Serabutan Lama bermukim HASIL DAN PEMBAHASAN

Pekerjaan menenun kain ulos dilakukan seorang ibu tua setelah pekerjaan rumah tangga diselesaikan. Modal yang diperlukan untuk membeli berbagai macam benang yang dibutuhkan berkisar Rp.2 juta untuk 6 bulan. Menenun kain dikerjakan sesuai pesanan. Tidak dapat ditentukan berapa lembar kain ulos yang dapat dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, karena keterbatasan waktu dan tenaga sang ibu. Selain itu, ada 2 orang ibu muda yang bekerja sebagai penjahit pakaian. Mereka bekerja di rumah setelah pekerjaan rumah tangga selesai. Satu helai baju yang telah selesai dijahit diberi upah sekitar Rp.40.000,-.

g. Serabutan

Hanya sebagian kecil responden yang bekerja serabutan 2,8 seperti memetik cabaitaoge. Memetik cabe kering atau taoge merupakan suatu pekerjaan yang dipilih karena dapat dikerjakan di rumah saja. Bahan diantar oleh pekerja tukang bumbu kemudian bila telah selesai akan diambil pada waktu yang ditentukan. Cabe kering yang telah dipetik tangkainya diberi upah sebesar Rp.500,-kg, sedangkan upah memetik taoge Rp.700,-kg dan dalam sehari pekerja mampu menyelesaikan sebanyak 20 kg sehingga memperoleh upah Rp.10.000,- sampai Rp.14.000,-.

h. PensiunSewa Menyewa

Dua orang responden memiliki sumber penghasilan dari dana pensiun atau sewa menyewa rumah 0,9. Seorang ibu tua berstatus janda memperoleh pensiun suami yang dulu bekerja sebagai guru. Seorang ibu lainnya yang juga Universitas Sumatera Utara janda memperoleh uang dari hasil menyewakan rumahnya yang ditempati bersama-sama penyewa. Keduanya tidak memiliki sumber penghasilan lain. Dalam melaksanakan aktifitas bekerja, sebagian responden mengandalkan alat transportasi yang mereka miliki. Sebagian besar responden memiliki beca barang dayungmotor 29,9, ini mewakili responden dengan mata pencaharian memulung. Responden lain ada yang memiliki sepeda 9,3, beca dayungmotor 9,3, sepeda motor 7,2, bahkan kenderaan roda 4 yaitu angkot dan mobil pick up 5,2. Selebihnya merupakan responden yang tidak memiliki alat transportasi untuk membantu aktifitas bekerja 39,2 sehingga menggunakan alat transportasi umum untuk menuju ke tempat kerja atau dengan berjalan kaki. Dari deskripsi di atas ditemukan beberapa hal yang sesuai dengan teori-teori mengenai permukiman kumuh dan liar yaitu bahwa pemukim secara sosial dan ekonomi tidak homogen karena memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam dan bahwa pemukim pada umumnya terkonsentrasi pada berbagai jenis pekerjaan di sektor informal karena tidak memiliki keterampilan atau pendidikan formal Suparlan, 2007. Juga sesuai dengan teori mengenai Golongan Masyarakat yang Berpenghasilan Rendah dimana salah satu potensi keluarga miskin ditunjukkan dari kemampuan dalam pelaksanaan peran di bidang ekonomi terutama kegiatan dalam mencari nafkah Gunawan dan Sugiyanto, 2007. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum tidak ada pengangguran di lokasi penelitian karena pemukim tidak memiliki karakteristik malas bekerja. Hal ini menunjukkan harapan bahwa pemukim kelak dapat diberdayakan apabila dilaksanakan relokasi. Universitas Sumatera Utara

