Diksi Struktur Fisik yang Terdapat dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta

commit to user 44

B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Kumpulan puisi yang dianalisis merupakan kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz. Kumpulan puisi tersebut dianalisis struktur atau unsur-unsur puisi yang membangunnya. Penelitian ini juga membahas tentang kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai alternatif materi pembelajaran apresiasi puisi jenjang SMP. Analisis data selengkapnya dapat dilihat dari paparan berikut ini.

1. Struktur Fisik yang Terdapat dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta

karya Abdurahman Faiz. Struktur fisik yang terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta saling terkait satu dengan yang lain. Keterkaitan ini bersifat saling membangun untuk membentuk keutuhan puisi. Berikut ini hasil penelitian struktur fisik kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz.

a. Diksi

Diksi yang digunakan penyair dalam puisi-puisinya dilakukan dengan menggunakan kata-kata puitis. Namun sebagian puisinya juga menggunakan kata-kata yang jelas seperti bahasa sehari-hari. Pilihan kata yang digunakan penyair tersebut digunakan untuk mengomunikasikan maksud penyair kepada pembaca. Penggunaan kata-kata puitis terdapat dalam beberapa puisi yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu puisi yang berjudul Ayah Bundaku, Kepada Guru, Dari Seorang Anak Irak dalam Mimpiku untuk Bush, Doa untuk Semua Tukang Sampah di Dunia, Ayah, Anak Televisi, Balada Sri dan Nirmala, Penyair, Sahabatku Buku, dan Sajak Anti Perang. Kata-kata puitis tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut: Bunda engkau adalah rembulan yang menari Ayah engkau adalah matahari yang menghangatkan Ayah bunda kucintai kau berdua seperti aku commit to user 45 mencintai surga AIPC: 12 Penyair dalam kutipan puisi Ayah Bundaku di atas menggunakan kata- kata puitis yang sangat jelas terlihat pada bait pertama, kedua, dan ketiga. Penyair mengomunikasikan maksudnya kepada pembaca bahwa ia mengibaratkan ayah dan bundanya seperti rembulan yang menari dan matahari yang selalu memberi kehangatan. Penyair juga mengomunikasikan maksudnya bahwa ia sangat mencintai ayah bundanya dengan menggunakan kata-kata seperti aku mencintai surga. Pilihan kata mencintai surga yang digunakan penyair tersebut sangat menyiratkan perasaan yang dimiliki oleh penyair sehingga menambah keindahan puisinya. Pilihan kata yang puitis juga digunakan penyair dalam puisinya yang berjudul Kepada Guru. Kata-kata puitis tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut: Aku selalu bermimpi matahari telah melahirkan para guru dan guru melahirkan banyak matahari hingga matahari tak lagi sendiri Matahari tak pernah sendiri, guru ia selalu ada bersamamu hangatkan cinta yang tumbuh dan menyinari cakrawala kecilku selalu AIPC: 14 Penyair memilih kata matahari untuk mengomunikasikan kepada pembaca bahwa betapa hebatnya matahari dalam kehidupan, seperti yang diceritakan dalam puisinya. Maksud yang dimiliki penyair akan kehebatan matahari dalam menyinari dunia diungkapkan dalam bait terakhir bahwa matahari dapat menghangatkan cinta yang tumbuh dan menyinari cakrawala kecilnya. Kalimat tersebut semakin menambah keindahan puisi penyair yang berjudul Kepada Guru tersebut. commit to user 46 Kata-kata puitis juga masih digunakan penyair dalam puisinya yang berjudul dari Seorang Anak Irak dalam Mimpiku untuk Bush. Kata-kata puitis tersebut dapat dilihat pada bait pertama dan keempat pada kutipan berikut: Mengapa kau biarkan anak-anak meneguk derita peluru-peluru itu bicara pada tubuh kami dengan bahasa yang paling perih Kini kami tak pernah lagi melihat pelangi hanya api di matamu AIPC: 22 Penyair memilih