PENUTUP A. Studi perbandingan pernikahan wanita hamil dalam perspektif Imam Syafi'i dan Undang-undang keluarga Islam Negari Terengganu Malaysia

ibadah adalah jiwa yang tenteram. Ketenteraman dalam urusan dunia pun akan terjamin. Di antaranya tidak terombang-ambingnya hati kepada orang lain yang bisa menjurus kepada perbuatan zina. Seorang suami hatinya akan tenteram ketika mencari nafkah di luar rumah, karena harta dan anak-anaknya ada yang menjaga. Selain itu, keamanan diri terutama bagi istri baik secara fisik maupun kehormatan dimasyarakat akan tetap terjaga. Selain beribadah kepada Allah dalam arti sempit maupun luas, tujuan seorang muslim berumah tangga adalah untuk melestarikan keturunan. Tujuan untuk melestarikan tidak sekadar membuat silsilah keluarga tetap berlanjut, tapi lebih luas dari itu, dari keturunan yang dimiliki akan terbentuk generasi Qur’an yang kualitasnya lebih baik dari keluarganya. Salah satu dari hikmah perkawinan adalah untuk menjaga kesempurnaan dan kesejahteraan keturunan manusia. Allah telah menentukan bahwa manusia hanya berasal dari kedua ibu bapa, lelaki dan perempuan. Bahawa Islam mengharamkan lelaki dan perempuan hidup bersama melainkan dengan ikatan perkawinan yang syar’ie. Ini menunjukkan Islam memelihara kewujudan manusia melalui perkawinan. Sekiranya Islam mengharamkan perkawinan, maka golongan manusia akan pupus. Manakala jika Islam mengharuskan perzinahan, maka manusia akan hidup di dalam keadaan kebinasaan. Allah menghendaki hamba-Nya menikmati kebaikan dan dijauhkan daripada keburukan. 1 Firman Allah SWT :  Artinya:“Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha penyayang kepada manusia.” Q.S.Al-Baqarah : 2 : 134 Untuk itulah pendidikan agama dalam keluarga sangat penting, keluarga muslim adalah komunitas masyarakat Islam dalam sekala yang paling kecil. Sebuah keluarga muslim yang sakinah mawaddah wa rahmah akan menjadi simbol dan contoh yang bakal terwujudnya masyarakat yang Islami. Berdasarkan petunjuk Al-Qur’an, idealnya sebuah pernikahan itu terjalin antara pasangan yang sekufu’, laki-laki yang baik berpasangan dengan wanita yang baik dan laki-laki yang keji berpasangan dengan wanita yang keji pula. Ukuran baik dan buruk disini adalah dari segi aqidah, akhlaq dan tujuannya. Islam membangun kehidupan keluarga dan masyarakat atas dasar dua tujuan. Pertama, menjaga keluarga dari kesesatan. Untuk itu, Islam melarang adanya hubungan intim antara lelaki dan perempuan tanpa ikatan sah sebagaimana disyariatkan Allah SWT. misalnya perzinahan, perselingkuhan, dan mengambil istri yang tidak halal. 1 Mustofa Al-Khin, Mustofa Al-Bugho, dkk, Kitab Fikih Mazhab Syafie, Undang- undang Kekeluargaan Nikah, Talak, Nafkah, Penjagaan Anak-anak, Penyusuan, Menentukan Keturunan, Anak Buangan , Kuala Lumpur: Pustaka Salam Sdn Bhd, Disembar 2005, jil. 4, h. 731-732