commit to user
76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Masyarakat Samin dan Konteksnya
1. Keadaan Geografi dan Latar Sosial Budaya
a. Keadaan Geografi
Dukuh Tanduran terletak di Desa Kemantren yang memiliki luas wilayah 501.850 Ha. Desa Kemantren terdiri atas dua wilayah yakni Desa
Kemantren dan Dukuh Tanduran. Desa tersebut terbagi menjadi tiga Rukun Warga RW dan tujuh belas Rukun Tetangga RT. Dukuh
Tanduran memiliki wilayah yang terpisah dari kelurahan. Jarak tempuh Dukuh Tanduran dari Kelurahan kurang lebih 1 Km, kemudian jarak
tempuh dari kantor Kecamatan sekitar 8 Km dan kurang lebih 20 Km dari pusat kota Cepu, tepatnya sekitar 47 Km ke arah tenggara dari ibu kota
Kabupaten Blora, dan kurang lebih 170 kilometer dari ibu kota propinsi Jawa Tengah.
Dilihat dari letaknya, Dukuh Tanduran ini berada dipelosok yang cukup jauh dari pusat kota. Dukuh Tanduran terletak disepanjang jalan
menuju Desa Bangsan dan merupakan jalan strategis yakni ke arah timur menuju Kota Cepu dan ke arah barat menuju kota Randublatung
– Sulursari
– Purwodadi. Dukuh Tanduran merupakan bagian dari Desa Kemantren dengan batas wilayah yaitu sebelah barat berbatasan dengan
Desa Sidorejo, Wadu, Pulo dan Tanjung, sebelah timur berbatasan dengan
commit to user
Desa Klagen dan Panolan, selanjutnya disebelah selatan berbatasan dengan Desa Sidorejo, kemudian disebelah utara berbatasan dengan Desa
Bajo dan Ngloram Cepu. Sedangkan batas wilayah Dukuh Tanduran yang merupakan lokasi penelitian yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa
Bangsan, kemudian disebelah selatan berbatasan dengan Desa Kemantren, selanjutnya sebelah timur berbatasan dengan Desa Klagen, dan sebelah
barat berbatasan Desa Wadu. Desa Kemantren memiliki luas 501.850 Ha. Luas tersebut terdiri
dari sawah irigasi setengah teknis seluas 372.440 Ha, sawah tadah hujan seluas 3.100 Ha. Kemudian luas lahan pemukiman59.210 Ha, dan sisanya
seluas 67.100 Ha untuk jalan dan sebagainya. Keadaan fisik Dukuh Tanduran serta sarana yang terdapat
didalamnya masih cukup sederhana, belum ada jasa transportasi umum. Supaya dapat menjangkau Dukuh Tanduran diperlukan jasa tukang ojek
yang berpangkal di pertigaan Desa Ngraho. Pertigaan Desa Ngraho merupakan jalan raya yang menghubungkan antar daerah, yakni ke arah
timur menuju kota Cepu dan ke arah barat menuju Randublatung –
Sulursari – Purwodadi.
Untuk tatanan kondisi pemukiman di Dukuh Tanduran sudah cukup teratur, tetapi bangunan rumahnya masih terbilang sangat sederhana
yaitu terbuat dari papan kayu berbentuk bangunan adat Jawa pesisiran bukan joglo yakni
pagasan
dan
bêkuk lulang
. Namun demikian juga terdapat bangunan yang berbentuk modern, tetapi bahan utamanya tetap
commit to user
berbahan dasar kayu. Pada umumnya kayu yang dipilih adalah kayu jati. Sebagian besar tempat tinggal masyarakat Dukuh Tanduran adalah semi
permanent. Hal ini dapat dilihat diantaranya dari atapnya yang menggunakan genteng, bangunan kerangka rumah yang terbuat dari kayu,
dan dindingnya juga menggunakan kayu. Selanjutnya juga masih ditemukan lantai rumah yang masih berupa tanah, lantai ini banyak
dijumpai di rumah masyarakat Samin. Lantai rumah lainnya yang dapat dijumpai yakni lantai terbuat dari kayu jati yang disebut
gladak
dan sebagian lagi sudah berlantai porselen, keramik dan ubin.
Walaupun bangunan rumah masih semi permanent namun luas rumahnya cukup besar, rata-rata luas rumahnya sembilan meter persegi
untuk satu rumah. Pada umumnya satu Kepala Keluarga KK minimal mempunyai dua rumah, yang terdiri dari rumah depan dan rumah
belakang. Namun demikian juga dijumpai KK yang memiliki jumlah rumah lebih dari dua. Untuk KK yang memiliki jumlah rumah lebih dari
dua, rumah tersebut biasanya dibagi menjadi rumah depan yang di gunakan sebagai tempat menerima tamu, tempat kenduri, dan tempat
jagongan. Rumah tengah difungsikan sebagai tempat keluarga berkumpul, kamar tidur, dan meletakkan perabot rumah seperti kulkas, TV, almari,
dan sebagainya. Rumah belakang digunakan sebagai tempat masak, tempat hasil pertanian, dan tempat hewan piaraan jika punya.
Secara geografi Dukuh Tanduran merupakan dataran rendah yang sangat luas dan cocok untuk pertanian, dengan ketinggian tanah dari
commit to user
permukaan laut kurang lebih 42 m dan memiliki suhu udara rata-rata 23° sampai 24° C, maka lahan di Dukuh Tanduran merupakan daerah yang
subur. Adanya kondisi tanah yang subur dan menguntungkan tersebut,
menjadikan sebagian besar penduduk Dukuh Tanduran bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Pertanian di Dukuh Tanduran
terbilang sudah maju. Hal ini dapat dilihat dari sarana pertanian yang dimanfaatkan sudah modern seperti alat pembajak sawah yang dulunya
menggunakan binatang sekarang menggunakan traktor, alat penggilingan hasil pertanian sebagai pengganti penggilingan padi yang dulunya di
tumbuk, dan alat-alat lainnya yang mempermudahkan dalam hal pertanian.
b. Pemerintahan