Halaman muka Koran Tempo dengan judul Ungkap Pemalak BUMN;

Penulis dalam mengisahkan tulisan ini memiliki dua angle yang saling berhubungan. Setengah tulisan itu menjelaskan beberapa pihak yang hendak menyingkirkan Dahlan Iskan dan mengingatkan pembaca bahwa Dahlan sempat bersiteru pula dengan pejabat lain. Setengah berita selanjutnya merupakan pendapat beberapa orang yang mendukung Dahlan dengan menyanggah isu pemberhentian Dahlan Iskan. Selain itu juga dijelaskan bahwa anggota DPR tidak berhak memberhentikan seorang menteri. “Dihubungi terpisah, Indonesia Corruption Watch meminta Dahlan tak menghiraukan isu pendepakan dirinya dari kabinet. ‘Pengangkatan dan pemecatan menteri itu hak prerogatif presiden,’ kata peneliti ICW, Ade Irawan, kemarin.” 10

c. Tematik

Kasus ini memiliki tiga tema. Kasus pertama berkaitan dengan judul yang menjelaskan pihak lain yang menginginkan Dahlan Iskan untuk dicopot dari menteri. Akan tetapi pada tulisan tersebut tidak dijelaskan siapa yang menginginkan Dahlan Iskan untuk turun jabatan. “Namun Dahlan menolak menguraikan dan menjelaskan lebih jauh lontaran ini. Dia pun enggan menanggapi pertanyaan mengapa pejabat itu hendak menyingkirkannya. Bekas Direktur Utama PLN itu hanya berujar, ‘Saya tahulah.’” 11 Kasus kedua adalah pengulangan dari tema utama saat Dahlan Iskan akan mengunggkap anggota DPR yang suka meminta jatah dari BUMN. Tapi pernyataan tersebut dibantah langsung oleh anggota Komisi Keuangan, Sumaryoto yang disebut Dahlan. Dia membenarkan bahwa sempat menanyakan jatah, tapi dia tidak menagih. “Idris dan Sumaryoto membantah tuduhan itu. Idris 10 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4. 11 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4. bahkan berencana menuntut Dahlan. ‘Ini bisa menjadi pencemaran nama baik,’ ujar dia. Adapun Sumaryoto membenarkan sempat menanyakan ‘jatah’ itu. Tapi, dia menegaskan, ‘Saya bukan menagih.’” 12 Terakhir merupakan dukungan dari beberapa pihak yang menginginkan agar Dahlan Iskan segera membongkar kasus pemalakan tersebut. Orang yang menginginkan agar masalah tersebut cepat selesai adalah peneliti ICW, Ade Irawan dan Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR, Harry Azhar Aziz. “Dihubungi terpisah, Indonesia Corruption Watch meminta Dahlan tak menghiraukan isu pe ndepakan dirinya dari kabinet. ‘Pengangkatan dan pemecatan menteri itu hak prerogatif presiden,’ kata peneliti ICW, Ade Irawan, kemarin.” 13 Meski dalam berita ini memiliki tiga tema, tapi ketiganya memiliki kesinambungan dari satu paragraf ke paragraf selanjutnya. Hanya pada paragraf terakhir yang tidak koheren dengan paragraf selanjutnya karena pernyataan Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR Harry Azhar Aziz yang mengatakan agar Dahlan fokus pada pembenahan BUMN.