5.2.2 Lokasi Kerja

Lokasi kerja responden bervariasi bergantung pada jenis mata pencahariansumber penghasilan mereka. Lokasi kerja didominasi oleh lokasi kerja sekitar rumah 3 km yaitu 55,8 seperti memulung, memelihara hewan, berjualan di rumah, menjahit, menganyam keranjang, menenun kain, memetik cabetaoge, atau menunggu dana pensiunsewa menyewa. Gambar 5.11 Karakteristik responden berdasarkan lokasi kerja Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Selebihnya merupakan responden yang lokasi kerjanya berkisar 3-10 km 18,9 seperti supir angkot serap, pengemudi beca dayung dan yang berjualan di pasar, atau yang lokasi kerjanya 10 km 22,1 seperti buruhtukang, supir angkot dan pengemudi beca bermotor atau yang lokasi kerjanya di luar kota 3,2 seperti supir truk Medan-Jakarta dan buruh perkebunan sawit di kota Pekanbaru. Dominasi lokasi kerja sekitar rumah 3 km menunjukkan bahwa jenis mata pencaharian merupakan pekerjaan yang dapat dilakukan di lokasi permukiman. Dikaitkan dengan jenis mata pencaharian, ditemukan bahwa mata Universitas Sumatera Utara pencaharian yang mendominasi adalah memulung dan memelihara hewan, dimana kedua jenis pekerjaan ini memang dilakukan di rumah dan sekitarnya. Dengan kata lain, terdapat hubungan antara variabel mata pencaharian dengan variabel lokasi kerja. Hal ini sesuai dengan beberapa teori berikut: a. Tempatlokasi kerja merupakan salah satu dari beberapa faktor internal alami yang bertindak sebagai kekuatan pembangkit sebuah permukiman termasuk permukiman kumuh dan liar Srinivas 2007. b. Dimensi lokasi yaitu mengacu pada lokasi tertentu pada suatu kota yang dianggap paling cocok untuk tempat tinggal sesuai dengan kondisi diri. Kondisi diri ini lebih ditekankan pada penghasilan dan siklus kehidupan, sehingga lokasi tempat tingal dalam konteks ini berkaitan erat dengan tempatlokasi kerja. Khusus bagi masyarakat berpenghasilan rendah, faktor jarak antara tempat tinggal dengan lokasi kerja menjadi prioritas utama Turner, 1968. Hal ini dibuktikan pada penelitian selanjutnya oleh Panudju 1999, Handayani dan Rinawati 1998 serta Santoso 2002. c. Rumah bukan hanya sebagai tempat untuk beristirahat atau sebagai ruang untuk kegiatan pribadi dan keluarga, tetapi rumah juga merupakan tempat bekerja. Bahkan ruang-ruang terbuka seperti halaman rumah dan teras dimanfaatkan untuk tempat kegiatan bekerja, mempersiapkan produk-produk kerja atau sebagai tempat penyimpanangudang Suparlan, 2007. Dari hasil tabulasi silang crosstab lokasi kerja dengan lama bermukim ditunjukkan bahwa dominasi lokasi kerja adalah di sekitar rumah 3 km 55,8 ternyata berlaku bagi pemukim pemula dan pemukim lama sama besar 22,1. Universitas Sumatera Utara Selebihnya distribusi lokasi kerja hampir merata terhadap lama bermukim responden. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa penghuni baru bermukim di sana karena adanya kesempatan kerja sebagaimana mata pencaharian penghuni lama, setelah sekian lama bermukim baru kemudian penghuni baru melihat alternatif mata pencaharian yang lain. Tabel 5.1 Crosstab Lokasi Kerja terhadap Lama Bermukim LOKASI KERJA SEKITAR RUMAH 3 KM 3-10 KM 10 KM DI LUAR KOTA Total Count 20 3 2 25 25 THN of Total 22.1 3.2 2.1 .0 26.3 Count 2 1 2 5 21-25 THN of Total 2.1 1.1 2.1 .0 5.3 Count 3 5 2 10 16-20 THN of Total 3.2 5.3 2.1 .0 10.5 Count 5 5 1 11 11-15 THN of Total 5.3 5.3 1.1 .0 11.6 Count 3 3 7 13 6-10 THN of Total 3.2 3.2 7.4 .0 13.7 Count 20 1 7 3 31 LAMA BERMUKIM 0-5 THN of Total 21.1 1.1 7.4 3.2 32.6 Count 53 21 18 3 95 Total of Total 55.8 22.1 18.9 3.2 100.0 Dari tabel 5.2 diperoleh bahwa Chi-square hitung sebesar 137.586 sedangkan Chi-square tabel sebesar 24.996 taraf kepercayaan 95 dan derajat kebebasan = 15. Berdasarkan hasil tersebut keputusannya adalah Chi-square hitung Chi- square tabel maka Ho ditolak artinya H 1 diterima artinya terdapat hubungan antara lokasi kerja dengan lama bermukim. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2 Chi-square test Lokasi Kerja terhadap Lama Bermukim Value df Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square 137.586 a 15 .000 Likelihood Ratio 154.484 15 .000 Linear-by-Linear Association 63.160 1 .000 N of Valid Cases 95 a. 15 cells 62,5 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,16. Berdasarkan beberapa hal di atas maka dapat disarankan kepada Pemerintah Kota agar bila kelak dilaksanakan relokasi pemukim, seyogyanya dipertimbangkan penyediaan ruang-ruang atau lahan untuk dipergunakan sebagai tempat kerja yang lokasinya berada di sekitar rumah.

