Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

anggota DPR meminta orang tertinggi saat itu, Dahlan agar menjelaskan kenapa perusahaan milik negara itu dapat defisit. Akan tetapi panggilan anggota DPR tidak digubris Dahlan Iskan. Dia malah lebih mementingkan acara pertemuan lain di luar kota dengan alasan yang beragam. Anggota DPR pun geram dengan tindakan Dahlan. Hingga panggilan kedua Dahlan juga tidak menghadiri panggilan anggota DPR. Akhirnya mereka mengancam akan memanggil paksa Dahlan Iskan terkait kerugian PLN. Dahlan Iskan pun balik mengancam akan membongkar pemerasan yang suka dilakukan anggota DPR terhadap BUMN. Dari sinilah mulai pertikaian antara Dahlan Iskan dengan DPR RI. Koran Tempo memandang konflik tersebut layak dijadikan berita dan mulai memberikan porsi lebih terhadap kasus ini hingga menjadikannya sebagai headline dan berita utama. Kasus ini menjadi menarik ketika Koran Tempo tidak sekali pun membahas tentang kerugian PLN. Koran Tempo malah seakan-akan membuat Dahlan Iskan sebagai pahlawan dengan membongkar skandal korupsi itu. Jika membahas masalah PLN, Koran Tempo masih memberikan persepsi kepada publik bahwa Dahlan Iskan orang yang tidak bersalah. Dari latar belakang permasalahan yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik meneliti dengan judul, “RELASI BAHASA, KUASA, DAN IDEOLOGI TOKOH DI MEDIA; Analisis Wacana Kritis Isu Korupsi dalam Pemberitaan Dahlan Iskan Melawan Anggota DPR di Koran Tempo .” B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah Pada awal pemanggilan anggota DPR kepada Dahlan Iskan terkait kerugian PLN sebesar Rp 37 triliun, Dahlan selalu mangkir. Banyak media massa nasional yang memberitakan masalah ini. Akan tetapi Koran Tempo sama sekali tidak membahas pemanggilan tersebut, bahkan Koran Tempo lebih sering memberitakan perseteruan Dahlan Iskan dengan anggota DPR saat Dahlan melontarkan pernyataan akan memberi tahu pada publik tentang pemerasan yang dilakukan oleh anggota DPR. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik meneliti pemberitaan antara Dahlan Iskan dengan Anggota DPR Agar batasan masalah penelitian ini lebih terarah dan fokus, maka permasalahan yang dikaji dibatasi terhadap Analisis Wacana Kritis yang akan dianalisis adalah pemberitaan Dahlan Iskan melawan anggota DPR di Koran Tempo dari 30 Oktober hingga 14 November 2012. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimanakah teks, praktik wacana, dan praktik sosial budaya diwacanakan pada pemberitaan Dahlan Iskan melawan anggota DPR di Koran Tempo? 2. Bagaimanakah relasi bahasa, kuasa dan ideologi media terhadap pemberitaan Dahlan Iskan melawan anggota DPR di Koran Tempo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui teks, praktik wacana, dan praktik sosial budaya diwacanakan pada pemberitaan Dahlan Iskan melawan anggota DPR di Koran Tempo . 2. Untuk mengetahui relasi bahasa, kuasa, dan ideologi media terhadap pemberitaan Dahlan Iskan melawan anggota DPR di Koran Tempo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan wacana yang dilakukan oleh media massa tentang gejala sosial yang terjadi di sekitar kita. Peristiwa yang luput dari perhatian dan hilang begitu saja dari pemberitaan yang sebenarnya merupakan salah satu praktik wacana yang dilakukan media massa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi praktisi media massa seperti wartawan, mahasiswa Jurnalistik dan kepada pembaca pada umumnya serta dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Lexy J. Moleong yang mengutip pernyataan Bogdan dan Bilken menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan proposisi yang mengarahkan cara berpikir dalam penelitian. 7 Ini memiliki arti bahwa paradigma merupakan salah satu metode atau cara berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian baik itu sebelum maupun sesudah penelitian. Paradigma ini dilakukan supaya peneliti tidak keluar dari jalur cara berpikir penelitiannya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis memperbaiki paradigma konstruktivisme. Pandangan ini, tidak hanya melihat bahasa sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan untuk melihat maksud-maksud dari wacana tertentu. Paradigma kritis jauh lebih meneliti 7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja Rosda karya, Cetakan kedelapan 1997 h. 30. aspek sosial, sejarah, dan budaya dari wacana tersebut. 8 Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih jauh realitas di balik wacana sesungguhnya yang dibentuk Koran Tempo dalam isu korupsi kasus Dahlan melawan anggota DPR.