kata-kata puitis untuk mengomunikasikan maksudnya kepada pembaca. Pada puisi tersebut, penyair ingin menyampaikan bahwa derita anak-anak Irak yang terkena peluru tersebut diungkapkan dengan kalimat yang berbunyi peluru-peluru itu bicara pada tubuh kami dengan bahasa yang paling perih. Kalimat tersebut semakin menambah keindahan puisi sehingga pembaca dapat ikut merasakan apa yang dimaksudkan penyair. Selain itu, keindahan puisi semakin terlihat pada bait terakhir yang menggunakan kalimat kami tak pernah lagi melihat pelangi, hanya api di matamu. Dari kalimat tersebut, dapat diketahui bahwa penyair menyampaikan keadaan yang sedang diceritakan bahwa ia tak pernah lagi melihat kedamaian yang diungkapkan dengan kata pelangi. Selain itu, kejahatan dan keicikan ia ungkapkan dengan menggunakan kata api. Pemilihan kata puitis digunakan penyair dalam puisinya yang berjudul Doa untuk Semua Tukang Sampah di Dunia pada bait ketiga dalam kutipan berikut: Maka semoga bermiliar kotoran dan aroma busuk yang kau jauhkan dari kami yang kau buang setiap hari menjelma permata tak ternilai serta wewangian abadi di sisi Tuhan AIPC: 29 commit to user 47 Pada kutipan puisi di atas, penyair menggunakan pilihan kata yang sangat indah. Penyair mengungkapkan maksudnya pada bait ketiga yang menjelaskan bahwa kotoran yang dibuang setiap hari akan menjelma permata tak ternilai serta wewangian abadi di sisi Tuhan. Kalimat tersebut mempunyai maksud bahwa kotoran yang dibuang oleh tukang sampah akan berubah menjadi pahala yang besar di sisi Tuhan. Penggunaan kata-kata permata serta wewangian abadi semakin menambah keindahan puisinya. Pemilihan kata-kata puitis masih terlihat pada puisi yang berjudul Ayah. Hal tersebut dapat terlihat pada bait pertama dalam kutipan berikut: Sedalam laut, seluas langit cinta selalu tak bisa diukur begitulah ayah mengurai waktu meneteskan keringat dan rindunya untukku AIPC: 30 Kata-kata yang digunakan penyair pada bait pertama dalam kutipan puisi di atas bertujuan untuk mengomunikasikan maksudnya kepada pembaca bahwa besarnya cinta tidak dapat diukur seperti dalamnya laut dan luasnya langit. Oleh sebab itu, penyair menggunakan kata-kata puitis yang ditulis pada awal bait untuk memperindah puisinya. Kata-kata puitis masih digunakan penyair pada bait kedua dalam puisi Ayah, yaitu pada kutipan berikut: Ayah pergi sangat pagi kadang sampai pagi lagi tapi saat pulang ia tak lupa menjinjing pelangi lalu dengan sabar menguraikan warnanya satu per satu padaku dengan mata berbinar AIPC: 30 Pada kutipan puisi di atas, penyair menggunakan kata menjinjing pelangi yang bermaksud bahwa ayahnya selalu membawa kebahagiaan untuknya. Kebahagiaan tersebut diberikan dengan sabar dan ikhlas melalui penggunaan commit to user 48 kata-kata menguraikan warnanya satu per satu padaku dengan mata berbinar. Pada puisi yang berjudul Anak Televisi, penyair menggunakan kata-kata puitis pada puisinya. Hal tersebut dapat dilihat pada bait ketiga dalam kutipan berikut: Dari pagi sampai malam kami menghafal televisi kami cerna kelicikan, darah goyangan, dan semua jenis hantu sambil mendebukan buku-buku AIPC: 32 Penyair pada kutipan puisi di atas menggunakan kata-kata puitis yang bertujuan untuk memperindah puisinya. Hal itu ditunjukkan pada penggunaan kata kami cerna kelicikan. Dari kata-kata tersebut maka puisi terlihat lebih hidup dan pembaca ikut merasakan apa yang diungkapkan penyair melalui pilihan kata dalam puisinya. Kata mendebukan juga semakin menambah keindahan puisinya yang merupakan maksud penyair bahwa sambil melihat acara televisi, para siswa semakin melupakan buku-buku mereka tanpa membukanya hingga debu bertumpukan di atas buku. Pada puisi yang berjudul Balada Sri dan Nirmala, penyair menggunakan kata-kata puitis yang mengungkapkan bahwa