5.2.3 Pendapatan

Besar pendapatan yang diperoleh responden dari hasil bekerja tidak dapat diketahui dengan pasti. Hanya 6 responden yang bersedia mengungkapkan berapa kira-kira pendapatan yang diperolehnya setiap bulan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden memiliki mata pencaharian lebih dari satu jenis dengan penghasilan yang tidak menentu dalam kurun waktu yang tidak tertentu. Oleh karena itu besar pendapatan ditentukan berdasarkan besar pengeluaran rumah tangga setiap bulan meliputi pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk keperluan rumah tangga non makanan seperti transportasi, kesehatan, pendidikan, ibadahSTM, sewa rumah bagi yang menyewa rumah, listrik, air bersih, modal usaha bagi yang punya usaha, jula-jula bagi yang mengikuti arisanjula-jula serta tabungansimpanan. Universitas Sumatera Utara Keseluruhan jenis pengeluaran ini kemudian ditabulasi dan diasumsikan sebagai pendapatan rumah tangga, kecuali pengeluaran untuk modal usaha, pendidikan dan kesehatan. Diasumsikan bahwa keuntungan yang diperoleh dari modal usaha adalah merupakan tabungansimpanan sedangkan pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan menurut pengakuan responden merupakan pengeluaran yang bersumber dari hutang. Dari hasil pengelompokan besar pendapatan per bulan setiap rumah tangga, terlihat bahwa besarnya pendapatan rumah tangga beraneka ragam. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri khas permukiman kumuh yaitu bahwa pemukimnya memiliki tingkat pendapatan yang beranekaragam Suparlan, 2007. Gambar 5.12 Persentase RT berdasarkan pendapatan per bulan Rp. Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Dominasi pendapatan rumah tangga responden adalah pada kelompok Rp.1 juta sampai Rp.2 juta 55,8. Pendapatan rumah tangga antara Rp.350 ribu Universitas Sumatera Utara sampai Rp.500 ribu merupakan kelompok terkecil 3,2. Responden yang memiliki pendapatan di atas Rp.2 juta per bulan 21,1 diantaranya adalah pemilik modal usaha atau ‘bos’ pemulung yang memiliki rumah sendiri bahkan rumah lain untuk disewakan. Hal ini membuktikan bahwa dalam masyarakat permukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda Suparlan, 2007. Berdasarkan distribusi pendapatan rumah tangga tersebut terlihat bahwa pengeluaran terbesar adalah pengeluaran untuk makanan 65,1. Makin besar jumlah anggota keluarga maka makin besar pula pengeluaran ini. Persentase ini berada sedikit di bawah persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan bagi masyarakat miskin Indonesia 73,5 namun kondisi ini membuktikan bahwa rumah tangga responden termasuk rumah tangga berpenghasilan rendah karena persentase pengeluaran untuk makanan merupakan persentase terbesar dari total pengeluaran rumah tangga. Gambar 5.13 Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Responden Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Pengeluaran untuk transportasi dibutuhkan apabila responden dan anggota keluarganya menggunakan alat transportasi umum yang memerlukan ongkos atau Universitas Sumatera Utara kenderaan milik pribadi yang memerlukan biaya BBM. Kegiatan ini terutama untuk pergi ke tempat kerja, ke sekolah atau ke tempat ibadah. Pengeluaran untuk transportasi rata-rata adalah sebesar 18,5 dari pendapatan responden. Persentase ini jauh di atas persentase pengeluaran untuk transportasi bagi masyarakat miskin di perkotaan 2,48. Kondisi ini tentu dipengaruhi oleh jarak ke tempat tujuan, sistem transportasi dan tentunya harga BBM. Pengeluaran untuk ibadahSTM meliputi sumbangan untuk gereja dan iuran keanggotaan STM, yang besarnya sukarela sesuai dengan kemampuan. Pengeluaran untuk ibadahSTM rata-rata adalah sebesar 4,4 dari pendapatan responden. Pengeluaran untuk kesehatan tidak dapat dipastikan karena dibutuhkan hanya jika sakit dan ini tidak dapat diprediksi waktunya. Biaya berobat di Puskesmas gratis apabila membawa KTP atau KK. Namun biaya obat-obatan dan biaya rumah sakit umumnya harus ditebus sendiri, kecuali bila memiliki surat keterangan miskin. Biasanya pengeluaran kesehatan lebih diperuntukkan bagi anak-anak yang sakit, ibu melahirkan, atau pada saat pemukim mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Biaya untuk pengeluaran ini umumnya tidak dipersiapkan sehingga terpaksa diusahakan dengan cara berhutang. Hanya sebagian kecil pemukim dewasa yang membutuhkan obat-obatan secara terus menerus, seperti penderita Diabetes Mellitus. Pemukim dewasa lain umumnya mengatasi penyakit dengan mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas. Hal ini merupakan bukti salah satu strategi yang dilakukan keluarga fakir miskin dalam menghadapi Universitas Sumatera Utara permasalahannya yakni dengan penekananpengetatan pengeluaran Gunawan dan Sugiyanto, 2007. Pengeluaran untuk pendidikan dibutuhkan untuk membayar SPP dan biaya keperluan sekolah lainnya. Apabila bersekolah di SD Negeri, siswa tidak perlu membayar SPP karena ada Dana BOS. Begitu pula bila siswa mendapat beasiswa karena berprestasi. Berdasarkan wawancara langsung, pendidikan merupakan prioritas bagi sebagian besar pemukim di lokasi penelitian. Segala cara diusahakan demi kelangsungan pendidikan anggota keluarga, terutama yang berusia sekolah hingga tingkat SMUsederajat. Pemukim mengaku rela berhutang demi memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya. Pengeluaran untuk jula-jula juga khusus bagi mereka yang turut dalam kegiatan jula-jula. Kegiatan ini digemari sebagian responden karena mereka merasa dapat memanfaatkan dana ini untuk memenuhi berbagai keperluan jika telah memperolehnya apalagi dalam jumlah besar. Pengeluaran untuk jula-jula rata-rata adalah sebesar 16,6 dari pendapatan responden. Hasil jula-jula dapat dipergunakan untuk melunasi hutang akibat pengeluaran untuk kesehatan atau pendidikan. Hasil jula-jula juga dapat dipergunakan untuk memperbaiki rumah yang rusak disebabkan bocor 28,6, keperluan membuat kandang hewan 41,3, menambah kamar tidur di atas 7,9 atau hanya loteng 5,6 atau untuk mengadakan tempat usaha 10,3. Jika tidak mengikuti jula-jula atau jika hasil jula-jula tidak mencukupi maka responden terpaksa berhutang demi perbaikan rumah yang mendesak. Hanya sebagian responden yang dapat menyisihkan pengeluarannya untuk menabung. Itupun kadangkala terpaksa Universitas Sumatera Utara dipakai apabila ada keperluan mendesak seperti tambahan kebutuhan sekolah anak, perbaikan rumah atau jika pesta keluarga di kampung. Responden harus mengeluarkan biaya untuk ongkos transportasi ke kampung dan untuk sumbangan perhelatan. Hal ini seolah-olah menjadi suatu kewajiban dan mau tidak mau harus dilaksanakan jika tidak ingin dikucilkan dari keluarga besar. Jika tidak sedang memiliki tabungan, responden pun terpaksa berhutang. Pengeluaran untuk perumahan berlaku khusus bagi responden yang menyewa rumah 34. Sewa rumah bervariasi antara Rp.1 juta sampai Rp.2,5 juta setahun sedangkan pengeluaran utilitasnya air bersih dan listrik bergantung banyaknya pemakaian. Ditemukan adanya responden yang kongsi dengan kerabat dalam menyewa rumah, sehingga dalam satu rumah terdapat 2-3 keluarga. Responden terpaksa berhutang jika tidak memiliki cukup dana untuk membayar sewa rumah. Hal ini tidak berlaku bagi responden yang memiliki rumah sendiri 48,5 atau rumah warisan orangtuamertua 14,4, juga bagi responden yang meminjammenumpang rumah seseorang 3,1. Khusus bagi responden yang menyewa rumah 34, pengeluaran untuk perumahan ini rata-rata adalah sebesar 13,8 dari pendapatan responden. Persentase ini ternyata berada diatas persentase pengeluaran untuk perumahan bagi masyarakat miskin perkotaan Indonesia 8,43. Terdapat 5 responden yang menyewa rumah berpendapatan di atas Rp.1,5 juta perbulan. Bila ditinjau khusus responden yang menyewa rumah dan berpendapatan di bawah Rp.1,5 juta perbulan maka persentase pengeluaran untuk perumahan rata-rata adalah sebesar 14,9 dari pendapatan. Dengan kondisi pendapatan yang sama, persentase ini Universitas Sumatera Utara ternyata masih jauh di bawah total persentase pengeluaran untuk perumahan 25,2 termasuk air bersih dan listrik 6,8 pemukim di Perumnas Martubung yakni sebesar 32 Panjaitan, A.R, 2008. Dengan kata lain responden belum memiliki keterjangkauan untuk mencicil Rumah Sederhana Sehat RSS, melainkan hanya sanggup menyewa rumah. Kondisi ini diperburuk karena keseluruhan responden ini ternyata memiliki hutang setiap bulannya dan tidak diketahui secara pasti kapan berakhir karena hutang terus berbunga. Khusus bagi responden yang memiliki rumah sendiri 48,5 atau warisan orangtua 14,4, pengeluaran perumahan terutama dan terbesar adalah pada saat pengadaan rumah. Rumah baru dapat didirikan di atas lahan yang ada, apakah lahan yang didiami pemukim sejak awal permukiman berdiri atau lahan yang “dibeli” dari pemukim sebelumnya. Atau, rumah dapat juga diperoleh dengan membeli dari “pemilik” sebelumnya yang harganya bervariasi bergantung pada kondisi bangunan rumah. Bagi responden jenis ini, pengeluaran bulanan untuk perumahan merupakan pengeluaran utilitasnya yaitu air bersih dan listrik. Seandainya keseluruhan pengeluaran untuk perumahan responden jenis ini diasumsikan sebagai modal dalam perumahan, dapat dipastikan mereka tidak akan dapat memperoleh Rumah Sehat Sederhana RSS. Beberapa hal di atas membuktikan konsep yang dinyatakan oleh Srinivas 2007 yaitu bahwa modal dalam perumahan akibat kurangnya aset tabungan merupakan salah satu faktor internal dalam pembentukan suatu permukiman.