2. Pendekatan Penelitian

Untuk meneliti sebuah masalah, selalu membutuhkan pendekatan dengan tujuan menggapai suatu penelitian. Pendekatan penelitian ini menggunakan kualitatif eksploratif. Penelitian kualitatif sering disebut berlawanan dengan kuantitatif. Hal tersebut dikarenakan penelitian kualitatif memberikan pemahaman-pemahaman dari apa yang telah ditelah ditemukan di lapangan. Berbeda dengan kuantitatif yang hanya memberikan penjelasan dari hasil temuan lapangan. Maksud eksploratif adalah mencari tahu lebih mendalam tentang suatu kasus. Dari penemuan itu dapat dijadikan suatu hipotesis. Pendekatan ini biasanya membahas keunikan dari kasus tertentu yang secara khusus memiliki arti sangat penting. 9 Penelitian kualitatif eksploratif ini digabung dengan Analisis Wacana Kritis metode Norman Fairclough. Fairclough membagi Analisis Wacana Kritis menjadi tiga sisi, yaitu teks, praktik wacana, dan praktik sosial budaya.

3. Metode Penelitian

Setiap karya ilmiah membutuhkan pembahasan dalam menggunakan metode untuk menganalisis dan membongkar suatu masalah. Metode itu sendiri 8 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media Yogyakarta: LKiS,Cet VII Februari 2009, h. 5-6. 9 J R Raco, Metode Pendekatan Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya Jakarta: Grasindo, 2010 h. 50. berfungsi sebagai landasan menggabungkan suatu masalah, sehingga suatu masalah dapat diuraikan dan dijelaskan secara jelas dan dapat dipahami. Bogdan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 10 Penelitian ini menggunakan Analisis Wacana Kritis yang dikembangkan Norman Fairclough. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada teks dalam berita yang tercipta berdasarkan proses pada saat ruang produksi, dan penjelasan hubungan antara proses yang tidak sama dan proses sosial. 11 Melalui Analisis Wacana Kritis, kita tidak hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tapi juga pesan itu disampaikan lewat kata, frase, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan. 12

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough, yaitu: 1 Observasi teks. Cara ini dilakukan dengan mengumpulkan setiap berita pada Koran Tempo mengenai kasus Dahlan Iskan melawan anggota DPR. Hasil analisis dari berbagai kasus yang ada dalam pemberitaan tersebut, fokus berita yang diambil untuk diteliti dari 30 Oktober hingga 14 November 2012. Level teks ini mengungkapkan makna yang dilakukan dengan menganalisis bahasa secara kritis. 10 Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 3. 11 Norman Fairclough, Critical Discourse Analysis: the Critical Study of Language New York: Longman Group Limited, 1995, h. 97. 12 Alex Sobur, Analisis Teks Media Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, h. 68.

Dokumen yang terkait

Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas dalam penyelesaian sengketa lahan (studi kasus: sengketa lahan antara PT sumatera Riang Lestari dan PT Sumatera Sylva Lestari dengan Masyarakat Adat Kecamatan Aek Nabara Barumun)

1 100 105

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Simalungun Periode 2009-2014)

0 56 76

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Kinerja Eksekutif di Kota Medan

3 64 152

Objektivitas Pemberitaan Dugaan kasus Korupsi Nazaruddin di Koran tempo

5 75 87

Persepsi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan Tentang Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Medan Tahun 2013

5 57 111

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi Terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2009-2014)

0 22 77

Hubungan Wakil dengan yang Diwakili (Studi Perbandingan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara Periode 1999-2004 dengan Periode 2004-2009)

1 45 101

Hak Recall Partai Politik Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Korelasinya Dengan Pelaksanaan Teori Kedaulatan Rakyat.

8 114 110

Minat Menonton anggota Dewan Perwakilan Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik Di Metro TV ( Studi Korelasi Tentang Tayangan Berita Politik Dan Minat Menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan Terhadap Metro TV )

1 39 143

Kesantunan Linguistik Dalam Ranah Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

1 41 285