Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebrhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam

(1)

TESIS

Oleh

YATUL HIDAYAT

NIM : 117003029

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP

KEBERHASILAN PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

DI KOTA SUBULUSSALAM

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaaan Pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

YATUL HIDAYAT

NIM : 117003029

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

KEBERHASILAN PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

DI KOTA SUBULUSSALAM

Dengan ini penulis menyatakana bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan – pengutipan yang penulis lakukan pada bagian bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagaian tesisi ini bukan hasil kasrya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian – bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2013 Yang Membuat Pernyataan


(4)

Judul Tesis : PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN DI KOTA SUBULUSSALAM

Nama Mahasiswa : Yatul Hidayat

Nomor Poko : 117003029

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(PWD)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Badaruddin, M. Si) Ketua

(Dr. Agus Purwoko, S. Hut, M.Si) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Lic. rer.reg. Sirojuzilam, SE)

Direktur


(5)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Prof. Dr. Badaruddin, M. Si

Anggota : 2. Dr. Agus Purwoko, S. Hut, M. Si

3. Prof. Dr. Erlina, SE, M. Si, Ph. D 4. Agus Suriadi, S. Sos, M. Si


(6)

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

DI KOTA SUBULUSSALAM

ABSTRAK

Yatul Hidayat, Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam.

Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor karakteristik (umur, pendidikan, dan pendapatan) terhadap partisipasi masyarakat serta mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat (aspek sosialisasi, aspek perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek pemanfaatan) terhadap keberhasilan program desa mandiri pangan.

Lokasi penelitian dilakukan di Kota Subulussalam yang mendapatkan program Desa Mandiri Pangan. Penelitian ini direncanakan selama dua bulan yaitu bulan Mei dan Juni 2012. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien korelasi (R) = 0,875 dimana nilai tersebut menjelaskan adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 87,5% yang artinya Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam erat hubungannya dengan Aspek Sosialisasi (X1) Aspek Perencanaan (X2) dan Aspek Pelaksanaan (X3) dimana semua variabel yang diteliti mempunyai hubungan yang sangat kuat. Sementara itu koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dengan nilai sebesar 0,757 artinya bahwa sebesar 75,7,0% perubahan dalam variabel terikat dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam Aspek Sosialisasi (X1) Aspek Perencanaan (X2) dan Aspek Pelaksanaan (X3) serta Aspek Pemanfaatan (X4) sedangkan selebihnya 24,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel bebas yang dijelaskan diatas.

Kata Kunci : Pengaruh, Partisipasi Masyarakat, dan Program Desa Mandiri Pangan


(7)

INFLUENCE ON THE SUCCESS OF THE PUBLIC PARTICIPATION PROGRAM INDEPENDENT VILLAGE FOOD

IN TOWN SUBULUSSLAM

ABSTRACT

Yatul Hidayat, Influence on The Success Of The Public Participation Program independent Village Food In Town Subulusslam.

This Research tendencies to know characteristics (age, education, and income) to community participation and to know effect community participation (socialization, planning, implementation, and utilization) to Independent Village Food Success. Research sites in Subulussalam. This study is planned for two months ie May and June 2012. Number of samples taken was 100 people.

Based on the research results obtained by the correlation coefficient (R) = 0,875. t explains the value of a strong relationship between the independent variables with the dependent variable 87,5% which means village food security program in the Subulussalam closely related dengan socialization, planning, implementation, and utilization. While the coefficient of determination (R2) obtained a value of 0.757 means that 75,7% of the change in the dependent variable can be explained by changes in the socialization, planning, implementation, and utilization. Remaining 24,3.0% is explained by factors other than the independent variables described above.

Kata Kunci : Influence, Community Participation, and Program Independent Village Food


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allaw SWT atas rahmat Hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap

Kebrhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam”.

Tesisi ini penulis susun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan tesis ini telah banyak mengalami kesulitan-kesulitan yang dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, tesis ini telah dapat diselesaikan. Oleh sebab itu ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Agus Purwoko, S. Hut, M. Si selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah berjerih payah dan tanpa mengenal waktu bersedia memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H. M. Sc, (CTM), Sp. A(K), Rektor Universitas Sumatera Utara.


(9)

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M. Sc, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE, Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaann, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ridwan, S. Sos, Bapak Suraji, SP, dan Ibu Nurlela, SP Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Kota Subulussalam atas segala bantuan dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini, dan rekan-rekan di kantor Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Kota Subulussalam kepada Zulkiram, Hasbi Salem, SP dan pepi yang telah banyak membantu dan memebrikan tenaga serta pemikiran kepada penulis dalam melakukan wawancara langsung untuk kuisioner dan pengumpulan data dalam penyelesaian tesis ini.

