Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perzinahan dan kawin hamil.

menghindari perasaan malu kepada masyarakat, maka mereka cepat-cepat dinikahkan dalam keadaan hamil. 90 Maka pada saat ini banyak remaja melakukan hubungan heteroseksual tanpa mengenal malu atau tidak mengenal batas norma agama, bahkan mereka merasa bangga bila diperhatikan orang lain. Free sex di kalangan remaja dan masyarakat kota, kini telah membudaya bahkan telah menjalar ke desa. Maka tidak heran apabila sering kita jumpai sebuah resepsi pernikahan sepasang pengantin yang masih muda atau belum cukup umur bersanding di pelaminan akibat dari pergaulan bebas. Untuk mengetahui latar belakang atau faktor-faktor yang lebih tepat terjadinya perkawinan sesudah hamil, mayoritas dilakukan oleh para remaja terutama hubungan penyimpangan seksualitas, pada dasarnya bukan murni tindakan dari mereka saja, malaikan ada faktor pendukung atau faktor yang mempengaruhi dari berbagai aspek, yaitu: Faktor eksternal di antaranya, Pertama, kualitas diri remaja itu sendiri seperti, perkembangan emosional yang tidak sehat, kurang mendalami norma agama, ketidakmampuan mempergunakan masa luang, tidak mampu dalam mengatasi masalah sendiri, berada dalam kelompok yang tidak baik, dan memiliki kebiasaan yang negatif terutama di rumah atau kurang displin dalam menjalani kehidupan rumah. Kedua, kualitas lingkungan yang tidak mendukung anak untuk 90 M.Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, Jakarta: PT, Al- Mawardi, Prima, 2003, Cet Pertama, h. 184 berlaku baik seperti, anak kurang perhatian bahkan tidak mendapat kasih sayang berarti akibat kesibukan kedua orang tua di luar rumah, dan pergeseran norma keluarga dalam mengembangkan norma positif seperti tidak adanya pendidikan dan kebisaan melakukan norma agama. Disamping itu keluarga tidak memberikan arahan tentang seks yang sehat. Ketiga, kualitas lingkungan yang kurang sehat, seperti tidak ada pengajian agama dan lingkungan masyarakat yang telah mengalami kesenjangan komunitasi antara tetangga. Keempat, minimnya kualitas informasi yang masuk bagi kaum muda sebagai akibat globalisasi, akibatnya anak remaja sangat kesulitan atau jarang mendapatkan informasi sehat dalam hal seksualitas. Bahkan justru media masa kini terutama media ramaja cenderung mengutamakan bisnis dengan lebih banyak mengeksport seksualitas yang tidak sehat dengan penyimpangan moral. 91 Sementara dari faktor internalnya adalah biologi hormonal, perkembangan moral, penundaan usia perkawinan dan penyalahangunaan obat-obatan terlarang. Data dari berbagai Negara menunjukan bahwa golongan penyalahangunaan obat- obatan terlarang dan alkohol bersifat menggangu pertimbangan intelektual dan moral, sehingga dapat menyebabkan aktifitas seksual penggunaannya bartambah. 92 91 Abu Al-Ghifari, Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern, Bandung: Mujahid, 2004, cet, ke-5, h. 34-36 92 Ibid, h. 33 Dengan demikian penyimpangan seksualitas remaja yang mengakibatkan terjadinya perkawinan sesudah hamil sampai kapan pun akan tetap mengenjala dan dapat menjadi “budaya” sebelum terpecahkan empat masalah dan juga faktor- faktor yang dinyatakan di atas.

