dan intervensi yang dilakukan. Padahal untuk penanganan dan intervensi antara autisme ringan, sedang dan berat tidak berbeda. Penanganan dan intervensinya
harus intensif dan terpadu sehingga memberikan hasil yang optimal. Orangtua harus memberikan perhatian yang lebih bagi anak penyandang autis. Selain itu
penerimaan dan kasih sayang merupakan hal yang terpenting dalam membimbing dan membesarkan anak autis Yusuf, 2003.
3. Tingkat kecerdasan anak autis
Pusponegoro dan Solek 2007 menyebutkan bahwa tingkat kecerdasan anak autis dibagi mejadi 3 tiga bagian, yaitu:
a. Low Functioning IQ rendah Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori low functioning IQ rendah,
maka dikemudian hari hampir dipastikan penderita ini tidak dapat diharapkan untuk hidup mandiri, sepanjang hidup penderita memerlukan bantuan orang
lain. b. Medium Functioning IQ sedang
Apabila penderita masuk ke dalam kategori medium functioning IQ sedang, maka dikemudian hari masih bisa hidup bermasyarakat dan penderita ini
masih bisa masuk sekolah khusus yang memang dibuat untuk anak penderita autis.
c. High Functioning IQ tinggi Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori high functioning IQ ”tinggi”,
maka dikemudian hari bisa hidup mandiri bahkan mungkin sukses dalam pekerjaannya, dapat juga hidup berkeluarga.
4. Perkembangan anak autisme
Menurut Wenar 1994 autisme berkembang pada 30 bulan pertama dalam hidup, saat dimensi dasar dari keterkaitan antar manusia dibangun, karenanya
periode perkembangan yang dibahas akan dibagi menjadi masa infant dan toddler dan masa prasekolah dan kanak-kanak tengah.
1. Masa infant dan toddler
Universitas Sumatera Utara
Hubungan dengan care giver merupakan pusat dari masa ini. Pada kasus autisme sejumlah faktor berhubungan untuk membedakan perkembangannya
dengan perkembangan anak normal.
Tabel 2. Perbedaan perkembangan anak normal dan anak autis pada masa infant dan toddler
No. Faktor Pembeda
Perkembangan Normal Anak Autis
1. Pola tatapan mata
Usia 6 bulan sudah mampu
melakukan kontak sosial melalui tatapan
Toddler: menggunakan gaze
sebagai sinyal pemenuhan vokalisasi mereka atau
mengundang partner untuk bicara
Pandangan mereka
melewati orang dewasa yang mencegah
perkembangan pola interaksi melalui tatapan
Lebih sering melihat
kemana-mana daripada ke orang dewasa
2. Affect
Usia 2,5-3 bulan sudah
melakukan senyum sosial
Tidak ada senyum sosial
Usia 30-70 bulan melihat dan tersenyum terhadap
ibunya, tapi tidak disertai dengan kontak mata dan
kurang merespon senyuman ibunya
3. Vokalisasi
Usia 2-4 bualn anak dan ibu
terlibat dalam pola yang simultan dan berganti vokal
yang menjadi awal bagi komunikasi verbal
selanjutnya.
Karakter mutism mereka tampak dari kurangnya
babbling yang
menghambat jalan interaksi sosial ini
4. Imitasi Sosial:
berkaitan dengan responsifitas sosial,
bermain bebas dan bahasa
Langsung muncul setelah
lahir
Usia 8-26 bulan dapat meniru ekspresi wajah tapi
melalui sejumlah keanehan dan respon
mekanikal yang mengindikasikan sulitnya
perilaku ini bagi mereka
5. Inisiatif dan
Reciprocity
Merespon stimulus yang ada sehingga timbul reciprocity
Anak menjadi penerima
pasif dari permainan orang dewasa dan tidak
berinteraksi secara ktif dengan mereka
6. Attachment
Kelekatan pada anak autis
diselingi dengan karakteristik pengulangan
pergerakan motorik mereka seperti tepukan
tangan, goncangan dan berputar-putar
7. Kepatuhan dan
Anak autis patuh terhadap
Universitas Sumatera Utara
Negativisme permintaan. Jika
permintaan tersebut sesuai dengan kapasitas
intelektual mereka, mereka dapat merespon secara
pantas saat mereka dalam lingkungan yang
terstruktur dan dapat diprediksi.
Anak autis memiliki sifat
negativistik secara berlebihan
2. Masa prasekolah dan kanak-kanak tengah a. Faktor afektif-motivasional
Motivasi untuk menjadi partisipan aktif yang kuat pada anak normal, lemah pada anak autis. Anak autis kurang tertarik dengan teman sebayanya. Anak
autis kurang dalam empati, yaitu proses dimana seseorang berespon secara afektif terhadap orang lain seperti mereka mengalami affect yang sama
dengan orang tersebut.
b. Reciprocity
Pada anak autis, ketidakmampuan untuk berpartisipasi secara penuh dalam interkasi sosial resiprokal yang sesuai umur dapat bertahan seumur hidup
mereka.
1 Kesulitan penerimaan Mereka sulit mengenali wajah atau suara dari foto atau rekaman suara,
mungkin karena kesulitan kognitif dalam memproses stimulus sosial yang kompleks. Anak autis memahami penyebab dari emosi setidaknya pada level-
level sederhana. Misalnya: mereka memahami hubungan antara situasi dan affect. Orang merasa senang saat pesta ulang tahun, sedih saat jatuh.
2 Kesulitan ekspresif Mereka kurang dalam hal malu, afeksi dan bersalah yang biasanya muncul
pada anak normal usia 2-3 tahun. Mereka juga mengalami kekurangan dalam ekspresi wajah, miskinnya gesture tubuh dan kurangnya modulasi dalam
aspek ekspresif dari suara yang memberikan kesan kaku.
Universitas Sumatera Utara
5. Orangtua yang memiliki anak autis