga yang terdapat pada semua keluarga. Menurut mereka, keluarga adalah suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami isteri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan, dan merupakan pemelihara kebudayaan bersama Khairuddin, 1997:17.

1.6. Metode Penelitian