5.3 Karakteristik Sosial Kemasyarakatan

Universitas Sumatera Utara Karakteristik sosial kemasyarakatan responden meliputi tempat asal, etnissuku, agama, kekerabatan, kelembagaan dan interaksi sosial.

5.3.1 Tempat asal responden

Responden didominasi oleh migran yang sebelumnya pernah bermukim di kota Medan namun berasal dari luar kawasan penelitian 34 serta migran yang berasal dari kampung masing-masing yang seluruhnya berada di Provinsi Sumatera Utara 27,8, walaupun ada juga yang berasal dari kota-kota lain di Provinsi Sumatera Utara 23,7 serta sedikit berasal dari kota lain di luar Provinsi Sumatera Utara 3,1. Ada juga responden yang berasal dari sekitar kawasan 11,3 yakni pindahan dari cluster lain, dari bantaran rel sebelah kiri atau dari Perumnas Mandala. Hal ini menunjukkan karakteristik pemukim yang bersifat mobile karena tidak masalah berpindah-pindah tempat tinggal. Gambar 5.14 Jumlah responden menurut tempat asal Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Universitas Sumatera Utara Dari hasil tabulasi silang tempat asal dengan lama bermukim ditunjukkan bahwa migran yang berasal dari kota Medan namun berada di luar kawasan penelitian mendominasi dan merupakan pemukim pemula 19,6. Sedangkan pemukim lama kebanyakan berasal dari kampung 11,3. Hal ini sesuai dengan sejarah keberadaan permukiman tersebut, dimana sepuluh keluarga yang pertama kali datang merupakan migran yang berasal dari kampung masing-masing dan hingga kini masih bermukim di sana. Tabel 5.3 Crosstab Tempat Asal terhadap Lama Bermukim TEMPAT ASAL KOTA LAIN DI LUAR SUMUT KOTA LAIN DI SUMUT KAM PUNG KOTA MEDAN DI LUAR KAWASAN SEKITAR KAWASAN Total Count 8 11 7 1 27 25 THN of Total .0 8.2 11.3 7.2 1.0 27.8 Count 1 3 1 5 21-25 THN of Total .0 1.0 3.1 1.0 .0 5.2 Count 5 4 1 10 16-20 THN of Total .0 5.2 4.1 1.0 .0 10.3 Count 4 1 5 1 11 11-15 THN of Total .0 4.1 1.0 5.2 1.0 11.3 Count 2 3 4 4 13 6-10 THN of Total 2.1 3.1 4.1 .0 4.1 13.4 Count 1 2 4 19 5 31 LAMA BERMUKIM 0-5 THN of Total 1.0 2.1 4.1 19.6 5.2 32.0 Count 3 23 27 33 11 97 Total of Total 3.1 23.7 27.8 34.0 11.3 100.0 Dari tabel 5.4 diperoleh Chi-square hitung sebesar 200.507 sedangkan Chi- square tabel sebesar 31.410 taraf kepercayaan 95 dan derajat kebebasan = 20. Berdasarkan hasil tersebut keputusannya adalah Chi-square hitung Chi-square tabel maka Ho ditolak artinya H1 diterima artinya terdapat hubungan antara tempat asal dengan lama bermukim. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4 Chi-square test Tempat Asal terhadap Lama Bermukim Value df Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square 200.507 a 20 .000 Likelihood Ratio 207.696 20 .000 Linear-by-Linear Association 82.707 1 .000 N of Valid Cases 97 a. 24 cells 80,0 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,15.