sudah tidak ada lagi majikan yang memiliki hati baik. Namun penyair memilih menggunakan kata berhati peri pada puisinya untuk mengganti maksud dari berhati baik. Hal tersebut bertujuan untuk memperindah puisinya dengan menggunakan diksi yang puitis. Tak ada majikan berhati peri yang tumbuh dari mimpi-mimpi kuli hanya kau yang tak henti disetrika lara dan puisi-puisi yang terus menggelepar AIPC: 33 Penyair juga menggunakan diksi yang puitis pada puisinya yang berjudul Penyair. Hal tersebut dapat dilihat pada bait keempat kutipan berikut: Aku menaburkan kata-kata di kepala kanak-kanak commit to user 49 sebagai hujan, sebagai pasir yang mereka tangkap sambil bermain AIPC: 34 Pilihan kata yang digunakan penyair dalam kutipan puisi di atas sangat memperindah puisinya. Hal tersebut terlihat pada penggunaan kata Aku menaburkan kata-kata sebagai hujan, sebagai pasir. Kata-kata tersebut digunakan penyair sebagai pengganti maksud bahwa puisi yang dibuat untuk kanak-kanak dapat diterima dengan senang hati dan ada juga kanak-kanak yang risih pada puisi yang dibuat penyair. Pemilihan kata puitis digunakan penyair dalam puisinya yang berjudul Sahabatku Buku. Hal tersebut dapat dilihat padabait ketiga kutipan puisi berikut: Terima kasih buku kau selalu membuatku bercahaya AIPC: 35 Pilihan kata puitis yang digunakan penyair pada kutipan puisi di atas ditulis pada akhir bait. Penyair mengungkapkan bahwa buku dapat membuat hidupnya bercahaya. Dari kalimat kau selalu membuatku bercahaya maka semakin menambah keindahan puisnya. Keindahan puisi penyair masih terlihat dari kata-kata puitis yang digunakan pada puisinya yang berjudul Sajak Anti Perang. Hal tersebut dapat dilihat pada bait pertama kutipan berikut: Mengapa perang tak juga berhenti? hujan mortir peluru, gerimis darah dan airmata kebiadaban menanti di setiap tapak jalan di antara asap tebal dan luka yang melelehi bangkai manusia serta puing-puing bangunan AIPC: 36 Pada kutipan puisi di atas, penyair menggunakan kata-kata hujan mortir peluru, gerimis darah dan airmata untuk memperindah puisinya. Selain itu, pilihan kata tersebut dipilih penyair untuk mengungkapkan maksudnya bahwa saat perang terjadi, serangan peluru bagaikan hujan yang terus-menerus commit to user 50 datang dan menyebabkan beberapa orang berdarah bahkan menangis karena kehilangan saudara-saudaranya. Selain menggunakan kata-kata yang puitis, penyair juga menggunakan kata-kata yang jelas seperti bahasa sehari-hari dalam puisi-puisinya yang berjudul Harry Potter, Ode Para Semut, Siti dan Udin di Jalan, Muhammad Rinduku, Doaku Hari Ini, Bunda ke Amerika, Jalan Bunda, Tujuh Luka di Hari Ulang Tahunku, Siapa Mau Jadi Presiden?, Bukan Puisi tapi Surat untuk Presiden Baruku, Mimpi di Jalan Raya, di mana Syukurku?, dan untuk Saudara-saudara Kecilku di Aceh. Penggunaan diksi atau pilihan kata yang digunakan penyair dalam puisi- puisinya bertujuan untuk memperindah puisinya. Hal ini sesuai dengan pendapat H. J. Waluyo yang mengungkapkan bahwa kata-kata yang dipilih penyair adalah kata-kata yang puitis agar memiliki efek keindahan 2003: 73. Selain itu pilihan kata yang digunakan penyair dalam puisinya merupakan usaha penyair dalam mengomunikasikan perasaannya kepada pembaca. Melalui pilihan kata yang mudah diterima dan dipahami maka pembaca akan dapat ikut menangkap maksud penyair. Hal tersebut senada dengan pendapat Jabrohim, Suminto dan Chairul Saleh 2001: 35 yang menyatakan bahwa diksi mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra, salah satunya yaitu penyampaian makna dan isi dari puisi. Dengan demikian, ketepatan pilihan dan ketepatan penempatan kata seolah-olah mampu memberikan sugesti kepada pembaca untuk merasakan kesedihan, terharu, bersemangat, marah, dan sebagainya yang dimiliki oleh penyair.

b. Imaji