Disinggung mengenai tipe rumah yang pemukim idamkan apabila harus pindah dari kawasan tersebut, sebagian besar pemukim menginginkan tipe rumah
tunggal yang sesuai dengan mata pencaharian mereka 95,9, sebagian kecil berniat menempati rumahnya di kampung 3,1 dan satu pemukim akan
menempati rumahnya di Perumnas Mandala 1. Tidak seorangpun pemukim yang bersedia untuk tinggal di rumah susun. Hal terakhir ini tentu menjadi
masukan bagi pemerintah kota dalam rencana pelaksanaan relokasi.
5.5 Diskusi
Pemukim ternyata didominasi oleh migran yang sebelumnya telah bermukim di Kota Medan, baik berasal dari kawasan lain di Kota Medan maupun berasal
dari sekitar kawasan penelitian seperti dari Perumnas Mandala yang berhadapan langsung dengan permukiman ini, berasal dari bantaran rel sebelah kiri atau
pindahan dari cluster lain. Hal ini menunjukkan karakteristik pemukim yang bersifat mobile karena tidak masalah untuk berpindah-pindah tempat tinggal.
Keseluruhan pemukim berasal dari suku yang sama yaitu suku TapanuliBatak Toba dan agama yang sama pula yakni agama Kristen. Kehadiran
pemukim di kawasan ini didominasi oleh ajakan kerabat yang telah lebih dulu bermukim di sana ataupun di sekitarnya. Hal ini didukung oleh pengakuan
pemukim yang menyatakan bahwa sebagian besar memiliki kerabat yang bermukim di sekitar kawasan penelitian, apakah bermukim di lokasi penelitian
atau bermukim di Perumnas Mandala. Hubungan kekerabatan ini dibuktikan bukan hanya dari ditemukannya rumah yang didiami oleh lebih dari satu keluarga,
Universitas Sumatera Utara
tetapi juga ditunjukkan dari pasangan suami istri yang berasal dari suku dan agama yang sama. Oleh karena itu permukiman ini merupakan keunikan tersendiri
karena selama ini Kota Medan dikenal sebagai kota dengan permukiman multi etnis dan religi.
Secara umum dalam satu rumah tangga pemukim terdapat berbagai macam sumber penghasilanmata pencaharian karena melibatkan anggota keluarga dalam
mencari nafkah, namun tetap terkonsentrasi pada jenis pekerjaan di sektor informal disebabkan tidak memiliki keterampilan atau pendidikan formal.
Terdapat dugaan bahwa pada awalnya jenis mata pencaharian pemukim baru mengikuti jenis mata pencaharian pemukim lama, baru kemudian memilih
alternatif yang lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa secara umum tidak ada pengangguran di lokasi penelitian karena rumah tangga pemukim tidak memiliki
karakteristik malas bekerja. Dengan demikian terdapat harapan bahwa pemukim kelak dapat diberdayakan apabila dilaksanakan relokasi.
Dominasi lokasi kerja di sekitar rumah 3 km menunjukkan bahwa pemukim memilih jenis pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah dan sekitarnya
disamping karena keterbatasan keahlianketerampilan juga agar dapat berbagi waktu dalam mengasuh anak dan aktivitas rumah tangga lainnya. Hal terakhir ini
tentunya berkaitan dengan keterbatasan penghasilan. Walaupun pemukim memiliki tingkat pendapatan yang beranekaragam,
namun pada dasarnya termasuk rumah tangga berpenghasilan rendah, dibuktikan dari persentase pengeluaran terbesar dari total pengeluaran rumah tangga adalah
persentase untuk makanan. Dalam hal pengeluaran untuk perumahan, dapat
Universitas Sumatera Utara
dikatakan bahwa pemukim belum memiliki keterjangkauan untuk mencicil Rumah Sederhana Sehat RSS, melainkan hanya sanggup menyewa rumah.
Kondisi ini diperburuk karena pada umumnya pemukim ternyata memiliki hutang setiap bulannya terutama untuk memenuhi kebutuhan pendidikan keluarga dan
kesehatan yang mendesak, dimana hutang ini tidak diketahui secara pasti kapan berakhir karena terus berbunga.