d. Retoris

Berita ini tidak ada foto yang ditampilkan. Tetapi penekanannya tetap pada kutipan langsung di antara judul dan berita terkait. Kutipan langsung itu menegaskan bahwa penurunan para menteri adalah hak istimewa presiden dan pihak lain tidak memiliki kewenangan seperti itu. “Juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, menampik kabar yang dilontarkan Dahlan. Dia menegaskan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak berencana memberhentikan Dahlan 12 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4. 13 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4. ‘Saya belum pernah mendengar. Kalau dicopot, siapa yang mengganti?’ kata Julian kemarin.” 14 Berita ini juga menggambarkan bahwa perseteruan Dahlan Iskan sudah terjadi beberapa kali. Koran Tempo mengatakan pada Mei 2012 Dahlan sempat berhubungan kurang baik dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik. Akan tetapi mereka membantah pertikaian tersebut karena itu hanya rumor. Meski Dahlan mengatakan hendak disingkirkan sebagai Menteri BUMN, beberapa pihak mendukung apa yang sudah Dahlan lakukan. Indonesia Corruption Watch menginginkan agar Dahlan tidak menghiraukan isu tersebut karena hak pemberhentian seorang menteri merupakan hak prerogratif presiden. Berita ini lebih menggambarkan Dahlan Iskan dibandingkan anggota DPR. Tulisan ini lebih banyak mengulang kasus sebelumnya yang sudah terjadi pada Dahlan. Selain kasus perseteruan dengan anggota DPR, dijelaskan pula perseteruan Dahlan dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik. 3 Analisis framing berita Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, 30 Oktober 2012. a. Sintaksis Pemilihan judul ini dapat dikatakan mendukung apa yang telah dilakukan Dahlan Iskan saat menjadi Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara. Saat itu Dahlan Iskan membuat keputusan yang mengakibatkan PLN merugi hingga Rp 37 14 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4. triliun. Semua itu Dahlan Iskan lakukan demi tidak terjadi pemadaman listrik yang bukan hanya di Jakarta, tapi juga Sumatera. “Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa, mengatakan seharusnya DPR tak hanya menyalahkan PLN. Dewan juga memiliki fungsi kontrol dan pengawasan terhadap tata niaga gas. Selama ini, pasokan gas seret karena lebih banyak dijual kepada industri dan diekspor ke luar negeri. ‘Pasokan untuk PLN jadi tidak ada. Seharusnya ini diprioritaskan oleh pemerintah, ’ katanya kemarin.” 15 Pemilihan judul pada berita ini menggunakan kata pemerintah. Padahal, kata pemerintah di sini hanya mengacu perkataan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia, Rudi Rubiandini. Tidak ada lagi perwakilan pemerintah yang dituliskan Koran Tempo selain dari perkataan Rudi Rubiandini. Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa mengatakan bahwa seharusnya DPR tidak menyalahkan Dahlan Iskan. Hal itu karena saat PLN melakukan pemborosan, saat itu gas seret sehingga membuat Dahlan mengambil kebijakan untuk memakai BBM. Redaktur Pelaksana Koran Tempo Rubrik Politik, Elik Susanto juga mengatakan bahwa sebenarnya kerugian PLN tidak adil jika disalahkan sepenuhnya pada Dahlan Iskan. Latar informasi yang digambarkan wartawan pada berita ini adalah Dahlan Iskan bukan orang yang bersalah. Dia terpaksa melakukan itu demi tersedianya listrik untuk masyarakat di pulau Jawa dan Sumatera meski harus menanggung rugi sebesar Rp 37 triliun. “Kalau tidak salah itu hanya asumsi kerugian yang itu asumsi dari periode sebelum Dahlan, sekitar 10 tahun dan Dirut sebelum Dahlan juga ditahan karena korupsi. Jadi tidak fair jika itu dibebankan pada Dahlan, ” papar Elik. 16 15 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30 Oktober 2012, h. B1. 16 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.

b. Skrip

Berita ini menggunakan teras berita pemaparan descriptive lead. Lead tersebut memaparkan apa yang akan terjadi jika Dahlan Iskan tidak memakai Bahan Bakar Minyak BBM sebagai pembangkit listrik. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia, Rudi Rubiandini sebagai aktor utama pada tulisan ini. Rudi digambarkan Koran Tempo sebagai perwakilan pemerintah. Kalimat selanjutnya dipaparkan kenapa pemerintah mengatakan bahwa keputusan Dahlan itu benar. Dipaparkan pula lokasi yang akan terkena imbas jika Dahlan Iskan tidak melakukan kebijakan seperti itu. “Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Rudi Rubiandini menilai keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menggunakan bahan bakar minyak di sejumlah pembangkit listrik sudah tepat. Langkah ini terpaksa dilakukan agar pemadaman listrik tak terjadi. Bukan hanya di Jakarta, pemadaman juga bisa merembet hingga ke Sumatera.” 17 Paragraf selanjutnya mengisahkan bagaimana Dahlan Iskan mengambil kebijakan sehingga membuat PLN defisit Rp 37 triliun. Peristiwan itu terjadi pada 2009-2010. Kisah ini terus berlanjut hingga paragraf empat. Jika pada tulisan sebelumnya ada nama Dahlan Iskan sebagai narasumber, kali ini Koran Tempo tidak mencantumkannya. “Saat menjabat Direktur Utama PLN, Dahlan menggunakan BBM sebagai pengganti gas di sejumlah pembangkit listrik. Langkah ini dilakukan karena seretnya pasokan gas. Akibatnya, Badan Pemeriksa Keuangan menemukan pemborosan Rp 37 triliun dalam tubuh PLN sepanjang 2009- 2010.” 18 Hanya ada tiga narasumber yang diminta komentar tentang kasus inefisiensi PLN ini. Pertama, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia, 17 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30 Oktober 2012, h. B1. 18 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30 Oktober 2012, h. B1. Rudi Rubiandini yang perkataannya diletakkan pada lead. Kedua, anggota Komisi Perdagangan, Perindustrian, dan BUMN Dewan Perwakilan Rakyat, Mohamad Sohibul Iman yang hanya meminta penjelasan Dahlan Iskan kenapa dia melakukan kebijakan seperti itu. Terakhir, Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa sebagai penutup tulisan.

