2 Pulau Jawa : Sunda, Baui masyarakat tradisional yang
mengisolasi diri dari dunia luar di provinsi Banten, Jawa, dan Madura, Bali;
3 Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur: Sasak,
Manggarai, Sumbawa, Flores dan sebagainya; 4
Kalimantan : Dayak, Melayu, Banjar, dan sebagainya.; 5
Sulawesi :Bugis, Makassar, Toraja, Gorontalo, Minahasa, Manado,dan sebagainya.;
6 Maluku : Ambon, Ternate,dan sebagainya;
7 Papua : Dani, Asmat,dan sebagainya.
Mengingat dua hal yang telah diuraikan diatas, yaitu sistem desentralisasi yang dianut Indonesia serta luas dan beranekaragamnya
kebudayaan Indonesia, tentu mempengaruhi sistem pendidikan nasional.
Irianto menyatakan
28
Kebijakan yang berdimensi lokal adalah semua hal yang sesuai dengan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat daerah.
Kebijakan seperti ini sebaiknya rakyat baik melalui DPRD maupun kelompok
– kelompok kepentingan daerah dan pemerintah daerah yang memutuskannya. Memilih lokasi tempat berdirinya gedung
sekolah, menambah dan mengankat guru, menentukan kurikulum lokal dan lain sebagainya akan lebih tepat dan efisien jika daerah
yang melakukannya.
Makna dari uraian di atas adalah adanya pemberian kewenangan bagi suatu daerah untuk mengatur sistem pendidikan pada daerahnya
masing – masing, dan hal ini membutuhkan sebuah manajemen
pendidikan berbasis desentralisasi. Tugas utama dalam desentralisasi manajemen pendidikan di daerah harus diprioritaskan pada upaya
meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam
penyelenggaraan
28
Irianto, op, cit., h.84-85
pendidikan.
29
Melihat manajemen pendidikan desentralisasi yang berpusat pada masyarakat menunjukan bahwa kegiatan dan kebiasaan
yang terdapat pada masyarakat juga memiliki kepentingan dalam pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan kurikulum
lokal untuk mencapai tujuan dari desentralisasi tersebut. Selain itu transformasi pendidikan berwawasan karakter dilakukan
sebagai koreksi atas praktik dunia pendidikan yang cenderung pragmatis pada penyediaan tenaga kerja dan lebih menekankan aspek
kognisi dan psikomotorik semata, kurang diimbangi potensi afeksi dan ruhani manusia. Pendidikan berhasil mengajarkan nilai kegunaan yang
serba praktis seperti menguasai teknologi informasi dan keterampilan- keterampilan khusus, tetapi kurang berhasil dalam menanamkan nilai
benar-salah, baik-buruk, pantas-tidak pantas dalam sistem perilaku subjek didik, sehingga melahirkan generasi robot yang gagap akal-
budi.
30
e. Ruang lingkup Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
1 Lingkup situasi dan kondisi daerah tersebut, yaitu segala sesuatu
yang terdapat didaerah tersebut yang berkaitan dengan lingkungan alam, sosial, ekonomi, seni, dan budaya atau lainnya yang berupa
hasil bumi, tradisi, pelayananjasa, atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah.
2 Lingkup keunggulan lokal meliputi potensi keunggulan lokal, cara
mengelola, mengolahmengemas, mengoptimalkan, memasarkan, atau proses lainnya yang mampu menghasilkan nilai bagi daerah
sehingga dapat meningkatkan taraf hidupkesejahnteraan maupun Pendapatan Asli Daerah PAD
31
.
29
Ibid,. h.96
30
Nashir, op, cit., h.34
31
Asmani, op, cit., h.44
f. Potensi Keunggulan Lokal
Dalam mengembangkan keunggulan lokal terdapat beberapa potensi yang dapat dijadikan bahan dalam pengembangan pendidikan berbasis
kearifan lokal diantaranya adalah SDA, SDM, Geografi, Sejarah dan Budaya.
32
1 Sumber daya alam merupakan potensi yang terkandung di dalam
bumi, air, dan dirgantara yang dapat dijadikan kepentingan hidup. Contoh: bidang pertanian, bidang perkebunan, bidang peternakan.
Keunggulan lokal ini akan lebih cepat berkembang, jika dikaitkan dengan konsep pembangunan agropolitan. Agropolitan merupakan
pendekatan pembangunan bottom up untuk mencapai kesejahteraan dan pemerataan pendapatan yang lebih cepat, pada suatu wilayah
atau daerah tertentu. 2
Sumber daya manusia didefinisikan sebagai manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan untuk menjadi makhluk social yang adaptif dan transformatif dan mampu mendayagunakan potensi alam di
sekitarnya secara berimbang dan berkesinambungan. 3
Geografi meliputi objek formal dan objek material. Objek formal geografi adalah fenomena geosfer yang terdiri dari, atmosfer bumi,
cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer. 4
Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu
memadukan antara idealism dengan realism yang pada hakikatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya
masing-masing daerah tertentu merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal.
32
Prasetyo, op. cit., h. 5
5 Historis merupakan potensi sejarah dalam bentuk peninggalan
benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini.
33
g. Langkah-langkah Pengembangan Pendidikan Berbasis Kearifan
Lokal
Dalam pengengembangan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal, dibutuhkan sebuah strategi agar tujuan dari Pendidikan tersebut dapat
tercapai dengan baik, adapun langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pengerjaan tersebut adalah sebagai berikut:
1 Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan serta kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut
dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan. Seperti pemdabappeda, instansi vertical terkait,
peguruan tinggi, dan dunia usahaindustri. Keadaan daerah tersebut dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. 2
Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi keunggulan lokal Berdasarkan kajian dari beberapa sumber sebagaimana disebutkan,
dapat diperoleh berbagi jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini mencerminnkan fungsi keunggulan lokal di daerah, antara lain
untuk : a
Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah b
Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu c
Meningkatkan kemampuan berwiraswasta dan d
Meningkatkan penguasaan bahasa asing 3
Mengidentifikasi bahan kajian keunggulan lokal
33
Ahmadi., Op., Cit. h. 2-6