bahkan cenderung dijauhi, namun di sisi lain mereka sangat rentan memicu persoalan kesehatan. Perilaku waria, terutama yang mendapatkan perlakuan diskriminatif sangat
rentan terjebak dalam perilaku menyimpang. Banyak yang tidak memiliki kompetensi akhirnya memilih menjadi pekerja seks untuk bertahan hidup.
Mereka sangat berpotensi besar menyebarkannya kepada orang lain. Tentu ini menjadi persoalan serius dan tidak seharusnya dipandang dari satu sisi sebagai
masalah waria, namun menjadi masalah kesehatan secara umum.
5.1.5. Kepentingan
Pada kedua kasus, memiliki kesamaan kepentingan yang sifatnya sementara. Mereka melakukan tes pada situasi khusus dan temporer sifatnya. Tindakan
melakukan tes didasarkan kekhawatiran karena ada rangkaian peristiwa yang diyakini, bahwa mereka sudah tertular HIVAIDS. Pada kedua kasus, tes dilakukan
karena pasangan yang selama ini menjalin hubungan intim dengannya terdiagnosa HIV positif. Seperti yang diceritakan Informan Sari kepada penulis bahwa ia takut
dirinya tertular HIV karena mendengar dari temannya Dewi belakangan Sari mengetahui bahwa Dewi menjalin hubungan dengan laki-laki itu sebelum menjalin
hubungan khusus dengan Sari bahwa pacarnya yang telah lama tidak menjalin hubungan tersebut dirawat di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan karena beberapa
waktu yang lalu mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor dan harus segera dioperasi. Dari hasil pemeriksaan darah diketahui bahwa yang bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
adalah HIV positif. Pada dasarnya Sari tidak perduli lagi dengan Iwan, karena dia sudah memiliki kekasih baru. Namun dia khawatir dengan status HIV nya, karena
Dewi bercerita beberapa waktu yang lalu hasil tes HIV-nya harus diulang kembali 3 tiga bulan kedepan karena pihak rumah sakit tempat dia memeriksa tes masih
meragukan hasil tes terakhirnya. Kenyataan yang terpampang dihadapannya membuat informan takut bahwa dia terinfeksi HIV, dan secepatnya akan meninggal.
Persepsi Sari yang tertanam dalam dirinya bahwa ketika seseorang terinfeksi HIV merupakan akhir dari segalanya.
”Aku takut kali waktu itu, banyak yang bilang kalo kena HIV, ga lama lagi pasti metong mati, contohnya si Intan...gitu hasilnya
positif gak sampe setaon, dia udah terbaring dan gak lama meninggal...ih ngeri lah bang...mana gak ada teman waria lain yang
mau perduli, aku sempat 2 hari gak tidur mikirannya sebelum nyari petugas lapangan lebih tahu banyak dari aku... ”.
Sejak itu informan berusaha keras mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tes HIVAIDS, ia menghubungi PL yang menjangkau ke lokasi. Perubahan
signifikan yang terjadi pada informan sebenarnya merupakan wujud ketakutan akibat dari informasi yang belum sepenuhnya diterima baik. Pengalaman yang buruk dari
lingkungan sekitar seperti teman-temannya memengaruhi keputusan Sari untuk segera mencari informasi yang dibutuhkan terkait dengan kepentingannya sebagai
seseorang yang memiliki riwayat berisiko.
Universitas Sumatera Utara
Tidak jauh berbeda, informan Yani juga berusaha mencari informasi tambahan setelah mengetahui pacarnya sering berganti-ganti pasangan dengan
keinginan kuat untuk melakukan tes.. Kepentingan untuk melakukan tes timbul ketika faktor risiko sudah demikian kuat menghampiri. Pemeriksaan rutin bukan merupakan
suatu kebutuhan untuk meminimalisir penularan dan pencegahan yang seharusnya dilakukan dengan perilaku risiko tingginya.
5.1.6. Pengalaman