commit to user 76
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Letak dan Luas
a. Letak Kecamatan Jaten terlrtak antara 7
31’14’’LU – 7 36’51’’LU dan
110 51’40’’BT – 110
55’58’’BT. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-343, dan lembar 1408-344, secara administratif Kecamatan Jaten termasuk
bagian dari Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini terletak lebih kurang 5 km dari Ibukota Kabupaten Karanganyar dan 300 meter
dari Kota Surakarta. Kecamatan Jaten berbatasan dengan 4 kecamatan yaitu: 1. sebelah utara : Kecamatan Kebakkramat
2. sebelah selatan : Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo
3. sebelah barat : Kecamatan Jebres, Kota Surakarta 4. sebelah timur : Kecamatan Tasikmadu dan Karanganyar
Administrasi Kecamatan Jaten dapat dilihat pada peta administratif yang dipresentasikan dalam Peta 3 halaman 59.
b. Luas Berdasarkan hasil interpretasi citra IKONOS dan perhitungan dengan
menggunakan SIG, secara administratif Kecamatan Jaten memiliki luas wilayah 2.301 Ha yang dibagi menjadi 8 desa. Desa yang paling luas adalah Desa Sroyo
dengan luas wilayah 418 Ha 18,12 dari luas Kecamatan Jaten keseluruhan, dan desa yang paling kecil adalah desa Jetis yaitu seluas 230 Ha 10,05. Luas
masing- masing desa dapat disimak pada tabel 5.
commit to user 77
commit to user 78
Tabel 5. Nama Desa dan Luasnya di Kecamatan Jaten NO
Nama Desa Luas
Ha 1
Sroyo 418
18,12 2
Jetis 230
10,05 3
Brujul 259
11,17 4
Jati 282
12,3 5
Dagen 244
10,53 6
Ngringo 358
15,57 7
Jaten 252
10,87 8
Suruhkalang 258
11,39 Jumlah
2.301 100
Sumber : Interpretasi citra IKONOS dan hasil perhitungan
2. Iklim
Iklim merupakan gambaran keadaan rata-rata cuaca suatu tempat dalam waktu yang panjang dengan periode 10 tahunan hingga 30 tahunan. Iklim
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ; angin, intensitas curah hujan, temperatur, letak, jarak dari matahari dan tinggi suatu tempat.
Klasifikasi iklim yang sering digunakan di Indonesia adalah klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson serta Oldeman. Klasifikasi iklim dalam penelitian
ini menggunakan klasifikasi dari Schmidt dan Ferguson dengan berdasarkan nilai Q Quotien, yaitu dengan menghitung perbandingan antara rata-rata bulan basah
dengan rata-rata bulan kering. Penentuan bulan basah dan bulan kering menggunakan klasifikasi dari
Mohr, yaitu: 1 Bulan basah adalah bulan dengan rata-rata curah hujan lebih besar dari 100
mm. Pada bulan basah, curah hujan lebih besar dari penguapan yang terjadi. 2 Bulan lembab adalah bulan dengan rata-rata curah hujan antara 60
– 100 mm. Pada bulan ini, curah hujan kurang lebih sama dengan penguapan yang terjadi.
commit to user 79
3 Bulan kering adalah bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 60 mm. Pada bulan kering, curah hujan lebih kecil dari penguapan yang terjadi.
Wisnubroto, 1983 : 74 Penggolongan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson berdasarkan nilai Q
Quotient dinyatakan dalam persen , dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Berdasarkan besarnya nilai Q, tipe curah hujan di Indonesia dibagi menjadi 8 golongan yaitu : Sangat basah very wet, basah wet, agak basah fairly wet,
sedang fair, agak kering fairly dry, kering dry, sangat kering very dry, dan luar biasa kering extremely dry. Data curah hujan mm rata-rata Kecamatan
Jaten selama 10 tahun dari tahun 1999 sampai 2008 dapat dilihat pada Tabel 6. Data curah hujan dari Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar dipakai
untuk mewakili curah hujan di lokasi penelitian dipresentasikan pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui jumlah curah hujan tertinggi adalah pada
Tahun 1999 sebesar 2453 mm. Jumlah bulan basah paling banyak berada pada Tahun 1999 yaitu sebanyak 8 bulan. Adapun jumlah bulan kering paling banyak
pada Tahun 2002 yaitu sebanyak 8 bulan. Tabel 6. Klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson
No. Tipe
Nilai Sifat
1. A
0,000 ≤ Q 0,143
Sangat basah very wet 2.
B 0,143 ≤ Q 0,333
Basah wet 3.
C 0,333 ≤ Q 0,600
Agak basah fairly wet 4.
D 0,600 ≤ Q 1,000
Sedang fair 5.
E 1,000 ≤ Q 1,670
Agak kering fairly dry 6.
F 1,670 ≤ Q 3,000
Kering dry 7.
G 3,00
0 ≤ Q 7,000 Sangat kering very dry
8. H
7,000 ≤ Q Luar biasa kering extremely dry
Sumber : Wisnubroto, 1983 : 7
100 basah
bulan rata
- Rata
kering bulan
rata -
Rata Q
Tabel 7. Curah hujan Kecamatan Jaten tahun 1999 – 2008
No Bulan
Curah hujan mm Jumlah
mm Rata-rata
mm
Tahun
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
1 Januari
378 209
193 108
148 245
264 305
176 352
2378 237,8
2 Pebruari
419 193
208 189
257 298
285 299
481 2629
262,9
3 Maret
321 916
266 109
174 126
317 192
289 350
3060 306,0
4 April
212 431
271 36
50 111
28 128
280 166
1713 171,3
5 Mei
137 32
82 61
39 351
35,1
6 Juni
54 33
96 15
198 19,8
7 Juli
33 33
3,3
8 Agustus
19 21
21 61
6,1
9 September
4 18
25 65
24 136
13,6
10 Oktober
203 343
66 69
45 75
90 290
1181 118,1
11 Nopember
313 153
114 94
139 203
161 12
206 260
1655 165,5
12 Desember
393 79
97 206
344 252
176 211
268 2026
202,6
Jumlah 2453
2106 1254
684 1000
1413 1556
1159 1629
2067
Jumlah Bulan Basah 8
5 5
3 5
6 5
5 6
7 55
5,5
Jumlah Bulan Lembab 2
2 1
1 3
1 1
11 1,1
Jumlah Bulan Kering 4
7 5
7 6
5 4
6 5
5 54
5,4
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar 2008 dan Hasil perhitungan.
commit to user Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa:
rata-rata bulan basah
5 ,
5 10
7 6
5 5
6 5
3 5
5 8
rata-rata bulan kering
4 ,
5 10
5 5
6 4
5 7
5 7
4
dari rata-rata bulan basah dan rata-rata bulan kering dapat ditentukan tipe curah hujan menurut metode Schmidt-Ferguson dengan perhitungan sebagai berikut:
Q = 100
5 ,
5 4
, 5
= 98,18 = 0,98
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Q, kemudian dikonsultasikan dengan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson dapat diketahui bahwa tipe iklim di
daerah penelitian adalah tipe D atau sedang. Di daerah yang beriklim D biasanya terdapat 3-5 bulan basah yang berurutan dalam setahun sehingga cocok untuk
pertanian padi yang membutuhkan banyak air. Besarnya nilai Q dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 14. Grafik Tipe Curah Hujan Daerah Penelitian
commit to user
3. Tanah