5.3.2 SukuEtnis Responden

Walaupun berasal dari berbagai macam tempat, ternyata keseluruhan responden berasal dari suku yang sama yakni suku TapanuliBatak Toba 100. Tidak ditemukan responden dari suku lain di lokasi penelitian. Tabel 5.5 Crosstab SukuEtnis terhadap Lama Bermukim SUKU TAPANULI BATAK TOBA Total Count 27 27 25 THN of Total 27.8 27.8 Count 5 5 21-25 THN of Total 5.2 5.2 Count 10 10 16-20 THN of Total 10.3 10.3 Count 11 11 11-15 THN of Total 11.3 11.3 Count 13 13 6-10 THN of Total 13.4 13.4 Count 31 31 LAMA BERMUKIM 0-5 THN of Total 32.0 32.0 Count 97 97 Total of Total 100.0 100.0 Universitas Sumatera Utara Dari hasil tabulasi silang sukuetnis dengan lama bermukim ditunjukkan bahwa seluruh pemukim berasal dari suku TapanuliBatak Toba 100 yang terdistribusi merata berdasarkan lama bermukim, artinya adanya kesamaan suku dengan pemukim terdahulu mendukung lama bermukim. Tabel 5.6 Chi-square test SukuEtnis terhadap Lama Bermukim Value Pearson Chi-Square . a N of Valid Cases 97 a. No statistics are computed because SUKU is a constant. Dari tabel 5.6 tidak ada perhitungan Chi-square , sebab variabel suku merupakan variabel tetap konstan terbukti di lokasi penelitian keseluruhan responden berasal dari suku yang sama yaitu suku TapanuliBatak Toba. Hal ini merupakan keunikan tersendiri karena selama ini kota Medan dikenal sebagai kota multi etnis, termasuk kawasan sekitar lokasi penelitian yakni Perumnas Mandala dimana warganya merupakan campuran dari berbagai suku, mulai dari Aceh, Melayu, berbagai macam suku TapanuliBatak, Jawa, Sunda, Padang dan sebagainya.

5.3.3 Agama Responden

Keseluruhan responden beragama Kristen yakni Kristen Protestan 76,3 dan Kristen Katolik 23,7. Tidak ditemukan responden penganut agama lain di lokasi penelitian. Seperti halnya variabel suku, hal ini juga merupakan keunikan tersendiri karena selama ini kota Medan dikenal sebagai kota multi religi, Universitas Sumatera Utara termasuk kawasan sekitar lokasi penelitian yakni Perumnas Mandala dimana warganya berbaur dalam suku dan agama yang berbeda-beda. Gambar 5.15 Jumlah responden menurut agama Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Tabel 5.7 Crosstab Agama terhadap Lama Bermukim AGAMA KATOLIK PROTESTAN Total Count 4 23 27 25 THN of Total 4.1 23.7 27.8 Count 1 4 5 21-25 THN of Total 1.0 4.1 5.2 Count 4 6 10 16-20 THN of Total 4.1 6.2 10.3 Count 3 8 11 11-15 THN of Total 3.1 8.3 11.3 Count 3 10 13 6-10 THN of Total 3.1 10.3 13.4 Count 8 23 31 LAMA BERMUKIM 0-5 THN of Total 8.3 23.7 32.0 Count 23 74 97 Total of Total 23.7 76.3 100.0 Dari hasil tabulasi silang agama dengan lama bermukim ditunjukkan bahwa responden dengan agama Kristen Protestan dan Katolik terdistribusi merata Universitas Sumatera Utara berdasarkan lama bermukim, artinya adanya kesamaan agama dengan pemukim terdahulu mendukung lama bermukim. Tabel 5.8 Chi-square test Agama terhadap Lama Bermukim Value df Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square 78.163 a 5 .000 Likelihood Ratio 83.607 5 .000 Linear-by-Linear Association 53.598 1 .000 N of Valid Cases 97 a. 5 cells 41,7 have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,19. Dari tabel 5.8 diperoleh Chi-square hitung sebesar 78.163 sedangkan Chi- square tabel sebesar 11.070 taraf kepercayaan 95 dan derajat kebebasan = 5. Berdasarkan hasil tersebut keputusannya adalah Chi-square hitung Chi-square tabel maka Ho ditolak artinya H1 diterima artinya terdapat hubungan antara agama dengan lama bermukim.

5.3.4 Kekerabatan

Kehadiran responden di kawasan ini didominasi oleh ajakan kerabat 56,7 yang telah lebih dulu bermukim di sana ataupun di sekitarnya, walaupun ada juga yang karena ajakan teman sekampung 2,1, karena ajakan teman di kota Medan 5,2 atau atas kemauan sendiri 36,1. Hal di atas didukung oleh pengakuan responden yang menyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki kerabat yang bermukim di sekitar kawasan penelitian 57,7, apakah bermukim di lokasi penelitian atau bermukim di Perumnas Mandala yang Universitas Sumatera Utara berhadapan langsung dengan permukiman responden. Sebagian lainnya tidak memiliki kerabat di sekitar kawasan 42,3. Hubungan kekerabatan ini dibuktikan dari ditemukannya rumah yang didiami oleh lebih dari satu keluarga, seperti anak yang telah berkeluarga generasi kedua tinggal bersama orang tua sekeluarga generasi pertama, bahkan ada rumah yang didiami oleh tiga keluarga karena dua kepala keluarga generasi kedua bekerja di luar kota. Hubungan kekerabatan juga ditunjukkan dari pasangan suami istri yang umumnya bermarga karena berasal dari suku yang sama yakni TapanuliBatak serta menganut agama yang sama pula yaitu Kristen. Tabel 5.9 Crosstab Kekerabatan terhadap Lama Bermukim KEKERABATAN TIDAK ADA KERABAT ADA KERABAT Total Count 27 27 25 THN of Total 27.8 .0 27.8 Count 5 5 21-25 THN of Total 5.2 .0 5.2 Count 9 1 10 16-20 THN of Total 9.3 1.0 10.3 Count 11 11 11-15 THN of Total .0 11.3 11.3 Count 13 13 6-10 THN of Total .0 13.4 13.4 Count 31 31 LAMA BERMUKIM 0-5 THN of Total .0 32.0 32.0 Count 41 56 97 Total of Total 42.3 57.7 100.0 Dari hasil tabulasi silang kekerabatan dengan lama bermukim ditunjukkan bahwa permukiman didominasi oleh responden yang memiliki kerabat di sekitar Universitas Sumatera Utara kawasan 57,7. Hubungan lama bermukim dengan kekerabatan berpengaruh secara signifikan bagi pemukim lama 27 dan pemukim pemula 31. Tabel 5.10 Chi-square test Kekerabatan terhadap Lama Bermukim Value df Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square 93.312 a 5 .000 Likelihood Ratio 125.640 5 .000 Linear-by-Linear Association 79.728 1 .000 N of Valid Cases 97 a. 4 cells 33,3 have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,11. Dari tabel 5.10 diperoleh Chi-square hitung sebesar 93.312 sedangkan Chi- square tabel sebesar 11.070 taraf kepercayaan 95 dan derajat kebebasan = 5. Berdasarkan hasil tersebut keputusannya adalah Chi-square hitung Chi-square tabel maka Ho ditolak artinya H1 diterima artinya terdapat hubungan antara kekerabatan dengan lama bermukim. Adapun tempat responden berkumpul atau berjumpa dengan keluarga dan kerabatnya yakni di rumah sendiri 76,3, hanya sebagian responden yang berkumpulberjumpa di warung 23,7, itupun karena warungkedai berada di teras rumah sendiri yang sehari-hari dijadikan tempat berkumpul. Beberapa karakteristik sosial kemasyarakatan di atas sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Srinivas 2007 yang menyatakan bahwa tempat asal, sukuetnik, agama serta kekerabatan di permukiman merupakan faktor-faktor internal alami yang bertindak sebagai kekuatan pembangkit dan menentukan kualitas serta ukuran sebuah permukiman termasuk permukiman kumuh dan liar. Keempat variabel karakteristik sosial kemasyarakatan tersebut memberi pengaruh yang signifikan terhadap keberlangsungan permukiman tersebut. Universitas Sumatera Utara

