Sedangkan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan kesal dengan tuduhan Dahlan. Dia mengatakan bahwa anggotanya, Sumaryoto yang dituduh
memeras PT Merpati bukan menagih, tapi hanya menanyakan angka Rp 18 miliyar ke Merpati.
Saat menampilkan sosok Dahlan Iskan pun Koran Tempo membagi dalam dua jenis, Dahlan seorang pahlawan yang berani secara terang-terangan
membongkar kasus suap dan Dahlan yang tidak disenangi oleh anggota DPR karena ucapannya tanpa bukti dan mencoreng nama baik mereka.
Koran Tempo mencitrakan sosok Dahlan sebagai protagonis salah satunya
karena kedekatannya. Redaktur Pelaksana Tempo Rubrik Politik, Elik Susanto mengakui bahwa Dahlan adalah orang yang pintar, sukses dalam menjalankan
tugasnya. Dahlan juga pernah menjadi wartawan Tempo. Meski ada kedekatan seperti itu, tetap saja ada terjadi perbedaan pendapat
mengenai Dahlan Iskan. Dalam ruang redaksi tidak ada kedekatan dalam mengajukan sebuah berita. Asalkan ada data yang lengkap, kasus apapun layak
menjadi sebuah berita Koran Tempo. “Direksi dalam istilah pengelola perusahaan
ada istilahnya firewall atau garis api. Jadi direksi tidak bisa intervensi ke redaksi. Jika memang tidak menarik, ya kita tolak. Kalau menarik, didalemin. Kita
lanjutkan. Semua usulan itu ya satu, harus diajukan ke rapat. ”
62
Publik dalam kasus ini hanya berfungsi sebagai konsumen. Konsumen dalam arti hanya orang yang menerima hasil peliputan dan wawancara dalam
wartawan Koran Tempo. Mereka pasrah dengan apa yang disajikan Koran Tempo
62
Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
tanpa kekuataan dalam memberikan sebuah ide ataupun pernyataan dalam kasus pemalakan BUMN ini.
Pembaca dibuat percaya dengan terbitan Koran Tempo yang menggambarkan Dahlan Iskan adalah orang yang tidak bersalah dan DPR adalah
orang jahat. Koran Tempo merupakan salah satu dari banyak media massa yang membuat Dahlan sebagai pemimpin dengan kerja baik.
3. Strukturasi
Strukturasi berkaitan dengan hubungan ide antaragen masyarakat, proses sosial dan praktik sosial dalam analisis struktur. Strukturasi dapat digambarkan
sebagai proses di mana struktur sosial saling ditegakkan oleh para agen sosial. Para agen ini kemudian menjadi bagian dari struktur dan bertindak melayani
bagian yang lain. Hasil akhir dari strukturasi adalah serangkaian hubungan sosial dan proses kekuasaan diorganisasikan di antara kelas, gender, ras dan gerakan
sosial yang masing-masing berhubungan satu sama lain. Tempo memanfaatkan jabatan Dahlan Iskan sebagai nilai berita yang layak
dikonsumsi masyarakat. Selain sosok Dahlan, Koran Tempo juga mengambil narasumber lain yang memiliki jabatan tinggi dan kompeten menjadi narasumber
dalam beritanya. Narasumber yang diwawancarai Koran Tempo selain Dahlan Iskan adalah
anggota DPR itu sendiri yang menjadi target utama dalam kasus ini. Meski begitu, ruang bicara yang diberikan anggota DPR masih kurang banyak dibandingkan
dengan perkataan Dahlan. Sekalipun banyak narasumber dari anggota DPR, tetap porsi yang
diberikan sedikit. Perkataan mereka tidak lebih dari lima paragraf dalam berita
Koran Tempo meskipun anggota DPR dimasukan dalam paragraf pertama dan
tema dalam berita tersebut. Selain perang mulut antara Dahlan Iskan dan anggota DPR, ada pihak lain
yang juga ikut dalam masalah ini, yaitu beberapa pengamat. Pengamat itu sedikit memihak kepada Dahlan dengan mengatakan bahwa bukan Dahlan saja yang
harus disalahkan, tapi juga ada pihak lain. “Kalau tidak salah itu hanya asumsi
kerugian yang itu asumsi dari periode sebelum Dahlan, sekitar 10 tahun dan Dirut sebelum Dahlan juga ditahan karena korupsi. Jadi tidak fair jika itu dibebankan
pada Dahlan, ” tutur Elik.