c. Tematik

Tema utama pada tulisan ini adalah tentang kebijakan Dahlan Iskan dianggap pemerintah tepat. Wartawan menulis seolah-olah tindakan seperti itu merupakan jalan terakhir Dahlan Iskan. Hal tersebut karena pasokan gas yang kurang, sehingga harus menggunakan Bahan Bakar Minyak BBM yang jauh lebih mahal. Inti pada berita ini menggambarkan bahwa Dahlan Iskan tidak bersalah. Jika Dahlan tidak menggunakan BBM, maka akan terjadi pemadaman listrik besar-besaran meski harus membuat PLN melakukan pemborosan sebesar Rp 37 triliun. “Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Rudi Rubiandini menilai keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menggunakan bahan bakar minyak di sejumlah pembangkit listrik sudah tepat. Langkah ini terpaksa dilakukan agar pemadaman listrik tak terjadi. Bukan hanya di Jakarta, pemadaman juga bisa merembet hingga ke Sumatera.” 19 Koherensi antarkalimat menceritakan dukungan kepada Dahlan Iskan. Bahkan Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa mengatakan seharusnya DPR tak hanya menyalahkan PLN. Dewan juga memiliki fungsi kontrol dan pengawasan terhadap tata niaga gas sehingga menyediakan gas ke PLN. Selama ini, pasokan 19 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30 Oktober 2012, h. B1. gas seret karena lebih banyak diprioritaskan dijual kepada industri dan diekspor ke luar negeri. “Sohibul mengakui PLN memiliki dua fungsi sekaligus, yakni sebagai pelaksana kebijakan energi nasional dan sebagai perusahaan milik negara. Sebagai pelaksana kebijakan, PLN dinilai merupakan korban kebijakan energi secara umum. Tetapi sebagai perusahaan, PLN banyak memiliki persoalan manajemen. ‘Ini juga harus diketahui publik,’ kata dia.” 20

d. Retoris

Jika pada berita sebelumnya kasus ini diletakkan pada halaman atau berita utama, kali ini ada pada rubrik bisnis. Gambar yang digunakan pada tulisan ini adalah lampu neon yang tersambung dengan kabel yang berwarna-warni. Seperti pada berita sebelumnya, Koran Tempo juga meletakkan kalimat paling penting sebelum berita. Kalimat itu menjelaskan bahwa kekurangan gas dapat membuat pulau Jawa dan Sumatera gelap gulita. 20 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30 Oktober 2012, h. B1.