5.3.5 Kelembagaan

Sebagaimana diketahui permukiman ini merupakan permukiman ilegal. Namun kenyataannya permukiman ini termasuk Kelurahan Tegal Sari Mandala II dan merupakan satu lingkungan yakni Lingkungan XIV yang dikepalai oleh seorang Kepala Lingkungan. Pada awalnya kepala lingkungan adalah salah satu dari sepuluh pemukim pertama. Kemudian berganti karena meninggal dunia, tetapi bukan merupakan keturunan, terbukti dari marga para Kepala Lingkungan tersebut berlainan satu sama lain. Kepala Lingkungan merupakan tokoh masyarakat yang berpengaruh di permukiman tersebut, didominasi oleh tokoh- tokoh perintis permukiman tersebut. Oleh karena itu maka secara administratif pemukim memiliki Kartu Tanda Penduduk KTP, Kartu Keluarga KK dan membayar Pajak Bumi dan Bangunan PBB serta diharuskan memberikan setoran kepada Kepala Lingkungan sebesar Rp.1500,-sampai Rp.1750,- setiap bulan guna kepentingan lingkungan. Gambar 5.16 Bukti pembayaran PBB Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Universitas Sumatera Utara Tetapi tidak ditemukan adanya Sertifikat Tanah atau Izin Mendirikan Bangunan IMB, yang ada hanyalah kwitansi jual beli tanah atau rumah saja. Begitu pula, lingkungan ini juga mendapat Bantuan Langsung Tunai BLT dari Pemerintah yang besarnya berkisar Rp.300 juta, untuk dibagikan kepada 220 KK miskin dan sesekali memperoleh bantuan sembako dari LSM. Tidak ditemukan Rukun Tetangga RT dan Rukun Warga RW di dalam Lingkungan XIV ini, yang ada hanyalah satu lembaga yang disebut STM Serikat Tolong Menolong yang juga dibentuk oleh 10 keluarga pemukim di awal permukiman ini didirikan. STM ini dibentuk berdasarkan kerohanianaliran agama atau persatuan marga. STM membentuk beberapa bidang seperti kemalangan, sukacita dan adat. Persatuan marga dapat dikelompokkan lagi menurut marga suami atau istri. Menurut Kepala Lingkungan, satu badan STM beranggota sekitar 13 keluarga. Setiap anggota membayar iuran yang akhirnya menjadi simpanan. Besarnya iuran bervariasi sesuai kemampuan ekonomi, biasanya berkisar Rp.10.000,- sampai Rp.50.000,- per bulan. Apabila satu keluarga menjadi anggota dari beberapa badan STM, tentu pengeluaran untuk iuran juga menjadi besar. Suka atau tidak, pemukim terpaksa menjadi anggota beberapa STM. Hal ini disebabkan karena STM merupakan lembaga yang menolong pemukim di saat diperlukan seperti pada saat kemalangan, perhelatan ataupun sebagai tempat meminjam uang. Menurut seorang ibu Br. Situmorang, 67 tahun, STM ini berbentuk koperasi simpan pinjam. Anggota boleh meminjam uang dengan syarat berbunga seperti sistem di bank. Oleh karena itu anggota yang meminjamkan uangnya juga memperoleh pembagian bunga sebagai jasa. Kadangkala pemukim menyebutnya Universitas Sumatera Utara sebagai rentenir. Jika pemukim tidak menjadi anggota, kemungkinan besar akan dikucilkan sehingga tidak mendapat bantuan pinjaman.

