Rough Cut Capacity Planning

suatu jadwal yang berisikan informasi tentang waktu penyelesaian produksi untuk memenuhi permintaan yang telah diramalkan. Jadwal induk produksi adalah suatu pernyataan tentang jenis produk akhir yang direncanakan untuk diproduksi dan jumlah produk tersebut yang akan diproduksi pada setiap periode sepanjang rentang waktu perencanaan. Jadwal induk produksi berfungsi memandu kegiatan produksi. Jadwal induk produksi digunakan dalam perencanaan pembelian bahan baku, proses produksi sampai menjadi produk akhir untuk mendukung jadwal pengiriman produk kepada pelanggan.

3.3. Identifikasi Stasiun Kerja

Bottleneck dan Non-Bottleneck Dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan theory of constraints di perusahaan pengecoran logam dan permesinan Bonjor Jaya, untuk menentukan stasiun kerja pada lantai produksi merupakan stasiun kerja bottleneck atau non-bottleneck perlu diketahui kapasitas waktu yang dibutuhkan capacity required dan kapasitas waktu yang tersedia capacity available Sodikin dan Atmoko, 2013. Kapasitas dibutuhkan dan kapasitas tersedia dapat dihitung dengan menggunakan rough-cut capacity planning RCCP.

3.3.1. Rough Cut Capacity Planning

Rough Cut Capacity Planning RCCP menghitung kebutuhan kapasitas yang dibutuhkan secara kasar dan membandingkannya dengan kapasitas yang Universitas Sumatera Utara tersedia. Rumus untuk menghitung kapasitas yang dibutuhkan produk k pada stasiun kerja i untuk periode j Fogarty, dkk, 1991 yaitu: Capacity Required = Σ a ik b kj untuk semua i, j Keterangan: a ik = Waktu pengerjaan produk k pada stasiun kerja i b kj = Jumlah produk k yang akan dijadwalkan pada periode j Sedangkan rumus untuk menghitung kapasitas tersedia yaitu: Capacity Available = Time Available x Utilization x Efficiency Time Available waktu tersedia diperoleh dengan mengalikan total jam kerja selama periode satu bulan dengan jumlah mesin pada stasiun kerja tertentu. Total jam kerja dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah hari kerja, jumlah jam kerja, dan jumlah shift kerja per hari. Utilitas adalah ukuran kemampuan stasiun kerja dalam memanfaatkan kapasitas tersedia secara efektif. Sedangkan efisiensi menjelaskan keadaan seberapa jauh stasiun kerja tertentu mampu menggunakan kapasitas yang tersedia secara efisien. Kapasitas dibutuhkan capacity requirement dapat dihitung apabila diketahui waktu pengerjaan produk pada stasiun kerja tertentu atau disebut juga waktu baku. Waktu baku dapat dicari dengan mengetahui waktu siklus proses, rating factor, dan allowance dari operator. Dalam penelitian Kurnia dan Rochman 2010 yang bergerak di bidang industri tekstil, pengukuran waktu siklus proses dilakukan dengan metode jam henti. Metode ini menggunakan stopwatch sebagai alat utamanya. Universitas Sumatera Utara Metode jam henti merupakan cara yang paling banyak dikenal dan digunakan karena kesederhanaan aturan-aturan yang dipakai. Aturan-aturan pengukuran dijelaskan dalam langkah-langkah berikut ini Sutalaksana, 1979: 1. Langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran a. Penetapan tujuan pengukuran Hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran, serta berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. b. Melakukan penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mencari waktu yang seharusnya diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Suatu perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang sesingkat-singkatnya agar dapat meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. c. Memilih operator Operator yang dipilih adalah operator yang pada saat pengukuran dilakukan dapat bekerja secara wajar. Syarat-syarat operator yang diamati adalah berkemampuan normal dan dapat diajak kerja sama. Syarat ini harus dipenuhi agar pengukuran dapat berjalan dengan baik dan hasilnya dapat diandalkan. d. Melatih operator Operator harus dilatih terlebih dahulu agar terbiasa dengan kondisi kerja yang telah ditetapkan sebelum diukur. Dari kegiatan ini dicari waktu Universitas Sumatera Utara penyelesaian pekerjaan yang wajar dan bukan penyelesaian dari orang operator yang bekerja secara kaku dengan berbagai kesalahan. e. Mengurai pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan yaitu merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang diukur waktu siklusnya. Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. f. Menyiapkan alat-alat pengukuran Langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran, yaitu menyiapkan alat- alat yang diperlukan. Alat-alat tersebut adalah stopwatch, lembar pengamatan, pena atau pensil, serta papan pengamatan. 