Kepuasan perkawinan sebelum memiliki anak autis.

1. Kepuasan perkawinan sebelum memiliki anak autis.

Sanny dan Hendrie memiliki harapan yang sama dalam hidup ini yaitu ingin membina hubungan rumah tangga. Sedangkan Rosa dan Herni memiliki keinginan yang sama dalam hidup ini yaitu ingin berkerja terlebih dahulu. Sigelman 2003 mendefiniskan pernikahan sebagai sebuah hubungan antara dua orang yang berbeda jenis kelamin dan dikenal dengan suami isteri. Dalam hubungan tersebut terdapat peran serta tanggung jawab dari suami dan isteri yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan seksual, dan menjadi orang tua. Setelah menikah, Rosa dan Herni sempat merasakan kekecewaan karena ternyata ada kebiasaan suami mereka yang tidak mereka sukai dan hal tersebut tidak pernah mereka temukan selama mereka berpacaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hughes Noppe 1985, bahwa kepuasan perkawinan yang dirasakan oleh pasangan tergantung pada tingkat dimana mereka merasakan perkawinannya tersebut sesuai dengan kebutuhan dan harapannya. Pada dasarnya sebuah perkawinan terdiri dari dua orang yang mempunyai kepribadian, sifat dan karakter yang berbeda Rini, 2001. Sanny merasakan cukup berat dalam membina rumah tangga di awal-awal perkawinan karena ia dan istrinya tidak saling mengenal pribadi masing-masing. Lain halnya dengan Hendrie, ia merasa bahwa karakternya dan istrinya sangat mempengaruhi kehidupan rumah tangganya. Bahkan ia sempat merasa kaku dalam menjalankan perkawinannya. Berbagai siatuasi yang dialami di awal-awal perkawinan sampai Rosa, Sanny, Herni dan Hendrie belum memiliki anak yang didiagnosa autisme, kesemuanya merasakan bahwa perkawinan yang mereka jalani itu membahagiakan bagi mereka. Namun sumber kebahagiaan yang mereka rasakan, memiliki perbedaan masing-masing. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Pujiastuti Retnowati 2004 yang mengemukakan, apabila seseorang merasa puas terhadap perkawinan yang telah dijalani, maka ia beranggapan bahwa harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai pada saat ia menikah telah terpenuhi, baik sebagian ataupun seluruhnya. Ia merasa hidupnya lebih berarti dan lebih lengkap Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan sebelum menikah. Rosa merasakan kebahagiaan dalam perkawinannya karena ia di anugerahi putra kembar, Sanny merasakan kebahagiaan karena ia memiliki anak dan pekerjaan, Herni merasakan kebahagiaan karena ia dianugerahi Tuhan seorang anak laki-laki dan setiap masalah yang muncul dalam perkawinannya dapat diatasi dengan baik dan Hendrie merasakan kebahagiaan karena istrinya memiliki kesabaran dan pengertian yang besar terhadap dirinya.

2. Reaksi saat anak didiagnosa autis.