5. Untuk semua dosen-dosen pendidik kami yang tanpa pamrih telah membimbing kami dengan sepenuh hati. Hanya Allah yang dapat membalas pengorbananmu.

6. Para staf administrasi sekretariat dan perpustakaan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Rekan-rekan penulis di Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara angkatan 2011.


(10)

8. Sahabat tercinta Adinda Syarifah Rita Zahara, Eriadi, Hadi Surya, Marjuanda, Herin Safri, Furqan serta adinda tercinta dr. Reza Fitria yang telah meluangkan waktu untuk membantu dan selalu memberikan motivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibunda tercinta Hj. Dasniar yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik secara disiplin dan sepanjang hidupnya selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis, dan Ayahanda H. Yasin yang selalu menanamkan sifat pantang menyerah dan setiap saat mengingatkan saya agar selalu berserah diri kepada Allah SWT.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kakanda Drs. Sutifa, Drs. Si Udin, Yusman, Sos, Ernawati, S. Pd, Asniati, SP, Irwan Yasin, SE, M. Si, Ismeri, Dewi Satria, S. Pd, dr. Eka Safriati dan kepokan tercinta Angga Pratama, Suci, Fatur yang selalu mendukung dan membrikan semangat kepada penulis dalam menjalani perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa tesisi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat..Amin.

Medan, Agustus 2013

Penulis Yatul Hidayat


(11)

RIWAYAT HIDUP

Yatul Hidayat dilahirkan di Samadua, 04 Februari 1985, merupakan anak kesembilan dari Sembilan bersaudara dari pasangan H. Yasin dan Hj. Dasniar.

Jenjang pendidikan dasar menengah yang dilalui adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Kecamatan Samadua lulus tahun 1997, SMP Negeri 1 Samadua lulus tahun 2000, SMA 1 Samadua lulus tahun 2003. Jenjang pendidikan tinggi dilalui di Universitas Syiah Kuala pada Fakultas Pertanian lulus pada tahun 2009.

Pengalaman penulis bekerja, pada tahun 2010 penulis menjadi pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kota Subulussalam.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pengertian Pemberdayaan ... 10

2.2. Pemberdayaan Masyarakat ... 11

2.3. Indikator Pemberdayaan Masyarakat ... 15

2.4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 16

2.5. Ciri-Ciri Pemberdayaan Masyarakat ... 19

2.6. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan... 20

2.7. Pengembangan Wilayah ... 27


(13)

2.9. Kerangka Pemikiran ... 30

2.10. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Lokasi Penelitian ... 33

3.2. Populasi dan Sampel ... 33

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 34

3.4. Instrumen Penelitian ... 34

3.5. Pengujian Instrumen ... 35

3.5.1. Validitas Data ... 35

3.5.2. Reliabilitas Data ... 35

3.6. Definisi Operasional Variabel ... 35

3.7. Metode Analisa Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1. Gambaran Umum Kota Subulussalam ... 43

4.2. Karakteristik Responden ... 44

4.3. Hasil Pengujian Instrumen ... 45

4.3.1. Uji Validitas ... 45

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 45

4.4. Deskripsi Variabel Penelitian ... 46

4.4.1. Aspek Sosialisasi ... 46

4.4.2. Aspek Perencanaan ... 47

4.4.3. Aspek Pelaksanaan ... 47

4.4.4. Aspek Pemanfaatan ... 48

4.4.5. Program Desa Mandiri Pangan ... 48

4.5. Pengujian Asumsi Klasik ... 49

4.5.1. Uji Normalitas ... 49

4.5.2. Uji Multikolinearitas... 49

4.5.3. Uji Heteroskedastisitas ... 50

4.6. Tabulasi Silang dan Uji Chi – Square ... 50


(14)

4.7.1. Koefisien Determinasi ... 59

4.7.2. Koefisien Korelasi ... 60

4.8. Pembuktian Hipotesis ... 60

4.9. Manfaat Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam ... 76

4.10. Hambatan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

5.1. Kesimpulan ... 86

5.2. Saran ... 87


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Penduduk Menurut Desa Penelitian ... 34

3.2. Operasional Variabel ... 36

3.3. Klasifikasi Jawaban ... 37


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 92

2. Master Data ... 96

3. Distribusi Frekuensi ... 98

4. Reliability Kuesioner ... 103

5. Uji Chi- Square ... 107

6. Regresion ... 119

7. T- tabel ... 124

8. F-Tabel ... 125


(18)

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

DI KOTA SUBULUSSALAM

ABSTRAK

Yatul Hidayat, Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam.

Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor karakteristik (umur, pendidikan, dan pendapatan) terhadap partisipasi masyarakat serta mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat (aspek sosialisasi, aspek perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek pemanfaatan) terhadap keberhasilan program desa mandiri pangan.

Lokasi penelitian dilakukan di Kota Subulussalam yang mendapatkan program Desa Mandiri Pangan. Penelitian ini direncanakan selama dua bulan yaitu bulan Mei dan Juni 2012. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien korelasi (R) = 0,875 dimana nilai tersebut menjelaskan adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 87,5% yang artinya Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam erat hubungannya dengan Aspek Sosialisasi (X1) Aspek Perencanaan (X2) dan Aspek Pelaksanaan (X3) dimana semua variabel yang diteliti mempunyai hubungan yang sangat kuat. Sementara itu koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dengan nilai sebesar 0,757 artinya bahwa sebesar 75,7,0% perubahan dalam variabel terikat dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam Aspek Sosialisasi (X1) Aspek Perencanaan (X2) dan Aspek Pelaksanaan (X3) serta Aspek Pemanfaatan (X4) sedangkan selebihnya 24,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel bebas yang dijelaskan diatas.

Kata Kunci : Pengaruh, Partisipasi Masyarakat, dan Program Desa Mandiri Pangan


(19)

INFLUENCE ON THE SUCCESS OF THE PUBLIC PARTICIPATION PROGRAM INDEPENDENT VILLAGE FOOD

IN TOWN SUBULUSSLAM

ABSTRACT

Yatul Hidayat, Influence on The Success Of The Public Participation Program independent Village Food In Town Subulusslam.

This Research tendencies to know characteristics (age, education, and income) to community participation and to know effect community participation (socialization, planning, implementation, and utilization) to Independent Village Food Success. Research sites in Subulussalam. This study is planned for two months ie May and June 2012. Number of samples taken was 100 people.

Based on the research results obtained by the correlation coefficient (R) = 0,875. t explains the value of a strong relationship between the independent variables with the dependent variable 87,5% which means village food security program in the Subulussalam closely related dengan socialization, planning, implementation, and utilization. While the coefficient of determination (R2) obtained a value of 0.757 means that 75,7% of the change in the dependent variable can be explained by changes in the socialization, planning, implementation, and utilization. Remaining 24,3.0% is explained by factors other than the independent variables described above.

Kata Kunci : Influence, Community Participation, and Program Independent Village Food


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan di berbagai forum dunia, tak kurang tema Hari Pangan Sedunia tahun 2007 adalah tentang Hak Atas Pangan. Ketahanan Pangan juga sudah ditetapkan menjadi urusan wajib bagi pemerintahan pusat, propinsi dan kabupaten/kota yang semakin menegaskan pentingnya pembangunan ketahanan pangan dilakukan secara lebih serius. Krisis pangan dan finansial dunia pada tahun 2008 juga semakin menegaskan pentingnya penguatan ketahanan pangan di Indonesia yang berbasis pada kemandirian.

Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Dua dari lima indikator sebagai penjabaran tujuan pertama MDGs adalah menuru nnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dan menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi (mengkonsumsi energi kurang dari 70% kebutuhan untuk hidup sehat).

Tujuan pertama Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan kelaparan dan kemiskinan serta Kesepakatan Gubernur dalam Konferensi Dewan Ketahanan Pangan tahun 2006 untuk menurunkan kelaparan dan kemiskinan sekurangnya satu persen per tahun perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan


(21)

strategi dan kebijakan untuk mewujudkan komitmen internasional menurunkan kelaparan dan kurang gizi hingga setengah dari kondisi tahun 1990. Untuk mencapai hal itu diperlukan upaya yang fokus, terus menerus secara terintegrasi dan melibatkan peranan yang kuat dari pemerintah bekerjasama dengan masyarakat dan sektor swasta.

Sebagai negara dengan penduduk besar dan wilayah yang sangat luas, ketahanan pangan merupakan agenda penting di dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Kejadian rawan pangan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika kehidupan sosial politik Indonesia. Menjadi sangat penting bagi Indonesia untuk mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional, wilayah, rumahtangga dan individu yang berbasiskan kemandirian penyediaan pangan domestik. Kemandirian ini semakin penting ditengah kondisi dunia yang mengalami krisis pangan, energi dan finansial yang ditandai dengan harga pangan internasional mengalami lonjakan drastis; meningkatnya kebutuhan pangan untuk energi alternatif (bio-energi); resesi ekonomi global yang berakibat semakin menurunnya daya beli masyarakat terhadap pangan; (d) serbuan pangan asing (westernisasi diet) berpotensi besar penyebab gizi lebih dan meningkatkan ketergantungan pada impor.