63
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia, Rudi Rubiandini juga mendukung Dahlan Iskan. Jika Dahlan tidak melakukan hal tersebut, maka akan
terjadi pemadaman di Jawa dan Sumatera karena pasokan gas dan batubara yang habis.
Pada berita “Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN” menggambarkan jelas bagaimana anggota DPR meminta jatah ke BUMN agar dana yang mereka
minta cair. Meski direktur itu menolak untuk memberikan jatah, anggota DPR tersebut malah mengajari untuk berbuat curang agar jatah tersebut dapat
diberikan. Jatah tersebut berdasarkan yang didapat Dahlan dari anak buahnya bukan hanya untuk perorangan, tapi atas nama komisi DPR.
Dahlan Iskan masih tetap juga tidak memberi tahu siapa yang menjadi pemalak tersebut. Itu dia lakukan dengan alasan ingin membenahi dulu
perusahaannya dibandingkan dengan mengurusi orang lain.
63
Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
Koran Tempo memanfaatkan ruangnya dalam memberikan informasi
kepada masyarakat dengan memberikan citra yang baik untuk Dahlan Iskan. DPR yang dipandang publik buruk dari segala sisi semakin diserang dalam pemberitaan
Koran Tempo dalam kasus ini. Masyarakat semakin dibuat tidak percaya dan
berpikiran negatif tentang anggota DPR. Elik Susanto menjelaskan, “Terus terang
banyak publik yang tidak percaya dengan DPR. Kalau liat survei, banyak anggota DPR yang korup, kerjanya melorot, tugas mereka menyusun undang-undang juga
tidak beres.”
64
Koran Tempo di sini sebagai agen yang mengubah sistem sosial. Agen
yang menjadi tokoh utama membentuk sebuah peristiwa tentang Dahlan Iskan melawan DPR menjadi sesuatu yang dikonsumsi publik. Kemampuan ini
diperoleh karena akses Koran Tempo memiliki sebuah saluran untuk membentuk sebuah pandangan melalui media massa.
Masyarakat sebagai pembaca dijadikan objek oleh Koran Tempo. Elik Susanto mengatakan bahwa publik menjadi salah satu faktor utama dalam
pemberitaan mereka. Apakah peristiwa ini layak untuk dijadikan berita dilihat dari pentingnya untuk masyarakat. Di berkata,
“Pembaca Tempo itu kan masyarakat, bukan cuma DPR atau pemerintah saja. Bahkan kita menjelaskan secara jelas
kepada masyarakat, ini loh kasusnya. Urutan-urutannya seperti ini. ”
65
Pada akhirnya ruang yang dimiliki Koran Tempo untuk mempengaruhi masyarakat dalam mengubah peristiwa menjadi sesuatu sehingga menjadi nilai
tukar membentuk suatu pemikiran masyarakat. Pembaca semakin diyakinkan
64
Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
65
Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
dengan sosok Dahlan Iskan sebagai orang yang baik dan anggota DPR selalu menjadi orang yang jahat.
Sebagai Redaktur Pelaksana Koran Tempo pun Elik Susanto mengaku kerja anggota DPR kurang baik. Kinerja mereka merosot dan dilihat berdasarkan
survei, banyak publik yang semakin tidak percaya dengan mereka. Meski demikian, Elik tetap menjunjung nilai objektif dalam memilih sebuah berita.
“Informasi awal itu bisa datang dari mana saja. Informasi awal itu kemudian digali lewat kroscek, konfirmasi. kita diskusikan berita ini layak atau tidak? Kalau
layak, kita dalamin, konfirmasi, lalu diajukan menjadi berita, ” jelas Elik.
66
66
Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.