BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi salah satu pengukur indikator keberhasilan siswa dalam menempuh suatu jenjang
pendidikan, serta menjadi materi ujian untuk seleksi penerimaan menjadi tenaga kerja bidang tertentu. Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus
persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya trampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang
yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk matematika. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun bekerja sama sudah lama menjadi fokus dan perhatian
pendidik matematika di kelas, karena hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika. Tetapi, fokus dan perhatian pada upaya
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam matematika jarang atau tidak pernah tersentuh oleh pendidik. Melalui pendidikan matematika yang baik, siswa
dimungkinkan untuk memperoleh berbagai macam bekal dalam menghadapi tantangan era global.
Menurut Yuliani Indarwati
1
berdasarkan data Institute of Education 2003, hasil penelitian statistic yang dilakukan secara internasional dalam Trends in
International Mathematics and Science Study TIMSS menunjukan bahwa Indonesia pada peringkat ke-34 dari 45 negara untuk penguasaan pelajaran di
bidang matematika. Score Indonesia 411 masih berada di bawah Singapura
1
Yuliani Indarwati, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK pada Sekolah Menengah Atas Kota
Palembang, http:digilib.unsri.ac.iddownloadJurnal20MM20Vol20420No20720 Artikel20320Yuliani20Indrawaty.pdf.h.1-2
1
605 dan Malaysia 508, tetapi tetap berada di atas Filipina 378. Skala matematika TIMSS-Benchmark International menunjukkan bahwa siswa
Indonesia berada pada peringkat bawah, Malaysia pada peringkat tengah, dan Singapura berada pada peringkat atas. Padahal jam pelajaran matematika di
Indonesia 136 jam untuk kelas VIII, lebih banyak dibanding Malaysia yang hanya 123 jam dan Singapura 124 jam. Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang
dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih.
Menurut Zulkardi dalam Yuliani Indarwati, dua masalah utama dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa rendahnya
daya saing siswa di ajang Internasional dan rendahnya nilai rata-rata EBTANAS murni nasional khususnya matematika serta kurangnya minat mereka dalam
belajar matematika matematika dianggap sulit dan diajarkan dengan metode yang tidak menarik karena guru menerangkan, sedangkan siswa hanya mencatat.
Diduga, pendekatan pembelajaran matematika di Indonesia masih menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik yang menekankan pada latihan
mengerjakan soal atau drill and practice, prosedur serta penggunaan rumus. Siswa kurang terbiasa memecahkan masalah atau aplikasi yang banyak disekeliling
mereka. Sementara itu banyak negara telah mereformasi sistem pendidikan matematika dari pendekatan tradisional ke arah aplication based curricular, yaitu
mendekatkan matematika ke alam nyata bagi siswa melalui aplikasi atau masalah kontekstual yang bermakna serta proses yang membangun sikap siswa ke arah
yang positif tentang matematika. Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar adalah cara guru
memberikan evaluasi yang kurang bervariatif. Akibatnya, siswa di Indonesia lebih banyak mengerjakan soal yang diekspresikan dalam bahasa dan simbol
matematika yang diset dalam konteks yang jauh dari realitas kehidupan sehari- hari. Fenomena yang terjadi di lapangan, banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam proses belajar matematika. Siswa umumnya kesulitan dalam memahami soal yang diberikan. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan oleh guru dan terhadap soal-soal matematika yang
disajikan. Pemikiran siswa untuk soal-soal yang diebrikan oleh guru biasanya hanya terpaku pada contoh soal yang telah guru berikan sehingga mereka tidak
kreatif. Rendahnya hasil belajar matematika siswa juga terjadi pada siswa kelas VII
SMP Negeri 181 Jakarta. Berdasarkan hasil observasi langsung, dari dua kelas yang dijadikan sampel diperoleh nilai rata-rata pretes yang dilakukan penulis pada
pokok bahasan segiempat nilai rata-rata kedua sampel berkisar 30an. Keadaan ini tentu sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika
untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan. Pasalnya, matematika merupakan induk ilmu pengetahuan. Tapi, ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi
pelajaran yang difavoritkan. Rasa takut terhadap pelajaran matematika masih kerap menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA,
bahkan hingga perguruan tinggi itu semua disebabkan karena dalam proses belajar mengajar banyak didominasi oleh peran guru saja. Menurut Agus Suprijono
2
guru hanya bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya, padahal menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
3
dalam psikologi belajar pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan”. Salah satu pendidikan matematika yang ada adalah proses belajar mengajar
di kelas, yaitu berupa interaksi antara siswa, guru serta lingkungan sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Proses belajar mengajar tersebut
harus mampu membelajarkan siswa, baik dalam berpikir maupun bersikap. Banyak strategi pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam upaya
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pemilihan pendekatan yang tepat selain dapat mengatur siswa di dalam kelas, juga dapat memberikan motivasi serta
2
Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h.3
3
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, h.128.
dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya secara optimal, dengan demikian siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru, akan tetapi siswa dapat
memahami konsep matematika secara utuh karena adanya interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya.
Salah satu bentuk strategi pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan
pembelajaran aktif agar belajar mengajar tidak hanya berpusat pada guru, tetapi siswa juga dapat menggali potensi yang mereka miliki untuk memahami suatu
materi pelajaran. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa akif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan,
dan pembelajaran aktif mempunyai beberapa metode yang bisa digunakan salah satunya ialah pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan
pertanyaan learning stars with a question, yaitu metode yang mengajak siswa untuk dapat bertanya dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka
ajukan dengan berdiskusi sesama kelompoknya agar mereka lebih mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Sebelum mereka mengemukakan pertanyaan terlebih
dahulu mereka harus membaca dan memahami materi yang diberikan oleh guru agar mereka bisa mengemukakan pertanyaan yang mereka ingin ajukan dari
materi yang belum mereka pahami. Strategi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan
pertanyaan learning stars with a question diharapkan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran matematika di kelas karena dengan strategi ini siswa
diharuskan untuk memahami materi yang akan diberikan oleh guru dengan cara mendiskusikannya sesama kelompoknya, selain itu mereka juga diminta untuk
membuat pertanyaan-pertanyaan dari materi yang belum mereka pahami dengan cara seperti itu diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar
matematikanya, atas dasar hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: ”Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Memulai Pelajaran dengan Pertanyaan
Learning Starts With a Question Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”
.
B. Identifikasi Masalah