Swasembada Beras Sistem Informasi Geografis SIG

commit to user Menurut Khudori 2008 : 91, angka kebutuhan beras perkapita nasional menurut BPS pada tahun 2005 adalah sebesar 136,3 kg perkapita per tahun. Menurut FAO, konsumsi beras perkapita adalah 133 kg,

10. Swasembada Beras

Swasembada self suffiency, bisa diartikan kemampuan untuk memenuhi seluruh kebutuhan dari produk sendiri. Itu artinya swasembada terkait erat dengan keseimbangan antara pasokan supply dan permintaan demand, http:www.wordpress.com. Menurut menteri pertanian Anton Apriyantono, mencukupi 90 kebutuhan beras dari dalam negeri berarti kondisi swasembada telah tercipta Republika Online - Senin, 09 Oktober 2006 Dalam penelitian ini swasembada yang dimaksud adalah swasembada seperti pengertian yang pertama diatas, yaitu tepenuhinya seluruh kebutuhan beras di Kecamatan Jaten oleh produksi beras dari lahan pertanian dari Kecamatan Jaten sendiri.

11. Sistem Informasi Geografis SIG

Sistem Informasi Geografis SIG, terjemahan dari Geographical Information Sistem GIS merupakan teknologi informasi spasial dengan bantuan komputer dan perangkat lunak yang mempunyai tugas pokok menyimpan, pembaharuan, manipulasi dan penyajian semua bentuk informasi yang bereferensi geografi sesuai dengan peruntukkanya. SIG dan penginderaan jauh mempunyai kemampuan yang bersifat komplementari, dimana penginderaan jauh dapat merekam data atau informasi permukaan bumi dengan lebih cepat dan baru yang manfaatnya dapat lebih ditingkatkan dengan SIG, dalam hal ini kemampuan SIG adalah memadukan antara data digital penginderaan jauh dengan data lain baik peta maupun data tabular, Prahasta 2001:51. Dengan beberapa kemampuan yang dimiliki tersebut maka akan didapatkan informasi yang baru dari hasil analisis data menggunakan SIG. Perubahan lingkungan sering berlangsung secara cepat, maka perlu suatu sistem informasi untuk pengumpulan data, pemrosesan data dan alat untuk mengkaji secara cepat pula. Untuk tujuan tersebut diperlukan metode yang praktis commit to user yaitu pengumpulan data melalui teknik penginderaan jauh yang disertai dengan uji lapangan secara selektif memberikan keuntungan dalam biaya dan waktu bila dibandingkan dengan pemetaan secara terestrial. Data penginderaan jauh dapat memberikan gambaran nyata permukaan bumi dan persebarannya secara keruangan, sehingga setelah diolah dengan menggunakan SIG akan menjadi data yang efektif dsan efisien dalam menyajikan informasi geografis. Penginderaan jauh tidak pernah lepas dari Sistem Informasi Geografi SIG. Data spasial hasil penginderaan jauh merupakan salah satu data dasar yang dipergunakan dalam analisis SIG. SIG sangat baik dalam proses manajemen data, baik itu data atribut maupun data spasialnya. Integrasi antara data spasial dan data atribut dalam suatu sistem terkomputerisasi yang bereferensi geografi merupakan keunggulan dari SIG. Dengan SIG pengguna dapat membawa, meletakkan, dan menggunakan data yang ada ke dalam sebuah bentuk model representasi miniatur permukaan bumi untuk kemudian dimanipulasi, dimodelkan, atau dianalisis baik secara tekstual, secara spasial maupun kombinasinya hingga akhirnya disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan. SIG mempunyai kemampuan untuk melakukan berbagai fungsi analisis. Menurut Aronoff 1989 kemampuan analisis SIG dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Pengukuran, query spasial dan fungsi klasifikasi 2. Fungsi overlay 3. Fungsi Neighbourhood 4. Fungsi Network 5. Fungsi 3D Analyst Pengkajian ini menggunakan analisis pengukuran measurement analisis dan analisis overlay. Pengukuran merupakan fungsi yang mengeksplor data tanpa perubahan yang mendasar dan biasanya dilakukan sebelum melakukan analisis data. Fungsi Pengukuran mencakup pengukuran jarak suatu obyek, luas area 2 dimensi dan volume 3 dimensi. Overlay merupakan fungsi yang menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi masukannya. commit to user sumber: www.Centerpoint.Co.Id. Analisis pengukuran dan analisis overlay ini diarahkan untuk mengetahui luas lahan pertanian, hubungannya dengan produksi, kebutuhan beras dan swasembada di Kecamatan Jaten. Untuk dapat melakukan berbagai analisis tersebut tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Masukan Data Data Input Subsistem masukan data bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dan mengkonversi atau mentransformasikan format- format data aslinya ke dalam format yang dapat dibaca atau digunakan oleh perangkat SIG. Data Input dalam penelitian ini adalah Citra IKONOS Kecamatan Jaten. Data yang diperoleh dari hasil interpretasi citra IKONOS berupa data sebaran penggunaan lahan pertanian, data ini merupakan data spasial yang bersifat keruangan. Agar dapat diolah menggunakan SIG maka data spasial tersebut perlu ditambahkan data lain yang berifat atribut yaitu data kependudukan. Agar dapat dianalisis dengan menggunakan SIG yang berbasis komputer maka interpretasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara digitasi layar on screen digitizing pada citra IKONOS soft copy. Untuk membantu proses interpretasi digunakan pula peta RBI sebagai acuan dalam melakukan digitasi, terutama berkaitan dengan batas administrasi. Data hasil digitasi ini kemudian dibuat peta sementara dan mementukan titik sampel untuk uji ketelitian interpretasi citra IKONOS. b. Pengolahan Data Subsistem pengelolaan data pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk menimbun dan menarik kembali dari arsip data dasar. Pengorganisasian data dalam bentuk arsip dapat dimanfaatkan dalam subsistem pengelolaan data. commit to user Data yang diolah pada SIG ada 2 macam yang biasanya disebut data geospasial yaitu terdiri dari data spasial dan data non-spasial. Data spasial adalah data yang berhubungan dengan kondisi geografi misalnya sungai, wilayah administrasi, penggunaan lahan, jalan dan sebagainya. Data spasial bisa didapatkan dari peta, foto udara, citra satelit, dan lain-lain. Data non-spasial atau biasanya disebut dengan atribut, yaitu data yang berupa teks atau angka. Data non-spasial ini akan menerangkan data spasial atau sebagai dasar untuk menggambarkan data spasial. Dari data nonspasial ini nantinya dapat dibentuk data spasial. Misalnya jika ingin menggambarkan peta kebutuhan beras penduduk maka diperlukan data jumlah penduduk dari masing-masing desa data non-spasial, dari data tersebut nantinya dapat menggambarkan peta kebutuhan beras penduduk untuk masing-masing desa di Kecamatan Jaten. c. Manipulasi dan Analisis Data Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG dan melakukan manipulasi serta pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. Data yang digunakan dalam proses analisis ini yaitu data penggunaan lahan tahun 2009 dari hasil interpretasi citra IKONOS, dan data kependudukan dari BPS. Dari data penggunaan lahan akan didapatkan data luas sawah yang nantinya akan menghasilkan data produksi beras, dari data jumlah penduduk akan menghasilkan data kebutuhan beras. Dari data produksi dan kebutuhan beras maka akan dapat diketahui bagaimana keadaan swasembada beras di Kecamatan Jaten tahun 2009. d. Keluaran Data Data Output Subsistem ini berfungsi untuk menanyakan informasi maupun hasil analisis data geografi secara kualitatif maupun kuantitatif. Keluaran Sistem Informasi Geografi SIG dapat berupa cetakan hardcopy, rekaman commit to user softcopy, dan tayangan display. Keluaran data dalam pengkajian ini berupa peta cetakan. Data spasial dan data atribut setelah diolah menggunakan SIG maka akan menjadi data yang menyajikan informasi baru yaitu berupa peta swasembada beras di Kecamatan Jaten. Data ini nantinya dapat digunakan sebagai masukkan untuk menentukan kebijakan dalam mengatasi masalah perberasan di Kabupaten Karanganyar khususnya di Kecamatan Jaten, juga kebijakan dalam pengelolaan wilayah yang berkaitan dengan tata ruang. Perangkat lunak software yang digunakan dalam melakukan berbagai analisis ini adalah software Arc-View. Arc-View adalah salah satu perangkat lunak SIG yang paling popular dan paling banyak digunakan untuk mengelola data spasial. Software ini dibuat oleh ESRI Environmental Systems Research Institute, perusahaan yang mengembangkan program Arc info. Dengan Arc- View kita dengan mudah melakukan input data, menampilkan data, mengelola data, menganalisis data, dan membuat peta serta laporan yang berkaitan dengan data spasial bereferensi geografis. Arc-View lebih memfokuskan perhatian pada struktur data vektor. Namun demikian, Arc-View juga mempunyai kemampuan untuk menganalisis data berbasis raster grid dan citra penginderaan jauh.

B. Penelitian yang Relevan