Kehidupan perkawinna di Nanggroe Aceh Darussalam

sebenarnya akan muncul. Setelah menikah perbedaan ini dapat memunculkan masalah. Persoalan tingkah laku pasangan yang tidak sesuai harapan dapat menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku pasangan sesuai yang diinginkan maka akan menimbulkan perasaan senang dan bahagia. j. Egalitarian Role Area ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang beragam dalam kehidupan perkawinan. Fokusnya adalah pada pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua. Suatu peran harus mendatangkan kepuasan pribadi. Pria dapat bekerjasama dengan wanita sebagai rekan baik di dalam maupun di luar rumah. Suami tidak merasa malu jika penghasilan istri lebih besar juga memiliki jabatan yang lebih tinggi. Wanita mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya serta memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki untuk mendapatkan kepuasan pribadi.

4. Kehidupan perkawinna di Nanggroe Aceh Darussalam

Perkawinan di Tanah Aceh dilakukan pria dan wanita setelah mereka dewasa atau cukup umur. Pemuda yang sudah dianggap dewasa di Aceh adalah mereka yang biasanya berumur 18-22 tahun. Kaum pria hendaklah selalu menghormati kaum wanita. Berkelahi dengan seorang wanita dilarang keras oleh adat Aceh dan orang sangat membenci pria yang melanggarnya. Adat Aceh juga melarang pria bercakap lama dengan seorang wanita, membawa anak gadis bepergian, mengunjungi anak gadis orang atau wanita yang sudah menikah tanpa izin suaminya, begitu juga mengunjungi janda. Apabila hal ini dilanggar, maka wajib dikenakan hukum adat misalnya dengan disuruh untuk mengendarai kerbau betina dengan muka kea rah belakang dan diarak keliling kampong untuk ditonton umum. Permintaan kawin tidak dibenarkan berasal dari pihak wanita melainkan dari pihak pria. Adat Aceh mewajibkan sebelum menikah hendaklah: a. Sudah dapat membaca Al-qur’an dengan lancar Universitas Sumatera Utara b. Dapat mengerjakan shalat lima waktu, shalat Jum’at dan shalat idul fitri dan idul adha. Selain itu ia harus mngetahui perintah-perintah agama Islam lanilla dan kewajiban-kewajiban yang menyangkut dengan perkawinan, seperti menunjukkan muka Manis, lemah lembut dan memiliki sifat sabar. c. Mengetahui adat sopan santón dalam pergaulan zaherí-hari masyarakat, seperti: 1 Menggunakan kata-kata yang wajar dan lemah lembut ketika berbicara dengan orangtua atau orang terhormat. 2 Menghormati lawan bicara 3 Tidaklah memotong pembicaraan orang lain, menghina orang lain, dan menentang dengan perkataan kasar ketika berbicara dalam rapat. 4 Berbicara ketika sudah diberikan kesempatan. 5 Berjalan dengan membungkuk sedikit ketika melewati orang yang telah duduk terlebih dahulu sambil mengisyaratkannya dengan tangan kanan. 6 Berusaha mengambil tempat yang tidak mengganggu orang lain. 7 Memberikan salam kepada orang yang terlebih dahulu berada di suatu tempat 8 Tidak mengeluarkan angin dari mulut ataupun kentut ketika sedang berada di dalam majelis. 9 Tidak bercakap-cakap pada saat kenduri keecuali ketika diperlukan. Sebelum memutuskan untuk menikah, kedua belah pihak melakukan perembukan terlebih dahulu, setelah itu baru kedua pihak secara resmi mengadakan pembicaraan mengenai perkawinan. Perkawinan di awali dengan masa peminangan, pembawaan hadiah pertunangan dan upacara perkawinan.

5. Kepuasan perkawinan pada orangtua yang memiliki anak autis di Nanggroe Aceh Darussalam