Pendekatan Keselamatan Dampak Lintasan Kereta Api terhadap Permukiman

12 - 15 meter Gambar 4.8 Permukiman di bantaran rel kereta api Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Dari penjelasan beberapa pasal di atas sudah jelas bahwa kawasan permukiman tersebut seharusnya tidak berada di sana, karena kawasan itu tidak diperuntukkan bagi permukiman melainkan sebagai damija serta dawasja. Dengan kata lain, permukiman di lokasi penelitian adalah permukiman illegal.

4.5.2 Pendekatan Keselamatan

Dari penelitian mengenai Pengaruh Kebisingan dan Getaran Terhadap Perubahan Tekanan Darah Masyarakat yang Tinggal di Pinggiran Rel Kereta Api Lingkungan XIV Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Medan Denai pada tahun 2008-2009, diketahui bahwa kondisi kebisingan rata-rata di area 11 meter dari rel kereta api adalah 100,45 dBA dan tingkat getaran rata-ratanya 6,69 ì. Bila dibandingkan dengan NAB baik dengan kebisingan 85 dBA maupun getaran 6 ì, hasil penelitian ini menujukkan ada pengaruh yang signifikan antara Universitas Sumatera Utara kebisingan dengan perubahan tekanan darah sistolik nilai p value 0,001 dan diastolik nilai p value 0,031 dan ada pengaruh getaran dengan perubahan tekanan darah sistolik nilai p value 0,002 dan diastolik nilai p value 0,000. Sementara yang paling berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah adalah kebisingan dengan nilai beta 1,964. Dari hasil penelitian tersebut disarankan secara lintas sektoral bagi PT. Kereta Api Persero Divisi Regional I Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Kota Medan serta Dinas Tata Kota agar mempertegas aturan, menata ulang serta memberikan pengawasan bagi masyarakat yang tinggal pada jarak 11 meter dari rel kereta api, untuk terciptanya tata ruang dan pemukiman yang nyaman. Saat ini, dalam waktu 24 jam terdapat 20 kali lintasan kereta api yang datangberangkat didari stasiun Medan. Kereta api jurusan Medan-Rantau Prapat dan Medan-Tanjung Balai masing-masing dilayani oleh 4 buah kereta api untuk pulang dan pergi, sedangkan jurusan Medan-Pematang Siantar dilayani oleh 2 kereta api untuk pulang dan pergi. Keseluruhannya melintasi rel kereta api yang berada 3 meter dari dinding belakang rumah pemukim. Melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian, terlihat bahwa pemukim sudah terbiasa dengan kondisi demikian. Mereka hanya perlu menjauhkan diri kira-kira 2 meter dari kereta api yang sedang melintas di sana. Setelah kereta api berlalu, kegiatan akan kembali seperti semula - pemukim bebas lalu lalang, anak-anak bebas bermain - seolah-olah kawasan itu bukan daerah yang berbahaya. Kondisi di atas tentu sangat tidak aman karena mengancam keselamatan pemukim dan sangat tidak nyaman karena menimbulkan kebisingan. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Latar Belakang Responden

Sampel penelitian merupakan pemukim kumuh dan liar yang berada di cluster terpilih. Dalam kajian ini cluster terpilih adalah cluster 3 dengan jumlah responden sebanyak 97 Kepala Keluarga. Dari hasil survey diperoleh latar belakang responden meliputi identitas responden termasuk bagaimana aksessibilitas terhadap sarana dan prasarana, dan terutama karakteristik sosial ekonomi, karakteristik sosial kemasyarakatan serta lama bermukim.

5.1.1 Identitas Responden

Responden merupakan kepala keluarga yang bermukim di kawasan penelitian. Kepala keluarga didominasi oleh para suami 82,5 termasuk duda 6,2 walaupun ada juga istri yang berperan sebagai kepala keluarga 17,5 karena telah berstatus janda. Gambar 5.1 Karakteristik responden menurut kepala keluarga Sumber : Data Penelitian Lapangan, 2009 Universitas Sumatera Utara