Masih cukup tingginya proporsi penduduk rawan konsumsi pangan menunjukkan pencapaian kondisi ketahanan pangan pada tingkat nasional atau wilayah masih belum menjamin tercapainya tingkat ketahanan pangan di rumah tangga dan individu. Masalah distribusi dan mekanisme pasar yang berpengaruh terhadap harga dan daya beli rumah tangga serta masih tingginya tingkat


(22)

3

kemiskinan dan rendahnya tingkat pengetahuan tentang pangan dan gizi sangat berpengaruh kepada konsumsi dan kecukupan pangan dan gizi rumah tangga.

Menurut Dewan Ketahanan Pangan (2009) pada tahun 2008 prevalensi terendah ditemukan di Propinsi Bali (1.9%) dan tertinggi di Papua Barat. Propinsi -propinsi dengan prevalensi sangat rawan pangan <10% pada tahun 2008 selain Bali adalah Lampung (7.4%), Sumbar (7.4%), Sulut (8.3%), BaBel (8.3%) Sumut (8.4%), Jambi (8.5%), Kepri (9.0%) , Banten (9.1%), Kalteng (9.1%), Jabar (9.3%) dan NAD (9.7%). Sementara itu propinsi dengan prevalensi diatas20% selain Papua Barat adalah DIY (20.1%), Maluku (20.4%), Kaltim (21.0%), Papua (25.5%).

Untuk meningkatkan ketahanan pangan di Provinsi Aceh, pemerintah akan melakukan tiga strategi untuk meraih ketahanan pangan diantaranya melalui peningkatan nilai tambah dan daya saing kualitas produk pertanian, pengembangan komoditi unggulan sesuai spesifik lokasi, serta penguatan kelembagaan petani. Khusus untuk peningkatan produk dan produktivitas pertanian, pemerintah Provinsi Aceh memfokuskan pada intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, untuk kegiatan intensifikasi akan difokuskan pada pembaikan teknik budidaya, penerapan teknologi, peningkatan SDM serta pengendalian hama.

Jika kita lihat data dari sub sektor pertanian pangan padi dari tahun 1980 sampai tahun 2009, perkembangan rata-rata luas panen hanya 2,22 persen, sedangkan rata-rata perkembangan produksi hanya 1,01 persen (BPS Aceh 2011, Data diolah). Kondisi seperti ini masih sangat belum mendukung program pemerintah menjadikan Aceh sebagai lumbung pangan nasional karena tingkat


(23)

pertumbuhan rata-rata produksi yang begitu lamban, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan untuk tingkat nasional di tahun-tahun mendatang.

Kota Subulussalam merupakan sebuah kota di Provinsi Aceh yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Jumlah penduduk Kota Subulussalam yang hidup di bawah garis kemiskinan hingga kini mencapai 18.050 jiwa atau 26.80 persen dari total penduduk 69 ribu jiwa. Prmasalahan utama yang dihadapi Kota Subulussalam adalah masih tingginya penduduk miskin, dimana jumlah penduduk miskin mencapai 18.050 jiwa atau 26.80 persen dari total penduduk 69 ribu jiwa. Penduduk miskin tersebut berpotensi mengalami kerentanan pangan karena belum mampu mengkosumsi pangan yang cukup dan berkelanjutan. Apabila kondisi tersebut tidak segera diatasi akan berdampak langsung pada rendahnya status gizi, kualitas fisik dan tingkat intelegensia di masyarakat. (BPS Aceh, 2011). Untuk mengatasi masalah rawan pangan di kota Subulussalam, Pemerintah terus berupaya mengembangkan perkebunan dan pertanian rakyat dengan cara mengalokasikan bantuan bibit melalui dana APBN, APBK, dan Otonomi khusus (Otsus) tahun 2011.

Penduduk miskin memiliki resiko tinggi dan rentan mengalami kerawanan pangan. Apabila program-program pemantapan ketahanan pangan kurang memperhatikan kelompok ini maka akan berdampak meningkatkan kemiskinan/kerawanan pangan dan status gizi yang rendah. Kerawanan pangan terjadi manakala rumah tangga, masyarakat atau daerah tertentu mengalami ketidakcukupan pangan untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi


(24)

5

pertumbuhan dan kesehatan para individu anggotanya. Kerawanan pangan dibedakan atas kerawanan kronis, yaitu yang terjadi terus menerus karena ketidakmampuan membeli atau memproduksi pangan sendiri, dan kerawanan sementara yang terjadi karena kondisi tak terduga seperti bencana alam.