Adapun interaksi sosial pemukim terungkap melalui potensi yang dimiliki keluarga terhadap kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, pelaksanaan
peran sosial dan dalam menghadapi permasalahan. Interaksi sosial kelembagaan ditunjukkan dari keikutsertaan pemukim dalam lembaga yang ada Lingkungan
dan STM. Keterbatasan interaksi sosial pemukim disebabkan karena kepentingan mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, wajar bila
interaksi sosial yang paling dominan berkaitan dengan masalah keuangan yakni hutang. Sebagian besar pemukim mengaku meminjam uangberhutang kepada
tetangga, kerabat bahkan rentenir. Selain disebabkan karena adanya kesamaan suku dan agama serta
kekerabatan dengan pemukim terdahulu, sebagian besar pemukim mengaku bermukim di kawasan ini disebabkan karena hargasewa rumah terjangkau dan
atau karena mata pencaharian. Hal terakhir ini tentunya ber
kaitan dengan pendapatan rumah tangga dan lokasi kerja. Dengan ukuran rumah rata-rata sekitar 4,5x8
meter, pemukim rela membayar sewa rumah sekitar Rp.1 juta sampai Rp.2,5 juta setahun sesuai dengan kondisi rumah agar tetap bertahan di permukiman ini terutama
karena secara fisik rumah dapat menampung keluarga besar serta dapat dipergunakan
Universitas Sumatera Utara
sebagai lokasi kerja. Dapat dikatakan bahwa pemukim juga “membeli” lingkungan, karena tentunya lebih murah apabila bermukim di Rusunawa yang sewanya berkisar
Rp.96.000,- setahun. Namun, hal ini bertentangan dengan
tipe rumah yang pemukim idamkan apabila harus pindah dari kawasan tersebut, karena sebagian besar
pemukim menginginkan tipe rumah tunggal yang sesuai dengan mata pencaharian mereka dan tidak ada yang bersedia untuk tinggal di Rumah Susun.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa masing-masing karakteristik berhubungan satu sama lain serta memiliki hubungan dengan variabel lama
bermukim. Dengan kata lain seluruh karakteristik tersebut yang menyebabkan pemukim bertahan untuk tetap bermukim di sana.
Dengan mempertimbangkan seluruh karakteristik pemukim tersebut, maka disarankan kepada Pemerintah Kota agar bila kelak dilaksanakan relokasi
pemukim, seyogyanya mempertimbangkan penyediaan ruang-ruang atau lahan untuk dipergunakan sebagai tempat kerja yang lokasinya berada di sekitar rumah.
Dibutuhkan juga peran Pemerintah Kota untuk membantu pemukim di bidang pemberdayaan ekonomi seperti peningkatan keterampilan yang menunjang
penghasilan, bimbingan dalam pengelolaan keuangan serta penyediaan badan simpan pinjam agar mereka tidak berhutang ke rentenir.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa temuan mengenai karakteristik sosial ekonomi dan sosial kemasyarakatan pemukim kumuh dan liar di lokasi penelitian.
Karakteristik pemukim tidak terlepas dari latar belakang mereka, baik identitas diri maupun kondisi lingkungan. Adapun beberapa temuan yang diperoleh yaitu :
A. Karakteristik Sosial Ekonomi meliputi mata pencaharian, tempatlokasi kerja
dan pendapatan rumah tangga : 1.
Pemukim memiliki pendidikan formal tertinggi tamat SMUsederajat serta sebagian besar tidak memiliki keterampilan khusus. Mata pencaharian
pemukim beraneka ragam dan merupakan pekerjaan di sektor informal. Dalam kegiatan mencari nafkah, kepala keluarga dibantu oleh anggota
keluarga lain sehingga ditemukan setiap rumah tangga memiliki lebih dari satu mata pencaharian. Hal ini sesuai dengan teori mengenai permukiman
kumuh dan liar yaitu bahwa pemukim secara sosial dan ekonomi tidak homogen karena memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam dan
bahwa pemukim pada umumnya terkonsentrasi pada berbagai jenis pekerjaan di sektor informal karena tidak memiliki keterampilan atau
pendidikan formal Suparlan, 2007. Juga sesuai dengan strategi yang dilakukan keluarga fakir miskin dalam menghadapi permasalahannya
Universitas Sumatera Utara