29
Oleh karena itu, dalam operasinya bank syariah tidak menerapkan sistem  bunga  seperti  bank  konvensional  tetapi  menerapkan  sistem  bagi
hasil.  Hal  ini  sesuai  dengan  fatwa  MUI  taggal  16  Desember  2003  yang menggolongkan  bunga  bank  termasuk  riba,  dan  menurut  Al-
Qur’an  riba itu haram.
C. Financing to Deposit Ratio FDR
Pada perbankan syariah tidak mengenal kredit loan dalam penyaluran dana  yang  dihimpunnya.  Oleh  karena  itu,  aktivitas  penyaluran  dana  yang
dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan financing. Menurut  Muhammad  2005:17,  penyaluran  pembiayaan  adalah
pendanaan  yang  dikeluarkan  untuk  mendukung  investasi  yang  direncanakan. Variabel ini diwakili oleh FDR Financing to Deposit Ratio. FDR merupakan
perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh Bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan syariah.
Hal  mendasar  mengapa  bank  itu  diperlukan  adalah  karena  institusi keuangan  ini  bisa  memainkan  perannya  sebagai  lembaga  intermediasi  anatara
penyimpan dana dan peminjam dana. Karena itu wajar saja bila mengukur peran bank  dalam  perekonomian  suatu  Negara  adalah  dilihat  dari  seberapa  besar
fungsi  intermediasi  ini  bisa  dimainkan.  Dari  fungsi  intermediasi,  perbankan syariah menunjukkan kinerja yang mengagumkan. Hal ini bisa dilihat dari tahun
ke  tahun  besarnya  fungsi  intermediasi  mendekati  100  persen  bahkan  pernah melampaui. Dengan kata lain, hampir 100 persen dana pihak ketiga yang ada di
Bank  Syariah  disalurkan  kembali  kepada  masyarakat.  Sementara  bank
30
konvensional  paling  tinggi  mendekati  70  persen  Amin,  2009:41.  Fakta  ini menunjukkan bahwa Bank Syariah lebih pro dalam mengembangkan sektor riil
atau fungsi perbankan syariah jauh lebih tangguh dibanding agregat perbankan konvensional.
Rasio FDR dipergunakan untuk mengukur sejauh  mana dana pinjaman yang berhasil dikerahkan oleh bank kepada nasabah peminjam yang bersumber
dari  dana  pihak  ketiga.  Tinggi  rendahnya  rasio  ini  menunjukkan  tingkat likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin tinggi angka FDR suatu bank, berarti
digambarkan  sebagai  bank  yang  kurang  likuid  dibanding  dengan  bank  yang nilai FDRnya lebih kecil.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 265BPPP tanggal 2 Mei 1993,  besarnya  FDR  ini  dtetapkan  oleh  Bank  Indonesia  tidak  boleh  melebihi
110.  Itu  artinya  bank  boleh  memberikan  kredit  atau  pembiayaan  melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110.
Jadi,  besarnya  FDR  yang  diijinkan  adalah  80    FDR    110,  artinya minimum  FDR  adalah  80  dan  maksimum  FDR  adalah  110.  A.  Riawan
Amin, 2009:41. Berdasarkan  Surat  Edaran  Bank  Indonesia  No.924DPbS  tanggal  30
Oktober 2007, rasio FDR dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pembiayaan yang diberikan FDR Financing to Deposit Ratio =
X100 Dana Pihak Ketiga DPK
31
FDR  dihitung  dari  perbandingan  antara  total  pembiayaan  yang diberikan  bank  dengan  dana  pihak  ketiga.  Total  pembiayaan  yang  dimaksud
adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada  bank  lain.  Dana  pihak  ketiga  yang  dimaksud  yaitu  antara  lain  giro,
tabungan, dana deposito tidak termasuk antarbank. Furqan, 2012:4 Menurut  Peraturan  bank  Indonesia  No.  1219PBI2010  Tentang  Giro
Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing,  rasio  likuiditas  memiliki  batas  bawah  sebesar  78  dan  batas  atas
sebesar 100. Perhitungan FDR sendiri merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan likuiditas bank ketika terjadi penarikan dalam jumlah
