4. Pembuktian hipotesis keenam
a. H
06
: b
6
= 0, berarti tidak ada pengaruh variabel aspek pemanfaatan secara parsial terhadap keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota
Subulussalam.
b. H
A6
: b
6
≠ 0, berarti ada pengaruh variabel aspek pemanfaatan secara parsial terhadap keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota
Subulussalam.
Nilai T
hitung
variabel aspek pemanfaatan X
5
adalah T
hitung
2,978 T
tabel
1,660 dengan tingkat signifikan 0,004 Þ 0,05. Dari hasil tersebut maka H
06
ditolak dan H
A6
diterima. Hal ini menunjukkan ada pengaruh aspek pemanfaatan secara parsial terhadap keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota
Subulussalam terbukti.
Partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan dan keberlanjutan program pembangunan. Partisipasi berarti
keikutsertaan seseorang ataupun sekelompok masyarakat dalam suatu kegiatan secara sadar. Ndraha 2000 mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian
dalam kegiatan bersama dalam mencapai hasil dari program pembangunan tidak mencapai sasaran karena kurangnya partisipasi masyarakat. Keadaan ini dapat
terjadi karena beberapa sebab antara lain: Kartasasmita, 2007 a. Pembangunan hanya menguntungkan segolongan kecil masyarakat dan
tidak menguntungkan rakyat banyak. b. Pembangunan meskipun dimaksudkan menguntungkan rakyat banyak,
tetapi rakyat kurang memahami maksud itu.
Universitas Sumatera Utara
c. Pembangunan dimaksudkan untuk menguntungkan rakyat dan rakyat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya tidak sesuai dengan
pemahaman mereka. d. Pembangunan dipahami akan menguntungkan rakyat tetapi sejak semula
rakyat tidak diikutsertakan. Keikutsertaan masyarakat adalah sangat penting di dalam keseluruhan
proses pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan selayaknya mencakup keseluruhan proses mulai dari awal sampai tahap akhir.
Oleh karena itu, menurut Ndraha 2000 partisipasi publik dapat terjadi pada 4 empat jenjang, yaitu:
a. Partisipasi dalam proses pembentukan keputusan b. Partisipasi dalam pelaksanaan
c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil d. Partisipasi dalam evaluasi.
Konsep ini memberikan makna bahwa masyarakat akan berpartisipasi secara sukarela apabila mereka dilibatkan sejak awal dalam proses pembangunan
melalui program pemberdayaan. Ketika mereka mendapatkan manfaat dan merasa memiliki terhadap program pemberdayaan, maka dapat dicapai suatu
keberlanjutan dari program pemberdayaan. Keberhasilan gerakan pembaharuan desa akan sangat ditentukan oleh
sejauh mana usaha-usaha yang dilakukan mampu mentransformasikan kelemahan menjadi kekuatan, dan bagaimana mentransformasikan segala potensi menjadi
kekuatan pendorong perubahan serta memanfaatkan hasil pembangunan tersebut
Universitas Sumatera Utara
dengan baik Juliantoro, 2003:3. Lebih luas dari itu, cakupan pembaharuan desa pada dasarnya ingin menciptakan kemakmuran rakyat dengan melakukan
perubahan atas penataan beberapa aspek kehidupan, yakni sosiopolitik, sosioekologi, sosioekonomi, sosiobudaya dan aspek spasial Poernomo, 2004:7.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek pemanfaatan sangat
mendukung keberhasilan program desa mandiri pangan.
Sehingga dapat disimpulkan aspek sosialisasi, aspek perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek pemanfaatan berpengaruh terhadap keberhasilan program
desa mandiri pangan. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses, dimana kekuatan masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan lebih dominan
dan dalam pelaksanaan peran masyarakat lebih diutamakan. Hal ini dapat dicapai dengan menguatkan kapasitas mereka melalui pemberian kesempatan, keahlian
dan pengetahuan sehingga mereka mampu untuk menggali dan memaanfaatkan
potensi mereka sendiri. 1.
Aspek Sosialisasi
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mardiantono 2003 dan Sasono 2010 yang menyatakan terdapat pengaruh positif faktor
eksternal berupa bantuan teknis dari pemerintah dalam aspek perencanaan terhadap keberhasilan program pemberdayaan masyarakat desa. Kegiatan
sosialisasi program yang dilaksanakan dirasakan sangat penting, karena dengan adanya sosialisasi yang berlangsung dengan baik, akan memberikan kemudahan
dan pemahaman kepada seluruh warga desa mengenai rencana dan tujuan dari
Universitas Sumatera Utara
program tersebut, sehingga langkah-langkah pelaksanaan program dapat dilaksanakan sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang telah disampaikan.
Berkaitan dengan pentingnya aspek Sosialisasi dalam mendukung keberhasilan program pemerintah, SMERU 2008 mengatakan bahwa Sosialisasi
program merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat kepuasan penerima terhadap
pelaksanaan Raskin adalah paling tinggi dibanding tingkat kepuasan aparattokoh desakelurahan atau kabupatenkota. Meskipun demikian, penerima maupun
aparattokoh di tingkat desakelurahan dan kabupatenkota menilai sosialisasi merupakan aspek yang paling tidak memuaskan. Temuan lapangan bahwa
sosialisasi kepada aparat dilakukan secara berjenjang dan seringkali digabungkan dengan monitoring dan evaluasi sehingga sosialisasi kegiatan menjadi tidak
efektif, keterbatasan sosialisasi juga berpengaruh terhadap transparansi program kepada masyarakat, berpotensi menimbulkan korupsi, ketidaktepatan sasaran, dan
kesalahan persepsi aparat pemda bahwa Raskin adalah program Pemerintah Pusat sehingga mempengaruhi keseriusan mereka dalam mendukung pelaksanaan
program kemudian temuan lainnya juga mengatakan bahwa di semua wilayah studi tidak ditemukan adanya informasi tentang Program Raskin yang ditempel di
tempat umum atau dapat diakses oleh masyarakat luas. Selanjutnya P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
mengatakan bahwa dalam konteks proyek P2KP, sosialisasi bukan hanya diartikan bagaimana program P2KP dapat dipahami oleh masyarakat baik subtansi maupun
prosedurnya. Sosialisasi bukan sekedar diseminasi atau media publikasi,
Universitas Sumatera Utara
melainkan bagian dari proses pemberdayaan, dimana diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kritis, menumbuhkan perubahan sikap, dan perilaku
masyarakat. Oleh sebab itu, sosialisasi harus terintegrasi dalam aktivitas pemberdayaan dan dilakukan secara terus menerus untuk memampukan
masyarakat menanggulangi masalah-masalah kemiskinan secara mandiri dan berkesinambungan.
Pada sisi aktifitas fisiknya, sosialisasi diharapkan menerapkan beberapa pendekatan yang didasarkan atas perbedaan khalayak sasaran. Pendekatan yang
dilakukan, diharapkan bisa membangun keterlibatan masyarakat sebagai subjek pelaksana program melalui pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan
pemahaman untuk menemukan kesepakatan-kesepakatan bersama yang berpijak pada kesetaraan, kesadaran kritis dan akal sehat.
2. Aspek Perencanaan