Makruh Afdhal Tidak Berkawin

Pertama, dari sudut hukum, perkawinan merupakan suatu perjanjian antara lelaki dan wanita agar dapat melakukan hubungan kelamin secara sah dalam waktu yang tidak tertentu lama, kekal, abadi , Kedua, dari sudut agama perkawinan itu dianggap sebagai suatu lembaga yang suci dimana antara suami dan istri agar dapat hidup tenteram, saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, dan kasih- mengasihi antara satu terhadap yang lain dengan tujuan mengembangkan keturunan. Perkawinan adalah suatu jalan yang halal untuk melanjutkan keturunan dan dengan perkawinan itu akan terpelihara agama, kesopanan, kehormatan dan terpelihara dari melakukan maksiat. Banyak penyakit yang sembuh sesudah menjalani perkawinan umpamanya penyakit kurang darah anemia, dengan demikian perkawinan dapat menimbulkan keunggulan, keberanian dan rasa tanggungjawab kepada keluarga, dan juga masyarakat. Perkawinan juga dapat mengeratkan hubungan silaturrahmi, persaudaraan dan kegembiraan dalam kehidupan masyarakat sosial. Ketiga, dari sudut kemasyarakatan bahwa orang-orang yang telah menikah atau berkeluarga telah memenuhi salah satu bagian syarat dan kehendak masyarakat, serta mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan lebih dihargai dari mereka yang belum kawin. 21 Perbedaan antara Rukun dan Syarat perkawinan ialah: Bahwa Rukun nikah sebagian dari hakikat perkawinan, seperti lelaki, wanita, wali, saksi dan aqad nikah. Semuanya itu adalah sebagian dari hakikat 21 Ibid, perkawinan, dan tidak dapat terjadi suatu perkawinan, kalau tidak ada salah satu daripadanya, misalnya tiada lelaki atau wanitanya. Adapun Syarat, ialah suatu yang mesti ada dalam perkawinan, tetapi tidak termasuk salah satu bagian daripada hakikat perkawinan itu, misalnya: syarat wali itu lelaki, baligh, berakal dan lain-lain. Salah satu daripada Rukun perkawinan itu ialah sighah- aqad nikah- ijab dan Kabul. Maka perkawinan tidak sah, kalau tiada dilakukan dengan ijab Kabul. Rukun-Rukun Nikah itu adalah sebagai berikut: 22 1. Calon suami 2. Calon istri 3. Wali 4. Dua orang saksi 5. Siaghah aqad atau ijab Kabul. Dan syarat-syaratnya: 1 Syarat seorang suami: - Beragama Islam. - Nyata calon itu lelaki. - Lelaki diketahui dan tertentu. - Lelaki itu halal bagi calon istrinya. - Lelaki itu mengetahui bahwa calon istrinya halal baginya. 22 Osman Bin Jantan, Pedoman Mu’amalat Dan Munakahat Civil Transaction, Singapore: Pustaka Nasional Pte Ltd, 2001, Cet kedua, 2006, h. 143-144.