5.3.6 Interaksi Sosial

Interaksi sosial responden membuktikan konsep Gunawan dan Sugiyanto 2007 dimana interaksi sosial tersebut terungkap melalui potensi yang dimiliki keluarga terhadap kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, pelaksanaan peran sosial dan dalam menghadapi permasalahan. Ketiga jenis kemampuan itu dapat dilihat dari : a. Peran dalam bidang ekonomi terutama kemampuan pengeluaran keluarga dalam berbagai aspek kebutuhan rumah tangga, kesehatan, ibadah, modal usaha dan lain-lain. Peran ini telah dijelaskan dalam bagian pengeluaran rumah tangga. b. Peran dalam bidang pendidikan pelaksanaan ibadah, kemampuan menjangkau tingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, mengerjakan kegiatan kerumahtanggaan, mengasuh anak dan mendampingi anak belajar. Interaksi sosial dalam pelaksanaan ibadah dan dalam menjangkau pendidikan dasar formal dibuktikan dari peran responden dan keluarga dalam mengakses sarana peribadatan dan sarana pendidikan yang ada, ini telah dijelaskan pada bagian terdahulu. Sedangkan kegiatan mengerjakan pekerjaan rumah tangga didominasi oleh istri 63,6 dibantu oleh anak yang lebih besar 28. Begitu juga dominasi peran istri dalam kegiatan mengasuh anak 65,1 dan mendampingi anak belajar 36,1. Universitas Sumatera Utara c. Peran dalam perlindungan melindungi keluarga, kemampuan dalam menghadapi permasalahan dan turut serta memelihara kesehatan keluarga. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan terutama masalah ekonomi diselesaikan dengan berhutang, sedangkan peran serta memelihara kesehatan keluarga bergantung pada kondisi keuangan keluarga. d. Peran dalam kemasyarakatan kunjungan keluarga, rekreasi dan kelembagaan. Kunjungan keluarga terhadap kerabat di kawasan penelitian terlaksana di rumah atau di warung, sedangkan terhadap kerabat lain bila ada pesta di kampung. Rekreasi dapat dikatakan tidak merupakan bagian dari interaksi sosial, hanya satu keluarga yang melakukan rekreasi dengan berkunjung ke mall sekali-sekali. Interaksi sosial kelembagaan ditunjukkan dari keikutsertaan responden dalam lembaga yang ada Lingkungan dan STM. Keberadaan lembaga STM di permukiman ini membuktikan konsep yang dinyatakan oleh Bandiyono 2007 yakni meskipun tinggal di permukiman liar, namun pemukim juga membentuk lembaga dan tetap membayar PBB serta turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Interaksi sosial berkaitan dengan waktu yang dimiliki responden. Sebagian besar responden bekerja lebih dari 8 jam sehari 85,3, sehingga waktu luang yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan rumah tangga dan istirahat di rumah 73,7. Sebagian kecil responden mengaku tidak memiliki waktu istirahat kecuali tidur beberapa jam di malam hari 20. Responden lain ada yang bekerja 5-8 jam sehari 11,6 dan ada yang kurang dari 5 jam sehari 1,1, ini Universitas Sumatera Utara merupakan responden lanjut usia. Hanya sebagian kecil responden yang berkumpul di warung sehabis bekerja 6,2. Dari uraian di atas jelaslah bahwa keterbatasan interaksi sosial pemukim disebabkan karena kepentingan mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, wajar bila interaksi sosial responden yang paling dominan berkaitan dengan masalah keuangan yakni hutang. Sebagian besar responden mengaku meminjam uangberhutang 78,4 kepada tetangga 22, kerabat 38,1 bahkan rentenir 39,8. Kiranya dibutuhkan peran Pemerintah untuk membantu pemukim di bidang ekonomi khususnya kegiatan simpan pinjam agar mereka tidak berhutang ke rentenir. Interaksi sosial pemukim ini menunjukkan strategi pemanfaatan jaringan yang dilakukan pemukim dan membuktikan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Sugiyanto 2007 mengenai strategi yang dilakukan keluarga fakir miskin dalam menghadapi permasalahannya.

