40
6. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS
a. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia. b. Transaksi SBIS Settlement lelang SBIS, Settlement first leg Repo
SBIS dan Settlement second leg Repo SBIS dinyatakan batal apabila saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga BUS atau UUS
di Bank Indonesia tidak mencukupi. www.bi.go.id
7. Sanksi SBIS
Peraturan Bank Indonesia Nomor 1218PBI2010. Bank Indonesia mengenakan sanksi kepada BUS dan UUS atas transaksi SBIS yang
dinyatakan batal berupa www.bi.go.id
:
a. Teguran tertulis. b. Kewajiban membayar sebesar 0,01 satu per sepuluh ribu dari nilai
transaksi SBIS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 sepuluh juta rupiah dan paling banyak sebesar
Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah untuk setiap transaksi SBIS yang dinyatakan batal.
Dengan tidak mengurangi sanksi tersebut diatas, dalam hal BUS atau UUS melakukan transaksi SBIS danatau transaksi operasi moneter
syariah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter syariah, yang dinyatakan batal
sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 enam bulan, maka BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti
kegiatan operasi moneter syariah selama 5 lima hari kerja berturut-turut.
41
F. Non Performing Financing NPF
1. Pengertian Non Performing Financing NPF
Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing NPF adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiyaan yang
berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan menurut Sudarsono 2007:123, pembiayaan non lancar atau yang juga dikenal
dengan istilah NPF dalam perbankan syariah adalah jumlah kredit yang tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Menurut Veithzal 2007:477, yang dimaksud dengan NPF atau
pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang dalam pelakasanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti:
pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermaslah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank;
pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam
pengembalian. Status NPF pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi
nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa bunga maupun pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan kredit
yang baik diharapkan dapat menekan NPF sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank-bank
syariah dalam menjalan proses pemberian kredit dengan baik maupun
42
dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan monitoring setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi
penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar.
2. Penilaian Kesehatan Pembiayaan Bermasalah
Besarnya NPF yang di perbolehkan di Bank Indonesia adalah 5 , jika melebihi 5 akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank
yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang di peroleh. Kredit atau pembiayaan yang tergolong non lancar yaitu dengan kualitas
kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Tindakan pengendalian bila terdapat
indikasi penyimpangan pembiayaan maupun indikasi gagal bayar. Persamaannya adalah sebagai berikut:
Pembiayaan Bermasalah
NPF = X 100
Total Pembiayaan Standar terbaik NPF menurut Bank Indonesia adalah bila NPF
berada di bawah 5, variabel ini mempunyai bobot nilai 20 dengan nilai NPF ditentukan sebagai berikut:
Jika nilai NPF: o
Lebih dari 8, skor nilai = 0 o
Antara 5 - 8, skor nilai = 80 o
Antara 3 - 5, skor nilai = 90 o
Kurang dari 3, skor nilai = 100
43
Bila resiko pembiayaan meningkat, marginbunga kredit akan meningkat pula. Sementara itu, dalam ekonomi Islam sektor perbankan
tidak mengenal instrumen bunga, sistem keuangan Islam menerapkan sistem pembagian keuntungan dan kerugian, bukan kepada tingkat bunga
yang telah menetapkan tingkat keuntungan di muka.
3. Perhitungan Non Performing Financing NPF
Tabel 2.1 Perhitungan NPF Berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah
Debitur di Bank Syariah Jenis
Kategori yang Diperhitungkan
Dalam NPF Pembiayaan
Kurang Lancar
Diragukan Macet
Murabahah, Istishna’, Ijarah,
Qard Tunggakan
lebih dari 90 hari s.d 180 hari
Tunggakan lebih dari 180 hari s.d
270 hari Tunggakan
lebih dari 270 hari
Salam Telah
jatuh tempo s.d 60
hari Telah jatuh tempo
s.d 90 hari Lebih dari 90
hari
Mudharabah, Musyarakah
Tunggakan s.d 90 hari realisasi
bagi hasil di atas 30 s.d
90
dari proyek
pendapatan Tunggakan lebih
dari 90 s.d 180 hari; realisasi bagi
hasil kurang dari 3
Tunggakan lebih 180 hari;
realisasi pendapatan
kurang
dri 30
dari proyeksi
pendapatan lebih dari 3
periode pembayaran
Sumber: Ihsan, 2011:23
44
G. KETERKAITAN ANTAR VARIABEL
1. Keterkaitan antara Financing to Deposit Ratio FDR dengan Return
On Asset ROA
Menurut Rahadian 2004, dalam Bambang Agus Pramuka, 2010: 64, kecenderungan semakin menumpuknya dana masyarakat di perbankan
syariah dari periode ke periode membuat sektor jasa keuangan ini mengalami likuiditas yang menumpuk overliquidity seperti yang terjadi
pada perbankan konvensional. Maka dari itu sejumlah bank syariah mulai menerapkan strategi untuk mengantisipasi masalah ini diantaranya dengan
membuka unit layanan yang melancarkan akses masyarakat kepada pembiayaan.
Financing to Deposit Ratio merupakan alat ukur untuk mengukur
besarnya volume pembiayaan sehingga rasio FDR ini dapat menunjukkan kesehatan bank dalam memberikan pembiayaannya. Bambang Agus
Pramuka 2010:69 menjelaskan semakin tinggi FDR mengindikasikan bahwa sebuah bank lebih menekankan keuangannya pada penyaluran
hutangpembiayaan yang lebih banyak. Semakin kecil FDR semakin baik likuiditas bank tersebut. Hasil penelitian Bambang Agus Pramuka ini
menunjukkan bahwa FDR berpengaruh signifikan dan sejalan searahpositif terhadap profitabilitas ROA bank umum syariah. Itu
artinya, semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa semakin optimalnya fungsi intermediasi yang dijalankan bank syariah, sehingga meningkatkan
profitabilitas.