36
mudharabah dan
wadi‟ah.
E. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS
1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1011PBI tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Menurut Arifin 2009:198, yang dimaksud Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia
sebagai bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada bank syariah yang diciptakan dalam
rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan oleh
bank syariah untuk mengatasi bila terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan
menggunakan akad ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau komitmen
iltizam untuk memberikan imbalan tertentu „Iwadhju‟l atas pencapaian
hasil natijah yang ditentukan dari suatu pekerjaan.
2. Karakteristik SBIS
a. Menggunakan akad ju‟alah berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional
dan Majelis Ulama Indonesia, SBIS juga dapat diterbitkan dengan
37
menggunakan akad mudharabah, musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah
. b. Diterbitkan oleh Bank Indoneisa.
c. Berjangka waktu paling kurang 1 satu bulan dan paling lama 12 dua
belas bulan. d. Diterbitkan tanpa warkat scripless.
e. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia.
f. Merupakan instrumen kebijakan moneter dan saran penitipan dana
sementara.
g. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. www.bi.go.id
Bank Indonesia BI telah menerbitkan instrumen moneter berbasis syariah yaitu SBIS yang menjadi alternatif tambahan bank syariah, Badan
Usaha Syariah BUS atau Unit Usaha Syariah UUS dalam pengelolaan dana investasinya. Dengan adanya instrumen tersebut, bank syariah tidak
perlu takut menerima dana pihak ketiga dari individu atau kelompok dalam jumlah besar. Saat ini banyak bank umum ataupun unit usaha syariah yang
tidak mau menerima dana masyarkat yang bernilai besar karena ragu tidak mampu menyalurkannya. Bila hal tersebut dipaksakan, akibatnya bagi hasil
yang diterima pemilik dana justru akan mengecil dan tingkat pembiayaan bermasalah pun akan meningkat. Kehadiran SBIS dan pemberlakuan UU
Surat Berharga Syariah Negara SBSN dan pemberlakuan UU Perbankan Syariah maka akan mendorong optimalisasi pengembangan bisnis treasury
lembaga keuangan dna perbankan syariah. Penerbitan SBIS tidak akan
38
menggangu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan dananya di SBIS disbanding menyalurkannya.
3. Ketentuan Hukum SBIS
Ketentuan hukum SBIS adalah sebagai berikut: a. SBIS sebagai instrumen pengendalian moneter boleh diterbitkan untuk
memenuhi kebutuhan Operasi Pasar Terbuka OPT. b. Bank Indonesia memberikan imbalan kepada pemegang SBIS sesuai
dengan akad yang dipergunkan. c. Bank Indonesia wajib mengembalikan dana SBIS kepada pemegangnya
pada saat jatuh tempo. d. Bank Syariah boleh memiliki SBIS untuk memanfaatkan dananya yang
belum dapat disalurkan ke sektor riil. Zulkifli, 2008:76
Gambar 2.1 Skema SBIS
a. Akad
c. Pengembalian uang plus bonus
b. Penerbitan SBIS Keterangan:
a. Antara Bank Indonesia
Mustawda‟ dengan Bank Syariah Muwaddi‟ melakukan akad terlebih dahulu.
b. Lalu Bank Indonesia menerbitkan SBIS kepada Bank Syariah.
c. Bank Syariah mendapatkan uang yang ditipkannya serta bonus dari
Bank Indonesia. Zulkifli, 2008:78
Muwaddi ‟
Bank Mustawda‟
Bank Indonesia