besar. Dana  pembiayaan  adalah  dana  yang  dibutuhkan  untuk  menggerakkan
sektor  riil  dan  diharapkan  mampu  untuk  memicu  pertumbuhan  ekonomi. Begitu  pula  sebaliknya,  bila  dana  FDR  bank  syariah  tidak  dapat  disalurkan
dengan baik maka dampaknya selain penggerakkan sektor riil terhambat, juga mengakibatkan
dana masyarakat
tersebut menganggur
dan dapat
mempengaruhi berkurangnya jumlah uang berdar. FDR  menunjukkan  sejauh  mana  kemampuan  Bank  Syariah  dalam
membayar  kembali  penarikan  dana  yang  telah  dilakukannya  kepada  nasabah deposan.  Pembayaran  yang  dilakukan  oleh  Bank  Syariah  kepada  nasabah
deposan  dilakukan  dengan  mengandalkan  pembiayaan  yang  telah  diberikan oleh  Bank  Syariah  tersebut.  Dengan  kata  lain,  FDR  ini  digunakan  untuk
32
melihat  seberapa  jauh  pembiayaan  kepada  nasabah  dapat  mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi hutang jangka pendeknya kepada nasabah
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk  memberikan  pembiayaan  tersebut.  Rasio  ini  juga  digunakan  untuk
melihat kemampuan dan kerawanan dari suatu Bank Syariah. Financing to deposit ratio
FDR dapat pula digunakan untuk menilai strategi  suatu  bank.  Manajemen  bank  konservatif  bisasanya  cenderung
memiliki  FDR  yang  relatif  rendah.  Sebaliknya  bila  FDR  melebihi  batas toleransi  dapat  dikatakan  manajemen  bank  yang  bersangkutan  sangat
ekspansif  atau  agresif  Siamat,  2001:  32.  Rasio  ini  juga  digunakan  untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau
sebaliknya dibatasi. Jika bank syariah memiliki FDR  yang terlalu kecil maka bank  akan  kesulitan  untuk  menutup  simpanan  nasabah  dengan  jumlah
pembiayaan yang ada. Jika bank memiliki FDR yang sangat tinggi maka bank akan mempunyai resiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi dan pada titik
tertentu bank akan mengalami kerugian Susilo, 1999:24.
D. Dana Pihak Ketiga
1. Pengertian Dana Pihak Ketiga DPK
Salah satu kendala bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatannya adalah  masalah  kebutuhan  dana.  Hampir  setiap  perusahaan  memerlukan
dana  untuk  membiayai  kegiatan  usahanya,  baik  untuk  biaya  rutin  maupun untuk  keperluan  perluasan  usaha.  Pentingnya  dana  membuat  setiap
perusahaan  berusaha  keras  untuk  mencari  sumber-sumber  dana  yang
33
tersedia,  termasuk  perusahaan  lembaga  keuangan  semacam  bank  Kasmir,
2008:61.
Bagi  bank,  dana  merupakan  faktor  yang  paling  utama  dalam operasional  bank.  Tanpa  dana  yang  cukup,  bank  tidak  dapat  berbuat  apa-
apa,  atau  dengan  kata  lain  bank  tidak  berfungsi  sama  sekali.  Dana  adalah uang tunai  yang dimiliki atau  dikuasai oleh bank  dalam bentuk tunai,  atau
aktiva lain  yang dapat segera diubah menjadi uang tunai.  Uang tunai  yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank
itu  sendiri,  tetapi  juga  berasal  dari  titipan  atau  penyertaan  dana  orang  lain atau  pihak  lain  yang  sewaktu-waktu  atau  pada  suatu  saat  tertentu  akan
ditarik  kembali,  baik  sekaligus  maupun  secara  berangsur-angsur  Arifin,
2009:57.
Menurut Kasmir 2008:62, secara garis besar sumber-sumber dana
bank adalah:
a.  Dana yang bersumber dari bank itu sendiri. b.  Dana yang bersumber dari lembaga lain.
c.  Dana yang bersumber dari masyarakat luas. Dana  yang  berasal  dari  masyarakat  luas  adalah  dana  pihak  ketiga
yang  dititipkan  pada  bank.  Pada  umumnya  motivasi  utama  orang menitipkan  dana  pada  bank  adalah  untuk  keamanan  dana  mereka  dan
memperoleh  keleluasaan  untuk  menarik  kembali  dananya  sewaktu-waktu Arifin, 2009:60.
Pencarian  dana  dari  masyarakat  luas  ini  relatif  paling  mudah