commit to user 65
Berdasarkan analisis di atas, penyair mengungkapkan perasaan sensoris yang dimilikinya dengan menggunakan diksi atau pilihan kata yang
menimbulkan gambaran dalam angan-angan atau benak pembaca. Penyair menggunakan imaji yang dikemas sekonkret mungkin dalam kumpulan
puisinya. Imaji dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta timbul karena penggunaan diksi yang dilakukan oleh penyair. Imaji-imaji tersebut meliputi:
imaji taktil, imaji visual, dan imaji auditif. Peran dari imaji ini diungkapkan Effendi dalam Herman J. Waluyo, 2003: 10 yang mengemukakan bahwa
pengimajian yang berupa kata atau susunan kata-kata dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair.
c. Kata Konkret
Kata konkret yang digunakan penyair dalam puisi-puisinya bertujuan agar pembaca membayangkan dengan lebih hidup apa yang dimaksudkan.
Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata konkret oleh penyair. Kata konkret digunakan penyair pada puisi-puisinya yang berjudul Ayah Bundaku, Ode
Para Semut, Siti dan Udin di Jalan, Muhammad Rinduku, Tujuh Luka di Hari Ulang Tahunku, Siapa Mau Jadi Presiden?, Bukan Puisi tapi Surat untuk
Presiden Baruku, Doa untuk Semua Tukang Sampah di Dunia, dan Balada Sri dan Nirmala.
Pada puisi yang berjudul Ayah Bundaku, penyair menggunakan kata konkret mencintai surga sebagai usahanya memperkonkret rasa cintanya yang
mendalam kepada ayah dan bundanya. Hal tersebut dapat dilihat pada bait ketiga dalam kutipan berikut:
Ayah bunda kucintai kau berdua
seperti aku mencintai surga
AIPC: 12
Penyair juga menggunakan kata konkret dalam puisinya yang berjudul Ode Para Semut. Dalam puisinya, penyair melukiskan bahwa manusia
merupakan raksasa dalam kehidupan semut, diperkonkret dengan ungkapan
commit to user 66
kadang kami terinjak di negeri para raksasa. Hal ini dapat dilihat pada bait ketiga dalam kutipan berikut:
Ini kami, para semut makhluk kecil sering tak kau lihat
kadang kami terinjak di negeri para raksasa
AIPC: 15
Kata konkret selanjutnya terdapat pada puisi yang berjudul Siti dan Udin di Jalan. Untuk melukiskan keadaan rumah yang sebenarnya, penyair
menulis rumah berjendela. Hal tersebut dapat dilihat pada bait kedelapan dalam kutipan berikut:
Beribu Siti dan Udin berkeliaran di jalan-jalan
dengan suara serak dan napas sesak oleh polusi
kalau hari ini bisa makan sudah alhamdulillah
tapi tetap berdoa agar bisa sekolah
dan punya rumah berjendela AIPC: 17
Penyair juga melukiskan keadaan rumah yang sebenarnya dengan menggunakan kata-kata rumah semen pada puisinya yang berjudul Balada Sri
dan Nirmala. Hal ini terlihat pada bait keempat dalam kutipan berikut: di dusun sunyi tak bernama
orangtuamu pasrah menanti kabar sambil menunggu rumah semen
yang tak pernah selesai dibangun AIPC: 33
Pada puisinya yang berjudul Muhammad Rinduku, penyair menggunakan kata-kata lelaki utama. Kata-kata tersebut digunakan untuk memperkonkret
gambaran tentang Nabi Muhammad yang sikap dan perbuatannya harus selalu diikuti. Hal tersebut dapat dilihat pada bait kedua dalam kutipan berikut:
apa yang dikatakan apa yang dilakukan
ikuti semua jangan kau tawar lagi
commit to user 67
sebab ialah lelaki utama itu AIPC: 18
Kata konkret juga digunakan penyair pada puisinya yang berjudul Tujuh Luka di Hari Ulang Tahunku. Untuk melukiskan kekesalan penyair melihat
keadaan Indonesia, diperkonkret dengan ungkapan penggangguran, pengungsi yang meletihkan mata menyakitkan hati. Hal tersebut dapat dilihat
pada bait kedua dalam kutipan berikut: sehari sebelum ulang tahunku
negeriku masih juga begitu lebih dari tujuh luka membekas
kemiskinan, kejahatan, korupsi di mana-mana,
pengangguran, pengungsi yang meletihkan mata
menyakitkan hati AIPC: 23
Kata konkret yang digunakan penyair juga terdapat pada puisinya yang berjudul Siapa Mau Jadi Presiden?. Penyair menggunakan kata-kata
menyerahkan jutaan keranjang dukanya untuk memperkonkret gambaran tentang banyaknya duka dan kepedihan yang diceritakan pada puisinya.
Pengonkretan tersebut digunakan penyair untuk mengemukakan hal yang ingin disampaikan sehingga pembaca membayangkan dengan lebih hidup apa
yang dimaksudnya. Kata konkret tersebut dapat dilihat pada kutipan puisi berikut:
menjadi presiden itu berarti melayani
dengan segenap hati rakyat yang meminta suka
dan menyerahkan jutaan keranjang dukanya
padamu AIPC: 23
Kata konkret selanjutnya digunakan penyair pada puisinya yang berjudul Bukan Puisi tapi Surat untuk Presiden Baruku, penyair memperkonkret
gambarannya mengenai tugas-tugas Presiden dengan ungkapan PR-nya
commit to user 68
banyak sekali. Kata PR yang digunakan penyair membuat pembaca semakin membayangkan lebih hidup apa yang dimaksudkan penyair. Hal ini dapat
dilihat pada bait kedua dalam kutipan berikut: Selain bersyukur, aku tahu Bapak pasti degdegan
soalnya menjadi Presiden itu kan susah PR-nya banyak sekali
AIPC: 25
Pada puisi yang berjudul Doa untuk Semua Tukang Sampah di Dunia, penyair menggunakan kata konkret permata tak ternilai serta wewangian
abadi di sisi Tuhan. Kata konkret tersebut digunakan penyair untuk melukiskan keadaan tukang sampah yang akan mendapat pahala besar dari
Tuhan atas pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat pada bait ketiga dalam kutipan berikut:
Maka semoga bermiliar kotoran dan aroma busuk
yang kau jauhkan dari kami yang kau buang setiap hari
menjelma permata tak ternilai serta wewangian abadi
di sisi Tuhan AIPC: 29
Berdasarkan analisis di atas, penyair kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta memiliki cara dalam penggunaan kata konkret pada puisi-puisinya. Hal
tersebut seperti diungkapkan H. J. Waluyo 2003: 79 bahwa setiap penyair berusaha mengonkretkan hal yang ingin dikemukakan. Pengonkretan tersebut
bertujuan agar pembaca membayangkan lebih hidup apa yang dimaksudkan dalam puisinya.
d. Majas