Kepuasan perkawinan pada orangtua sebelum memiliki anak autis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada Bab I yaitu bagaimana kepuasan perkawinan pada orangtua yang memiliki anak autis di Nanggroe Aceh Darussalam, maka dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Kepuasan perkawinan pada orangtua sebelum memiliki anak autis

Responden I Rosa Di awal perkawinan Rosa merasakan ketidakcocokan dengan suaminya karena ia tidak suka melihat sesuatu yang tidak bersih dan tidak rapi. Namun, Rosa merasa bahwa perkawinan yang ia jalani sebelum memiliki anak autis memberikan kebahagiaan baginya karena tidak ada unsur kekerasan yang ia alami selama menjalani kehidupan rumah tangga tersebut. Rosa hanya mengalami kelelahan karena ia harus mengurus dua orang putera dalam waktu yang bersamaan. Responden II Di awal perkawinan Sanny merasakan bahwa ia berat dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Hal ini dikarenakan ia membutuhkan waktu untuk mengenali dan menyesuaikan diri dengan karakter pasangannya. Namun, Sanny merasa bahwa perkawinan yang dijalaninya sebelum memiliki anak autis memberikan kebahagiaan padanya karena pada saat itu ia sudah memiliki anak dan pekerjaan. Keduanya merupakan sumber kebahagiaan bagi Sanny. Responden III Herni Di awal perkawinan Herni merasakan ketidaknyamanan karena harus masuk ke lingkungan keluarga dan pertemanan pasangan. Selain itu, Herni juga merasa kecewa dengan perilaku suaminya yang tidak sesuai dengan harapannya. Namun, Universitas Sumatera Utara Herni merasa bahwa perkawinannya memberikan kebahagiaan padanya karena ia diberikan anugerah langsung berupa kelahiran putra pertamanya dan adanya saling pengertian antara ia dan suaminya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di dalam rumah tangga mereka. Responden IV Hendrie Di awal perkawinan Hendrie sempat merasa kaku dalam menjalani kehidupan rumah tangganya dikarenakan ia tidak tahu harus berperilaku seperti apa terhadap wanita. Dengan kondisi tersebut, Hendrie tetap merasakan bahwa perkawinannya bahagia, karena ia diberikan anugerah berupa kelahiran putra pertamanya. Selain itu, Hendrie juga merasakan kebahagian karena kesabaran dan pengertian yang diberikan oleh istrinya dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul dalam rumah tangga mereka.

2. Reaksi terhadap diagnosa autisme