commit to user 20
Winkel 2007: 331-332 menyatakan bahwa pemilihan bahan atau materi pembelajaran harus sesuai dengan beberapa kriteria sebagai berikut:
1 relevan terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai, yaitu dari segi isi
maupun jenis perilaku yang dituntut siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2 sesuai dalam taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa untuk menerima
dan mengolah bahan itu. 3
dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa.
4 membantu untuk melibatkan diri secara aktif, baik dengan berpikir sendiri
maupun dengan melakukan berbagai kegiatan. 5
sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti. Misalnya, materi pembelajaran akan lain bila guru menggunakan bentuk ceramah,
dibandingkan dengan pelajaran bentuk diskusi kelompok. 6
sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran
adalah kumpulan materi yang digunakan oleh guru untuk merangsang siswa agar tertarik dalam mempelajari sesuatu sehingga dapat membantu siswa dalam
mempelajari kompetensi yang diajarkan serta memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
b. Ciri-ciri Materi Pembelajaran yang Baik
Dalam melaksanakan pembelajaran, guru bertanggungjawab sepenuhnya mengenai materi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Materi
ajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, pemilihan materi pembelajaran perlu mendapatkan persiapan dan
pertimbangan yang cermat. Slameto menyatakan bahwa guru sebagai perancang pengajaran hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup dalam merancang
kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode, menetapkan evaluasi, dan sebagainya 1995: 98. Mengacu pendapat
tersebut, pengetahuan yang cukup dalam merancang kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas.
Winarno Surakhmad 2009: 354-355 mengungkapkan bahwa terdapat lima komponen utama kualitas pembelajaran, yaitu: pembelajaran yang berkualitas
memadukan sekurang-kurangnya peserta didik sebagai pembelajar yang berkualitas, yang difasilitasi oleh guru yang berkualitas, melalui program
pembelajaran yang berkualitas, dengan dukungan ekosistem pembelajaran berkualitas, di dalam konteks lembaga pembelajaran yang berkualitas. Hanya
commit to user 21
pembelajaran berkualitas yang mampu memberikan hasil pembelajaran berkualitas.
Salah satu komponen utama kualitas pembelajaran sebagaimana telah diungkapkan oleh Winarno Surakhmad tersebut ialah program pembelajaran
berkualitas. Program pembelajaran berkualitas mencakup dua aspek utama, yaitu materi dan proses. Adapun kriteria materi pembelajaran yang baik menurut
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar 2008: 171-172 sebagai berikut: 1
relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi mata pelajaran serta kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik.
2 bahan ajar merupakan isi pembelajaran dan penjabaran dari standar
kompetensi serta kompetensi dasar tersebut. 3
memberikan motivasi peserta didik untuk belajar lebih jauh. 4
praktis. 5
bermanfaat bagi peserta didik. 6
menarik minat peserta didik. 7
mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat di atas, kriteria pemilihan materi pembelajaran sangatlah beragam. Oleh karena itu, guru hendaknya berhati-hati dan teliti dalam
memilih materi pembelajaran bagi siswanya dengan memperhatikan kriteria- kriteria yang telah ditentukan. Kriteria materi pembelajaran tak hanya sebatas
yang diungkapkan di atas, tetapi ada kriteria lain dalam pemilihan materi pembelajaran, khususnya pembelajaran karya sastra.
Riris K. Toha Sarumpaet 2002: 138-139 menyatakan bahwa kriteria pemilihan materi pembelajaran sastra meliputi:
1 valid untuk mencapai tujuan pengajaran sastra.
2 bermakna dan bermanfaat jika ditinjau dari kebutuhan peserta didik
kebutuhan pengembangan insting etis dan estetis, imajinasi, dan daya kritis.
3 menarik supaya dapat merangsang minat peserta didik.
4 berada dalam batas keterbacaan dan intelektualitas peserta didik. Artinya,
bahan tersebut dapat dipahami, ditanggapi, dan diproses peserta didik sehingga mereka merasa pengajaran sastra merupakan pengajaran yang
menarik, bukan pengajaran yang berat.