5.4 Lama bermukim

Sebagian besar responden mengaku bermukim di kawasan ini disebabkan karena hargasewa rumah terjangkau 43,8, karena mata pencaharian 32,6, dan atau karena dekat dengan kerabat 21,5. Umumnya responden bermukim di kawasan ini bukan disebabkan karena satu faktor saja, melainkan karena dua bahkan tiga faktor tersebut. Lama bermukim didominasi oleh pemukim kurang dari 5 tahun 32, disusul oleh pemukim lebih dari 25 tahun 27,8. Oleh karena itu ditemukan adanya anak dari responden yang lahir di kawasan ini 70,1 yang sebagian mereka saat ini juga merupakan responden 10,3. Hal Universitas Sumatera Utara ini sesuai dengan konsep Srinivas 2007 menyatakan bahwa lama bermukim menetap merupakan salah satu faktor kekuatan pembangkit dan menentukan kualitas serta ukuran sebuah permukiman. Lebih lanjut dikatakan bahwa permukiman liar umumnya didominasi oleh migran, baik desa-kota atau kota-kota dimana banyak juga dari generasi kedua atau generasi ketiga pemukim liar tersebut. Gambar 5.17 Persentase Responden menurut Lama Bermukim Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Bila dilihat perkembangan permukiman kumuh dan liar di lokasi penelitian tersebut, sejak awal keberadaannya hingga saat ini, maka dapat dibagi ke dalam tiga fase. Fase awal mulai tahun 1976 sampai sekitar tahun 1983 pemukim bebas memilih lahan untuk dijadikan tempat tinggal berikut lahan garapan untuk bercocok tanam. Universitas Sumatera Utara = 25 thn Gambar 5.18 Fase Awal Permukiman tahun 1976-1983 Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Fase kedua sekitar tahun 1983 sampai tahun 1990-an berangsur-angsur lahan untuk bercocok tanam mulai berkurang karena diperuntukkan sebagai tempat tinggal. Disini mulai terjadi transaksi jual beli tanah atau rumah. Pemukim awal bertindak sebagai “pemilik” lahan dan “menjual lahannya” kepada pemukim berikutnya. Pemukim juga mulai memelihara hewan sekitar tahun 1985 sebagai ganti mata pencaharian bercocok tanam. Sampai suatu waktu dimana rumah- rumah mulai ada yang dijual ataupun disewakan. = 25 thn = 21-25 thn = 16-20 thn = 11-15 thn Gambar 5.19 Fase Kedua Permukiman tahun 1990-an Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Fase akhir yakni saat sekarang dimana permukiman sudah berada disana lebih dari 30 tahun. Terlihat padat dengan rumah-rumah begitupula pemukimnya. Universitas Sumatera Utara 25 thn 21-25 thn 16-20 thn 11-15 thn 6-10 thn 0-5 thn Gambar 5.20 Permukiman saat ini setelah lebih 30 tahun Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Hubungan antara lama bermukim dengan beberapa variabel seperti lokasi kerja, tempat asal, etnissuku, agama dan kekerabatan telah dibahas terdahulu. Berikut ini kaitan antara lama bermukim dengan variabel status rumah dan kepuasan bermukim. Tabel 5.11 Crosstab Lama Bermukim terhadap Status Rumah STATUS RUMAH PINJAM MENUMPANG SEWA WARISAN MILIK SENDIRI Total Count 5 22 27 25 THN of Total .0 .0 5.2 22.6 27.8 Count 1 4 5 21-25 THN of Total .0 .0 1.0 4.1 5.2 Count 1 3 1 5 10 16-20 THN of Total 1.0 3.1 1.0 5.2 10.3 Count 5 6 11 11-15 THN of Total .0 5.2 .0 6.2 11.3 Count 6 7 13 6-10 THN of Total .0 6.2 7.2 .0 13.4 Count 2 19 10 31 LAMA BERMUKIM 0-5 THN of Total 2.1 19.6 .0 10.3 32.0 Count 3 33 14 47 97 Total of Total 3.1 34.0 14.4 48.5 100.0 Universitas Sumatera Utara Dari hasil tabulasi silang lama bermukim dengan status rumah ditunjukkan bahwa pemukim lama 25 tahun status rumahnya adalah milik sendiri yang berarti pula bahwa mereka telah betah di sana atau terpaksa bermukim di sana karena tidak ada pilihan lain. Sedangkan pemukim pemula 0-5 tahun merupakan penyewa yang berarti bahwa kemungkinan besar pemukim tidak cukup kemampuan untuk memiliki rumah sendiri atau justeru tidak berencana untuk bermukim lama di sana. Tabel 5.12 Chi-square test Lama Bermukim terhadap Status Rumah Value df Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square 153.636 a 15 .000 Likelihood Ratio 169.137 15 .000 Linear-by-Linear Association 85.570 1 .000 N of Valid Cases 97 a. 18 cells 75,0 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,15. Dari tabel 5.12 Chi-square hitung sebesar 153.636 sedangkan Chi- square tabel sebesar 24.996 taraf kepercayaan 95 dan derajat kebebasan = 15. Berdasarkan hasil tersebut keputusannya adalah Chi-square hitung Chi- square tabel maka Ho ditolak artinya H1 diterima artinya terdapat hubungan antara lama bermukim dengan status rumah. Sedangkan dari hasil tabulasi silang lama bermukim dengan kepuasan bermukim ditunjukkan bahwa sebagian besar responden pemukim meyatakan puas bermukim di lokasi penelitian 63,9, sedangkan sebagian lain menyatakan tidak puas 36,1. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.13 Crosstab Lama Bermukim terhadap Kepuasan Bermukim KEPUASAN BERMUKIM TIDAK PUAS PUAS Total Count 27 27 25 THN of Total 27.8 .0 27.8 Count 5 5 21-25 THN of Total 5.2 .0 5.2 Count 3 7 10 16-20 THN of Total 3.1 7.2 10.3 Count 11 11 11-15 THN of Total .0 11.3 11.3 Count 13 13 6-10 THN of Total .0 13.4 13.4 Count 31 31 LAMA BERMUKIM 0-5 THN of Total .0 32.0 32.0 Count 35 62 97 Total of Total 36.1 63.9 100.0 Responden yang menyatakan puas didominasi oleh pemukim lama dimana mereka telah memiliki rumah sendiri dan dapat menikmati fasilitas kota. Sedangkan responden yang menyatakan tidak puas didominasi oleh pemukim pemula. Tabel 5.14 Chi-square test Lama Bermukim terhadap Kepuasan Bermukim Value df Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square 87.895 a 5 .000 Likelihood Ratio 114.638 5 .000 Linear-by-Linear Association 76.239 1 .000 N of Valid Cases 97 a. 5 cells 41,7 have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,80. Dari tabel 5.14 Chi-square hitung sebesar 87.895 sedangkan Chi-square tabel sebesar 11.070 taraf kepercayaan 95 dan derajat kebebasan = 5. Berdasarkan hasil tersebut keputusannya adalah Chi-square hitung Chi-square tabel maka Ho Universitas Sumatera Utara ditolak artinya H1 diterima artinya terdapat hubungan antara lama bermukim dengan kepuasan bermukim. Analog dengan sebab bermukim, maka alasan kepuasan bermukim juga bukan disebabkan karena satu faktor saja, melainkan karena dua bahkan tiga faktor berikut yakni karena hargasewa rumah terjangkau 42,1, karena mata pencaharian 39, dan atau karena dekat dengan kerabat 18,9. Alasan ketidakpuasan adalah karena merasa tidak nyaman 42,9 dan terpaksa 57,1 bermukim di sana karena tidak ada pilihan lain. Perasaan ini didukung oleh rasa takut responden terhadap beberapa hal yang kemungkinan terjadi terhadap rumah mereka yaitu takut jika kereta api terbalik 27,8, takut digusur 27,3 walaupun sampai saat ini kawasan tersebut tidak pernah digusur. Pemukim juga merasa tidak nyaman akan banjir 42,9 yang sering terjadi terutama jika hujan turun sangat lama lebih dari 3 jam. Gambar 5.21 Permukiman sesaat setelah banjir Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Universitas Sumatera Utara Disinggung mengenai tipe rumah yang pemukim idamkan apabila harus pindah dari kawasan tersebut, sebagian besar pemukim menginginkan tipe rumah tunggal yang sesuai dengan mata pencaharian mereka 95,9, sebagian kecil berniat menempati rumahnya di kampung 3,1 dan satu pemukim akan menempati rumahnya di Perumnas Mandala 1. Tidak seorangpun pemukim yang bersedia untuk tinggal di rumah susun. Hal terakhir ini tentu menjadi masukan bagi pemerintah kota dalam rencana pelaksanaan relokasi.

5.5 Diskusi