59
kritis uji kai kuadrat chi square diperoleh untuk jumlah sampel 33 pada
taraf signifikansi α = 5 adalah 7,82. Karena
lebih besar dari 67,37
7,82, maka H ditolak dan H
1
diterima, artinya data pada kelompok kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
2 tabel
χ
2 hitung
χ
2 tabel
χ
2 tabel
χ
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12 Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kelompok N
2
χ
hitung
α = 5 Kesimpulan
Eksperimen 36 16,03 9,49
Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal Kontrol 33
67,37 7,82
Karena data dari kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka dilakukan penghitungan uji statistik non parametrik
untuk pengujian hipotesis dan tidak dilakukan pengujian homogenitas.
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, diperoleh bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis ini
menggunakan uji statistik non-parametrik. Adapun uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji Mann Whitney Uji “U” untuk sampel besar.
Pengujian hipotesis ini diawali dengan menggabungkan data nilai postest dari kedua kelompok sample dan menentukan peringkat dari setiap data, serta
kemudian melakukan pengujian dengan Uji Mann Whitney Uji “U”. Dari hasil penghitungan lampiran 21 diperoleh bahwa nilai z sebesar -4,46
pada taraf signifikansi α = 5 dan sesuai dengan sifat distribusi normal, maka
60
diperoleh nilai p = 0,00. karena diperoleh p α 0,00 0,05, maka tolak H
. Artinya tingkat hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen yang
menggunakan pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan learning start with a question lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang
menggunakan metode konvensional.
2. Pembahasan
Setelah dilakukan perhitungan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan dari tes hasil belajar dapat dilihat bahwa siswa yang dalam pembelajarannya
menggunakan metode konvensional nilai rata-ratanya sebesar 33,33, nilai terendahnya 20 dan nilai tertingginya 82 dengan siswa yang berada pada interval
kelas rata-rata sebanyak 30,30, di bawah rata-rata sebanyak 54,55 dan di atas rata-rata sebanyak 15,15. Sedangkan siswa yang dalam pembelajarannya
menggunakan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan learning start with a question
nilai rata-ratanya sebesar 52,53, nilai terendahnya 28 dan tertingginya 100 dengan siswa yang berada pada interval kelas rata-rata sebanyak 25, di
bawah rata-rata sebanyak 41,67 dan di atas rata-rata sebanyak 33,34. Berdasarkan pegujian hipotesis di atas menyatakan bahwa tingkat hasil
belajar matematika siswa kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan learning start with a
question lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang menggunakan metode
konvensional. Karena penelitian dilakukan di sekolah yang tidak ada pengklasifikasian kelas pembedaan kelas antara siswa pintar dengan siswa
kurang pintar, maka hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih cepat yang dapat langsung mengikuti proses pembelajaran, sedangkan siswa yang lain masih
merasa tegang dan lebih banyak diam saat pembelajaran dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan learning start with a question, sehingga pada
pertemuan pertama aktivitas belajar belum bisa dikondisikan dan belum tercapai secara optimal.
Pada pertemuan pertama, siswa masih bingung dalam mempelajari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Mereka kesulitan dalam mencari pertanyaan yang
61
akan mereka tanyakan, serta bagaimana cara menjawab dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang mereka tanyakan. Karena mereka terbiasa hanya
mendengarkan dan mencatat apa yang ditulis guru di depan kelas, dan kurang interaksi antar siswa sehingga mereka belum terbiasa untuk menyampaikan
pendapat ataupun bertanya jika ada hal yang belum mereka pahami. Pada saat perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas, siswa terlihat masih malu-malu dan masih sulit untuk menyampaikan kepada siswa lainnya mengenai hasil diskusi kelompoknya,
sehingga penulis harus memaksa beberapa perwakilan kelompok untuk mengajukan pertanyaan yang mereka tanyakan dan mempresentasikan hasil
diskusi dengan kelompoknya. Selain itu kelompok lainnya juga kurang memperhatikan dan ngobrol dengan temannya, sehingga ketika diminta untuk
menanggapi hasil diskusi dari kelompok yang sedang mempresentasikan mereka masih bingung harus menanggapi apa, tetapi penulis mengarahkan dan
membimbing mereka untuk dapat menanggapi hasil presentasi dari kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya.
Pada pertemuan selanjutnya sedikit demi sedikit ada perubahan yang baik, siswa sudah mulai paham metode pembelajaran yang dilakukan oleh penulis,
mereka sudah bisa mencari pertanyaan yang mereka tidak mengerti dari bahan ajar yang penulis berikan dan mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang
berikan ajukan pada teman sekelompoknya. Siswa pun lebih berani mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dan siswa yang lain
pun tidak ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapatnya. Berbeda dengan kelas kontrol yang diajarkan oleh penulis, siswa lebih
banyak pasif hanya mendengarkan dan mencatat apa yang penulis berikan dan catat di papan tulis. Kalaupun ada yang bertanya hanya beberapa siswa saja tidak
lebih dari 5 orang siswa yang mengajukan pertanyaan. Pada saat penulis menjelaskan materipun siswa lebih banyak yang ngobrol sendiri. Hanya sedikit
sekali yang memperhatikan penjelasan yang penulis berikan. Dari uraian di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan antara siswa yang diajarkan menggunakan
62
metode memulai pelajaran dengan pertanyaan learning start with a question dengan siswa yang diajarkan menggunakan metode konvensional.
D. Keterbatasan Penelitian