B. Pendapat Imam Syafi’i Mengenai Status Hukum Pernikahan Wanita Hamil

Imam Syafi’i berpendapat, menikahi wanita hamil karena zina dibolehkan bagi orang yang telah menghamilinya maupun bagi orang lain. C=Z X T y S TﺱU G7 6 6ﺝZ Gﻡ c 1ﻥ CZ K K 1ﻥ 1J ی cq t ﻡ 6 V:7 K 5:=ﻥ G1: U ﻡ ﻥ ﺏ ]6 7 q 9 ﻡ Gﺏ 7 ﻡ ] ﺕq 6 Z 5ﺝ V:7 t ﻡ 6 5 ﺝ z ی cq t ﻡ 6 51Z ] ﻡ fی Artinya:“Syafi’i berkata “kami memperolehi dalil dari Rasulullah SAW. mengenai wanita dari laki-laki yang berzina dari kaum muslimin. Kami tiada mengetahui bahwa Rasulullah SAW. mengharamkan kepada salah seorang dari keduanya, bahwa mengawini wanita tiada berzina dan laki-laki yang tiada berzina. Dan kami tiada mengetahui bahwa Rasulullah SAW mengharamkan akan salah seorang dari keduanya kepada pasangannya. Sesungguhnya telah datang kepada Nabi SAW. Maiz bin Malik, ia tiada memerintahnya pada salah satu dari berkali- kali itu bahwa ia menjauhkan istrinya, kalau ia mempunyai istri. Dan beliau tiada menyuruh istri supaya menjauhkan diri dari suaminya.” 93 Alasan dibolehkan menikahi wanita hamil akibat zina sebagai berikut: a. Firman Allah SWT. dalam surah an-Nisa’:24 : 93 As-Syafi’i., al- Umm., Beirut: Dar al-Fikr al-‘Araby. 1983. Juz V. h. 9 +, . 1 + 2 3 1 45671 89: . = ? +7 A 895B67C D E F 95 1 89: GH I ? J8: 95 G 1L MN O,PQ R8 ST UVNO W + 1 D + M+ Artinya:“Dan diharamkan juga kamu berkahwin dengan perempuan- perempuan istri orang, kecuali hamba sahaya Yang kamu miliki. Haramnya Segala Yang tersebut itu ialah suatu ketetapan hukum Allah yang diwajibkan atas kamu. dan sebaliknya Dihalalkan bagi kamu perempuan-perempuan Yang lain daripada Yang tersebut itu, untuk kamu mencari istri Dengan harta kamu secara bernikah, bukan secara berzina.” Q.S.An-Nis ’:4:24 b. Keumuman Hadits Aisyah Binti Abu Bakar r.a., ketika Rasulullah SAW. ditanya tentang seorang laki-laki yang berzina dengan seorang perempuan kemudian laki-laki itu berniat untuk menikahinya, maka Nabi bersabda: TkP K Pی K P . ﻥ ] g . 2ﺱ 5 q U 6 ] U V Y Artinya:“Permulaan perzinahan tetapi akhirnya adalah pernikahan, dan yang haram itu tidak mengharamkan yang halal.” H.R al-Darquthni . c. Sperma zina itu tidak dihargai dengan alasan tidak ditetapkannya keturunan anak zina kepada ayahnya, tetapi hanya kepada ibunya saja. Kalau sperma zina tidak dihargai, maka jelas ia tidak dapat menghalangi apalagi membatalkan akad nikah wanita hamil karena zina tersebut. 94 Menurut pendapat Imam Syafi’i lagi tentang pernikahan wanita hamil ini adalah, seorang wanita yang sedang hamil dari zina boleh dan sah dinikahi oleh laki-laki lain yang tidak menzinahinya, serta sesudah akad nikah mereka boleh melakukan hubungan suami istri. Argumentasi yang beliau kemukakan adalah sebagai berikut: 95 1. Firman Allah SWT. dalam surah an-Nisa’ ayat 24: E F 95 1 89: GH I ? J8: 95 G 1L MN O,PQ R8 ST UVNO W + 1 ﻥ M Artinya:“Dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian yaitu mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina.” Q.S.An-Nis ’:4 :24 Menurut Imam Syafi’i, wanita yang sedang hamil dari zina tidak termasuk dari kategori wanita-wanita yang haram dinikahi oleh umat Islam sebagaimana disebut pada surah An-Nis ’ ayat 22-24. Oleh karena itu, wanita yang sedang 94 Imam al-Kabir ‘Ali Ibn Umar al-Darquthni, Sunan al-Darquthni, Beirut: Dar al-Fikr, t.th, h. 156 95 M.Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, Jakarta: PT. Al- Mawardi, Prima, 2003, Cet. Pertama, h. 191