2.4. SEJARAH DAN PROFIL KELUARGA PANDIANGAN
Keluarga Pandiangan sudah ada 57 tahun lamanya, terbentuknya keluarga ini pada tahun 1955. Jumlah anggota keluarga secara keseluruhan adalah 35 orang.
Keluarga ini terbentuk dari keluarga inti D. Pandiangan Alm S.Br. Tambunan Alm, yang kemudian memiliki tujuh orang anak, yaitu: C.Br. Pandiangan, L.Br.
Pandiangan, B. Pandiangan, B.Br. Pandiangan, J. Pandiangan, M. Pandiangan, dan N.Br. Pandiangan. Berikut adalah masing-masing sejarah dan profil keluarga inti
tersebut:
2.4.1. Keluarga D. Pandiangan Alm S.Br. Tambunan Alm
D. Pandiangan Alm bertemu dengan S.Br. Tambunan Alm ketika S.Br. Tambunan Alm datang berkunjung ke rumah salah satu kerabatnya di Lubuk Pakam
yang juga merupakan kampung halaman D. Pandiangan Alm. Hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk menikah pada tahun 1955.
Pernikahan mereka berlangsung di Lubuk Pakam sesuai dengan prosesi pernikahan Adat Batak Toba. Setelah menikah mereka tinggal dan menetap di Lubuk
Pakam dan keduanya bekerja sebagai petani padi di lahan yang diwariskan kedua orang tua D. PandianganAlm secara keseluruhan, sebab D. Pandiangan Alm
adalah anak tunggal. Saat ini keluarga D. Pandiangan Alm S.Br. Tambunan sudah memiliki banyak angggota keluarga, sebab ketujuh orang anaknya sudah menikah dan
memilki anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Keluarga H. Siringo-Ringo C.Br. Pandiangan
H. Siringo-ringo menikah dengan C.Br. Pandiangan adalah sama-sama penduduk Lubuk Pakam. Hubungan mereka berawal dari pertemanan biasa karena
dongan sahuta kawan sekampung. Setelah berpacaran mereka menikah pada tahun 1983 dan berlangsung di Lubuk Pakam sesuai dengan pernikahan Adat Batak Toba.
Setelah menikah orang tua H. Siringo-ringo memberikan lahan untuk dioalah dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari di Lubuk pakam.
Selain memiliki lahan pertanian yang ditanami dengan padi, keluarga ini juga memiliki beberapa ekor kerbau yang dipelihara sendiri. Kerbau dipelihara dibelakang
rumahnya dengan membuat beberapa kandang. Rerumputan yang menjadi makanan pokok kerbau diambil dari perkebunan sawit yang tidak jauh dari rumahnya. Selain
itu rumput juga diambil dari sawahnya ketika sawah sedang tidak ditanami padi. Saat ini keluarga mereka sudah memiliki 3 orang anak, yaitu yang pertama
Manogu Siringo-ringo yang berusia 28 tahun. Sekarang ia bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan internasional di Pulau Batam. Sedangkan adiknya yang
pertama adalah Rosenti yang sudah berusia 27 tahun. Ia adalah seorang bidan lulusan Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam. Sekarang sudah bekerja sebagai PNS di
Tiga Juhar, Silindak. Ia menikah dengan J. Sitorus yang bekerja sebagai wartawan dan sudah memiliki seorang anak bernama Karin. Sedangkan adiknya yang paling
kecil bernama Gusna yang sudah berusia 25 tahun juga sudah menikah dengan T. Purba dan tinggal di Siantar yang bekerja sebagai petani padi
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Keluarga G. Parhusip L.Br. Pandiangan