commit to user 96
AIPC: 36 Tema yang digunakan penyair dalam puisi-puisinya merupakan gagasan
pokok persoalan atau pikiran yang begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Hal tersebut juga
diungkapkan oleh H. J. Waluyo 2003: 106 yang menyatakan bahwa tema adalah gagasan pokok subject-matter yang dikemukakan penyair melalui
puisinya. Gagasan tersebut diungkapkan penyair melalui berbagai tema.
b. Nada
Penyair dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta banyak menggunakan sikap tertentu terhadap pembaca. Sikap tersebut merupakan nada yang
dipakai penyair dalam puisi-puisinya. Nada dalam puisi dibuat oleh penyair untuk menimbulkan suasana tertentu. Nada tersebut, antara lain serius, belas
kasih, dan santai. Nada serius digunakan penyair saat mengungkapkan kecintaannya
kepada Tuhan, Rasul, ayah, bunda, dan Bapak Presiden dalam puisinya. Selain itu, nada serius juga digunakan penyair dalam menyampaikan
kritiknya terhadap situasi yang menurutnya tidak pas di hati ataupun tentang keadaan yang menurutnya sangat merugikan orang-orang yang tidah bersalah.
Nada serius ini dapat dilihat pada puisi-puisi yang berjudul Ayah Bundaku, Kepada Guru, Ode Para Semut, Muhammad Rinduku, Doaku hari Ini, Bunda
ke Amerika, dari Seorang Anak Irak dalam Mimpiku untuk Bush, Tujuh Luka di Hari Ulang Tahunku, Bukan Puisi tapi Surat untuk Presiden Baruku, Ayah,
di mana Syukurku?, Anak televisi, Penyair, Sahabatku Buku, dan Sajak Anti Perang.
Penyair menggunakan nada belas kasih pada beberapa puisinya. Hal tersebut bertujuan agar pembaca dapat mengetahui penyampaian penyair
yang terkesan sangat kasihan melihat fenomena kehidupan di sekelilingnya. Nada belas kasih ini dapat dilihat pada puisi-puisi yang berjudul Siti dan Udin
di Jalan, Mimpi di Jalan Raya, Doa untuk Semua Tukang Sampah di Dunia, dan untuk Saudara-saudara Kecilku di Aceh.
commit to user 97
Nada santai juga digunakan penyair dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta. Nada santai digunakan penyair dalam puisi-puisinya yang berjudul
Harry Potter, Jalan Bunda, dan Siapa Mau Jadi Presiden?, serta Balada Sri dan Nirmala,
Nada yang digunakan penyair dalam puisi-puisinya merupakan sikap yang dapat menimbulkan suasana tertentu. Hal tersebut juga diungkapkan
Herman J. Waluyo bahwa nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca 2003: 125. Selanjutnya, Waluyo mengungkapkan bahwa terdapat puisi yang
bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor,
mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya 2003: 37.
c. Perasaan