5 berupa bacaan haruslah berupa karya sastra yang utuh, bukan sinopsisnya
saja, karena karya sinopsis hanya berupa problem kehidupan tanpa diboboti nilai-nilai estetis yang menjadi pokok atau inti karya sastra.
commit to user 22
Pemilihan materi ajar tidak hanya sebatas yang diungkapkan di atas, tetapi pemilihan materi ajar ditentukan oleh berbagai macam faktor. Faktor tersebut
antara lain, kurikulum yang berlaku serta faktor lain yang dipikirkan oleh guru yang mengajar pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang di dalamnya terdapat
kompetensi sastra di Sekolah Menengah Pertama SMP. Berdasarkan hal tersebut, Moody dalam Maria Utami 2010: 6-8 menyebutkan tiga aspek dalam
pemilihan bahan ajar, antara lain: aspek bahasa, kejiwaan, dan budaya. 1
Aspek bahasa Bahasa merupakan alat berpikir dan berkomunikasi. Oleh karena itu,
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia selalu diajarkan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tingkat tinggi. Pada hakikatnya, penguasaan bahasa
setiap individu berbeda-beda, tumbuh, dan berkembang melalui tahap-tahap yang jelas. Kaitannya dengan pembelajaran apresiasi puisi, Sawali 2009
menyatakan bahwa bahasa puisi bersifat sugestif penyaranan, asosiatif pertalian, dan imajis pembayangan. Dengan sifat bahasa puisi tersebut
siswa dapat menemukan nilai keindahan yang terkandung di dalamnya. Melalui puisi, siswa dapat memahami nilai yang terkandung di dalamnya
yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempertajam daya apresiasi sekaligus menghidupkan naluri keindahannya. Oleh karena itu, agar
kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, guru perlu mengetahui sekaligus mengembangkan penguasaan bahasa siswanya. Guru hendaknya
selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa sehingga guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan.
2 Aspek kejiwaan
Kematangan jiwa seseorang akan sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar. Tingkat pemahaman seseorang ditentukan oleh tingkat
perkembangan kejiwaan mereka sebagai manusia. Hal tersebut dikarenakan secara psikologis, selama kehidupannya manusia mengalami dan melalui
tingkat-tingkat perkembangan tertentu. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan siswa menjadi faktor yang sangat penting
dalam proses pemilihan materi ajar. Tahap perkembangan jiwa juga sangat
commit to user 23
besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan
masalah yang dihadapi. Sawali 2009 menyatakan bahwa ada beberapa tahap perkembangan
jiwa siswa yang perlu dijadikan sebagai rujukan guru dalam menentukan bahan ajar puisi, di antaranya tahap pengkhayal 8-9 tahun, tahap romantik
10-12 tahun, tahap realistik 13-16 tahun, dan tahap generalisasi 16 tahun ke atas. Pada tahap pengkhayal 8-9 tahun, imajinasi anak belum banyak
diisi hal-hal nyata, tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan. Tahap romantik 10-12 tahun, anak mulai meninggalkan fantasi-
fantasi dan mulai mengarah pada realitas, meskipun pandangannya tentang dunia masih sangat sederhana. Selain itu anak juga telah menyenangi cerita-
cerita kepahlawanan, petualangan, atau kejahatan. Pada tahap realistik 13-16 tahun, anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat
berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka mulai terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk
memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Sedangkan tahap generalisasi 16 tahun ke atas, anak sudah berminat untuk menemukan
konsep-konsep abstrak dengan menganalisis sebuah fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan
penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran falsafati untuk menemukan keputusan-keputusan moral.
Dengan demikian, pemilihan bahan ajar yang dipilih oleh guru hendaknya disesuaikan dengan tahap psikologis siswa yang berada dalam
satu kelas. Namun tidak semua siswa dalam satu kelas memiliki tahapan psikologis yang sama, tetapi setidaknya guru bisa memilih materi ajar yang
secara psikologis memiliki daya tarik terhadap minat siswa untuk mengapresiasi puisi sehingga proses penyampaian dan penerimaan materi
akan berjalan dengan baik.
commit to user 24
3 Aspek budaya
Aspek budaya meliputi semua faktor kehidupan manusia dan lingkungannya. Dalam sejarah perkembangan sastra, teks puisi sangat
beragam nada dan suasana kulturalnya. Hal ini sangat ditentukan oleh latar belakang kehidupan dan kreativitas penyair dalam melahirkan teks-teks
puisinya. Oleh karena itu, guru perlu mempertimbangkan latar belakang budaya siswa dalam memilih teks puisi. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya pengaburan tafsir teks puisi dan penggambaran suasana teks di luar batas jangkauan imajinasi siswa.
Pemilihan teks puisi yang akrab dengan siswa hendaknya diperhatikan oleh guru, misalnya sebuah puisi yang menggambarkan kehidupan sehari-hari
di lingkungan siswa dan fenomena yang terjadi di tanah air. Dengan demikian siswa mudah menerima dan memahami puisi-puisi yang diajarkan
serta akan menarik minat siswa dalam mempelajari karya sastra. Selain itu siswa tidak akan terjebak dalam kemonotonan yang membosankan yang
dapat menyebabkan pembelajaran apresiasi puisi tidak terlaksana dengan baik.
4. Pembelajaran Apresiasi Puisi di SMP