2. Melakukan pengukuran waktu Pengukuran waktu dilakukan dengan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya, baik setiap elemen ataupun siklus. Posisi pengamat sebaiknya tidak mengganggu gerakan-gerakan operator. Posisi ini sebaiknya juga memudahkan pengukur mengamati jalannya pekerjaan sehingga dapat mengikuti dengan baik jalannya suatu siklus pekerjaan. Umumnya posisi agak menyimpang di belakang operator sejauh 1,5 meter merupakan tempat yang baik. Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Dalam pengukuran Universitas Sumatera Utara pendahuluan, pengaturan dilakukan dengan sebanyak yang ditentukan oleh pengukur, biasanya sepuluh kali atau lebih pengukuran. 3. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian. 4. Melakukan perhitungan waktu baku Jika semua data yang didapat telah seragam dan jumlahnya telah memenuhi, maka kegiatan pengukuran waktu telah selesai. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan nilai waktu baku. 3.3.1.1.Pengujian Keseragaman Data Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh menyebar seragam atau tidak. Melalui pengujian ini dapat dideteksi adanya perbedaan-perbedaan dan data-data yang berada di luar batas kendali out of control yang dapat digambarkan pada peta kontrol. Data-data yang demikian dibuang dan tidak dipergunakan dalam perhitungan selanjutnya. Rumus untuk menghitung keseragaman data adalah: Universitas Sumatera Utara Keterangan: x i = Waktu pengukuran x = Waktu rata-rata s = Simpangan baku BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah k = Tingkat ketelitian 3.3.1.2.Pengujian Kecukupan Data Pengujian kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari pengamatan mencukupi untuk dilakukan perhitungan atau tidak. Rumus untuk menghitung kecukupan data adalah: Keterangan: k = Tingkat kepercayaan s = Tingkat ketelitian N = Jumlah data awal N’ = Jumlah data minimal yang diperlukan x i = Waktu pengukuran Universitas Sumatera Utara 3.3.1.3.Penentuan Rating Factor Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidak-wajaran yang dapat terjadi seperti bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan dalam bekerja dapat mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Penilaian penyesuaian dilakukan apabila pengukur mendapatkan harga rata-rata sikluselemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator. Oleh karena itu pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian. Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian rating factor. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas batas kewajaran terlalu cepat maka rating factor akan lebih besar dari satu p 1 atau p 100. Bila operator dipandang bekerja di bawah normal terlalu lambat maka rating factor akan lebih kecil dari satu p 1 atau p 100. Dan apabila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan normal atau wajar maka rating factor akan sama dengan satu p = 1 atau p = 100. Untuk kondisi kerja dimana operasi dilakukan oleh mesin sepenuhnya maka waktu yang diukur dianggap waktu normal Wignjosoebroto, 1995. Salah satu sistem untuk memberikan rating factor, yaitu westing house system rating. Selain kecakapan dan usaha sebagai faktor yang mempengaruhi performance manusia, westing house menambahkan kondisi kerja, dan konsistensi dari operator di dalam melakukan kerja sebagai faktor-faktor yang turut Universitas Sumatera Utara mempengaruhinya. Westing house telah berhasil membuat suatu tabel performance rating yang berisikan nilai-nilai berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada, dilakukan dengan mengalikan waktu yang diperoleh dari hasil pengukuran kerja dengan jumlah keempat rating faktor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan oleh operator. 3.3.1.4.Penetapan Kelonggaran Allowance Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi Kelonggaran yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, berbicara dengan teman sekerja untuk menghilangkan ketegangan dalam kerja. 2. Kelonggaran untuk menghilangkan fatique Rasa lelah menyebabkan hasil produksi menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun. 3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan Universitas Sumatera Utara Hambatan yang tak dapat dihindarkan terjadi karena berada di luar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Beberapa contoh hambatan yang tak dapat terhindarkan adalah menerima petunjuk dari pengawas, melakukan penyesuaian mesin, dan mengasah peralatan potong. 3.3.1.5.Penetapan Waktu Baku Jika pengukuran-pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki, serta jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah mengolah data-data tersebut untuk mendapatkan waktu baku. Perhitungan waktu baku dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

3.4. Theory of Constraints