Periode Persiapan Periode Pertumbuhan

beberapa pendapat lama yang dikemukakan di Baghdad dan mengubah dengan fatwa yang baru. Pendapat-pendapat baru qaul Jadid itu dituangkan secara sistematis dalam beberapa buah kitab. D . Periode Pengembangan Periode ini berlangsung sejak wafatnya Imam Syafi’i sampai dengan pertengahan abad kelima atau, bahkan abad ketujuh menurut pendapat sebagian ahli. Para murid dan penerus Imam Syafi’i dari berbagai generasi Thabaqat yang telah mencapai derajad ijtihad dalam keilmuannya terus melakukan istinbath hukum untuk masalah-masalah yang timbul pada masa mereka atau yang ditimbulkan sebagai perandaian masa’il frdliyah. Selain itu, semangat ijtihad yang diwariskan oleh Imam Syafi’i sendiri, mereka juga melakukan tinjauan ulang terhadap fatwa-fatwa Imamnya. Dalam satu permasalahan Imam Syafi’i memberikan dua, atau lebih, fatwa yang berbeda. Mereka melakukan tarjih setelah menelusuri dalilnya masing-masing untuk mendapat pilihan yang kuat. Mereka inilah yang kemudiannya memainkan peran penting dalam membela, melengkapi, dan meyebarkan mazhab Syafi’i sehingga bersaing dengan mazhab-mazhab lainnya yang di seluruh wilayah Islam. Selain ramai dengan kegiatan istinbath, kajian, dan diskusi antara sesamanya atau antara mereka dengan ulama dari mazhab lain, para ulama Syafi’iyyah pada periode ini juga banyak menghasilkan karya tulis. Hampir setiap ulama terkemuka menuangkan ilmunya dalam berbagai tulisan, berupa kitab, risalah, ta’liq dan sebagainya, yang bersesuaian dengan metode penulisan yang berkembang pada masanya. Dari hal yang di atas dapat kita mengetahui bahwa mazhab Syafi’i merupakan gabungan dari fiqh ulama Madinah ahl Hadits dan fiqh ulama Iraq ahl Ra’yi, dimana setelah mempelajari keduanya, ia kembali dan mengoreksi lebih lanjut fiqh ulama-ulama tersebut. Yang akhirnya membentuk mazhab sendiri yang awalnya diperkenalkan di Baghdad dan mendapat yang lebih sempurna setelah dikembangkan di Mesir. 53 Penyebaran mazhab Imam Syafi’i ini antara lain di Irak, lalu berkembang dan tersiar ke Khurasan, Pakistan, Syam, Yaman, Persia, Hijaz, India, daerah- daerah Afrika dan Andalusia sesudah tahun 300 H. Kemudian mazhab Syafi’i tersiar dan berkembang bukan hanya di Afrika, tetapi seluruh pelosok Negara- negara Islam, baik di Barat, maupun di Timur, yang dibawa oleh para muridnya dan pengikut-pengikutnya dari satu negeri ke negeri lain, termasuk ke Indonesia. 54 Wafatnya Imam Syafi’i Beliau mengidap penyakit ambeian pada akhir hidupnya, sehingga mengakibatkan beliau wafat di Mesir pada malam Jum’at seusai shalat Maghrib, yaitu pada terakhir di bulan Rajab. Beliau dimakamkan pada hari Jum’atnya di 53 Ibid, 54 Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta: Logos, 2003, cet, ke-3, h. 135