adiknya Raymond berusia 38 tahun yang sudah menikah dengan J.Br. Lumban Raja. Dan adik mereka yang paling kecil adalah Elfrida Sihotang berusia 35 tahun yang
sudah menikah dengan U. Panjaitan.
3.3. Keluarga D. Tumanggor C.Br. Sihotang
Pernikahan D. Tumanggor dengan C.Br. Sihotang diawali dengan perbedaan agama yang sangat kontras. Pernikahan mereka tidak diketahui oleh seluruh anggota
keluarga C.Br. Sihotang. Artinya mereka menikah dengan restu keluarga secara sepihak, yaitu keluarga D. Tumanggor saja. Hingga pada tahun 1984 mereka datang
ke Pakkat untuk meminta restu kepada keluarga C.Br. Sihotang, yaitu setelah mereka memiliki seorang anak laki-laki.
Ketika mereka datang seluruh anggota keluarga C. Br. Sihotang, termasuk kerabat-kerabat dekatnya yang lain tidak dapat berkata apa-apa. Namun mau tidak
mau seluruh anggota keluarga harus memberi restu karena tidak mungkin lagi memisahkan mereka sebab sudah memiliki anak. Selang sepuluh tahun kemudian
setelah kunjungan pertama, mereka melakukan kunjungan kedua. Dalam kunjungan yang kedua ini mereka mengadakan pesta adat pasahat sulang pahompu pesta adat
yang dilakukan setelah pasangan pengantin sudah memilki anak. Setelah itu mereka kembali ke Aceh dan menetap di sana. Sekarang mereka sudah memiliki 3 orang
anak, yaitu Andi Tumanggor, Willy Tumanggor, dan Ardi Tumanggor.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Keluarga K. Siahaan H.Br. Sihotang
K. Siahaan bertemu dengan H.Br. Sihotang pada tahun 1953 tepatnya di onan pasar tradisonal Pakkat. Pada saat itu K. Siahaan adalah sedang membantu orang
tuanya berdagang pisang. Sedangkan H.Br. Sihotang sedang berbelanja dengan teman-temannya. Mereka bertemu di lokasi tempat K. Siahaan berdagang pisang,
yaitu ketika salah seorang temannya ingin membeli pisang kepok yang dijadikan sebagai bahan membuat kolak di rumahnya bersama-sama. Perkenalan mereka
berlanjut dengan seringnya K. Siahaan bermain ke rumah H.Br. Sihotang. Pada tahun 1954 mereka menikah di Pakkat sesuai dengan prosesi pernikahan
Adat Batak Toba. Di sana K. Siahaan tetap bekerja sebagai pedagang pisang, yaitu meneruskan pekerjaan orang tuanya yang sudah meninggal, sedangkan H.Br.
Sihotang bekerja sebagai petani sayur-sayuran di atas lahan yang diberikan orang tuanya. Namun hingga pada saat ini keluarga ini belum memiliki keturunan, sehingga
mereka hanya tinggal berdua di rumahnya tersebut.
3.5. Keluarga D. Sihotang L.Br. Sinaga