2. Gambar ilustrasi berita Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai

Keputusan Dahlan Tepat Kata ‘tepat’ pada judul yang lebih besar dari kalimat lain memberikan efek pembeda kepada pembaca tertarik pada kata itu. Kata tepat kemudian dibuktikan dengan data yang menyatakan bahwa jika Dahlan Iskan tidak melakukan pemborosan tersebut, maka akan terjadi pemadaman besar-besaran. “Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Rudi Rubiandini menilai keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menggunakan bahan bakar minyak di sejumlah pembangkit listrik sudah tepat. Langkah ini terpaksa dilakukan agar pemadaman listrik tak terjadi. Bukan hanya di Jakarta, pemadaman juga bisa merembet hingga ke Sumatera.” 21 Wartawan menuturkan sebab-akibat yang dilakukan Dahlan Iskan secara runut. Berawal dari keputusan Dahlan yang tepat hingga efek yang ditimbulkan jika dia tidak memutuskan untuk melakukan pemborosan di PLN sampai mengakibatkan PLN rugi Rp 37 triliun. Meski Dahlan melakukan inefisiensi terhadap PLN, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia, Rudi Rubiandini mengatakan bahwa PLN sebenarnya telah melakukan penghematan, salah satunya dengan mengurangi penggunaan BBM. Hal itu dibuktikan dengan catatan pemerintah pada 2012 yang membuktikan penggunaan BBM menyusut menjadi 13,83 persen dari seluruh bahan bakar yang digunakan. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding porsi tahun sebelumnya yang mencapai 22,95 persen. “Namun, Rudi mengakui, biaya pokok produksi listrik pada 2013 justru naik Rp 11 per kilowatt hour walaupun konsumsi BBM menyusut. Kenaikan ini disebabkan harga gas meroket dari US 5 menjadi US 7 per juta kaki kubik. ‘Jadi bukan disebabkan PLN tidak efisien,’ katanya. ” 22 4 Analisis framing berita Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, 1 November 2012. a. Sintaksis Berita Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, menjelaskan kronologi salah satu anggota DPR yang meminta jatah kepada direktur BUMN. Kronologi 21 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30 Oktober 2012, h. B1. 22 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30 Oktober 2012, h. B1. tersebut dimulai pada paragraf kedua hingga paragraf keenam. Paragraf selanjutnya dituliskan pernyataan Dahlan Iskan korban dari anggota DPR. Berita ini menggunakan lead deskriptif yang menceritakan Dahlan membeberkan anggota DPR peminta jatah. “Namun, Dahlan menambahkan, mereka yang menjadi ‘korban’ bukan cuma BUMN skala besar, tapi juga perusahaan negara yang kecil dan merugi. Anggota DPR yang mengajukan permintaan upeti itu, kata Dahlan, juga bukan cuma satu orang. Mereka mengaku mewakili komisi tempat mereka bernaung.” 23 Pada tulisan ini tidak disebutkan siapa saja yang meminta suap dan nama direktur yang dimintai suap. Meski sudah menceritakan kronologis kejadian tersebut, Dahlan Iskan masih menolak memberitahu kepada wartawan kecuali diminta oleh DPR. “’Saya lebih mengutamakan bersih-bersih di rumah saya terlebih dulu Kementerian BUMN daripada ikut campur bersih-bersih di rumah orang lain DPR, ’ kata Dahlan.” 24 Paragraf setelah menjelaskan kronologi peminta upeti, Dahlan memberikan alasan kenapa tidak memberi tahu kepada publik nama anggota DPR tersebut. Paragraf selanjutnya Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso mendukung tindakan Dahlan membuka kasus permintaan upeti anggota DPR. Wartawan menuliskan latar informasi pada tulisan ini pada bagaimana Dahlan Iskan mendapati kerugian direksi salah satu Badan Usaha Milik Negara BUMN dari bawahannya. Dahlan menjelaskan kronologi salah satu anggota DPR yang meminta jatah hingga mengajari direksi BUMN untuk memanipulasi laporan keuangan. 23 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2. 24 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2. Pada paragraf terakhir diberikan kesempatan bicara pada Ketua Badan Kehormatan DPR Muhammad Prakosa. Akan tetapi pada kalimat itu tidak ada hubungan antara kasus yang ada dengan judul berita. Prakosa mengatakan meminta waktu reses untuk mengadakan rapat mengenai kasus ini.

b. Skrip

Tulisan ini menggunakan teras berita siapa. Koran Tempo masih menggunakan Dahlan Iskan sebagai narasumber utama, apa yang dia lakukan dan kapan dia melakukan itu. “Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan kemarin secara blak-blakan mengungkap kronologi permintaan setoran dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat kepada direksi salah satu Badan Usaha Milik Negara. ” 25 Awal kalimat kedua Dahlan Iskan menjelaskan bagaimana dia mengetahui kasus pemalakan ini. Wartawan Koran Tempo menulisnya dengan menggunakan kalimat langsung. Masih pada paragraf kedua diungkapkan kenapa anggota DPR meminta jatah yang membuat dana untuk direksi BUMN tidak kunjung cair. Dahlan mengungkapkan hal itu di hadapan para wartawan. Di pertengahan berita Dahlan Iskan mengatakan bahwa yang menjadi sasaran peminta jatah bukan hanya BUMN skala besar, tapi juga perusahaan pelat merah kecil dan merugi. Pemalak BUMN itu mengaku mewakili komisi tempat mereka bernaung. “Dahlan mengatakan, permintaan uang kembali diajukan dalam pertemuan itu. Ketiga direktur sempat menolak dengan alasan tidak memiliki kas untuk itu. ‘Tetapi, nekatnya, anggota DPR itu malah 25 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2.

Dokumen yang terkait

Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas dalam penyelesaian sengketa lahan (studi kasus: sengketa lahan antara PT sumatera Riang Lestari dan PT Sumatera Sylva Lestari dengan Masyarakat Adat Kecamatan Aek Nabara Barumun)

1 100 105

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Simalungun Periode 2009-2014)

0 56 76

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Kinerja Eksekutif di Kota Medan

3 64 152

Objektivitas Pemberitaan Dugaan kasus Korupsi Nazaruddin di Koran tempo

5 75 87

Persepsi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan Tentang Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Medan Tahun 2013

5 57 111

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi Terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2009-2014)

0 22 77

Hubungan Wakil dengan yang Diwakili (Studi Perbandingan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara Periode 1999-2004 dengan Periode 2004-2009)

1 45 101

Hak Recall Partai Politik Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Korelasinya Dengan Pelaksanaan Teori Kedaulatan Rakyat.

8 114 110

Minat Menonton anggota Dewan Perwakilan Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik Di Metro TV ( Studi Korelasi Tentang Tayangan Berita Politik Dan Minat Menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan Terhadap Metro TV )

1 39 143

Kesantunan Linguistik Dalam Ranah Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

1 41 285