Kerawanan pangan, apabila terjadi terus menerus, akan berdampak pada penurunan status gizi dan kesehatan. Berdasarkan uraian diatas maka salah satu fokus pembangunan pada saat ini diarahkan pada penanganan masalah kerawanan pangan dan kemiskinan dengan jalan meningkatkan ketahanan pangan. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu program pembangunan ketahanan pangan masyarakat adalah penurunan tingkat kemiskinan pedesaan dan pemenuhan kebutuhan pangan sampai tingkat rumah tangga. Ketahanan pangan diwujudkan bersama oleh masyarakat dan pemerintah, serta dikembangkan mulai tingkat rumah tangga. Bila setiap rumah tangga sudah mencapai ketahanan pangan maka ketahanan pangan masyarakat, daerah, dan nasional akan tercapai.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kerawanan pangan dan kemiskinan di pedesaan adalah melalui Program Desa Mandiri Pangan. Desa Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif dari hari kehari, melalui pengembangan sistem ketahanan pangan yang meliputi subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan


(25)

pemecahan masalah serta mampu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara efisien dan berkelanjutan sehingga tercapai kemandirian.

Program aksi desa mandiri pangan perlu ditumbuh kembangkan dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi, sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif secara ber-kelanjutan. Sasaran program aksi desa mandiri pangan adalah rumah tangga miskin, dengan tujuan meningkatkan kemandiriannya, peran dan fungsi masyarakat desa, mengambangkan sistem ketahanan pangan, pendapatan ekonomi dan aksesibilitas masyarakat di desa mandiri pangan. Dengan program desa mandiri pangan diharapkan berkembang usaha ekonomi produktif, kelompok-kelompok masyarakat, berfungsinya kelembagaan layanan masyarakat, tersedia-nya pangan yang cukup serta distribusi pangan yang memadai. Disamping itu, tersedianya stok pangan yang cukup, beragam, bergizi, seimbang dan aman.

Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) dilaksanakan selama 4 (empat) tahap berturut-turut melalui 4 tahapan pelaksanaan yaitu: tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan dan kemandirian. Tiap tahapan memuat berbagai macam kegiatan dengan waktu pelaksanaan tiap tahapan adalah selama satu tahun. Kegiatan difokuskan di daerah rawan pangan dengan mengimplementasikan berbagai model pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan yang telah ada di tingkat desa dengan melibatkan seluruh partisipasi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan menempatkan tenaga pendamping di setiap desa pelaksana selama empat tahun berturut-turut mulai dari tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan dan kemandirian (Pedoman


(26)

7

Operasional Aksi Desa Mandiri Pangan, 2011).

Pembiayaan operasional program aksi desa mandiri pangan bersumber dari dana yang berasal dari APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten, serta alokasi dana yang ada di masing-masing instansi lintas sektoral yang pemanfaatannya untuk mendukung program pembangunan pedesaan. Dana APBN yang berasal dari Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian dialokasikan di tingkat pusat, propinsi (dana dekonsentrasi), dan kabupaten (dana tugas pembantuan). Untuk mendukung operasional kegiatan program aksi desa mandiri pangan, maka Propinsi diwajibkan mengalokasikan dana APBD propinsi minimal sebesar 20% dari dana dekonsentrasi propinsi, sedangkan kabupaten diwajibkan mengalokasikan dana APBD kabupaten minimal sebesar 20% dari dana tugas pembantuan kabupaten. Sedangkan dukungan dana pembangunan wilayah pedesaan untuk program aksi desa mandiri pangan yang berasal dari instansi lintas sektoral diatur menurut ketentuan yang berlaku di masing-masing instansi.

Partisipasi masyarakat ini dapat diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan tersebut dimulai dari gagasan, perumusan kebijaksanaan, hingga pelaksanaan program. Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Partisipasi tidak langsung berupa bantuan keuangan, pemikiran dan materi yang dibutuhkan. Partisipasi juga sering diartikan sebagai sumbangan dana, material, tanah atau tenaga pada suatu programatau kegiatan pembangunan yang belum tentu dikehendaki atau menjadi prioritas masyarakat tersebut, karena


(27)

prakarsa dan rencana datang dari luar atau atas. Partisipasi semacam ini dapat diterima masyarakat sebagai suatu beban (Kuswartojo, 1993)

Berdasarkan Sutrisno (1995), dalam pembangunan partisipatif maka peran pemerintah pada umumnya sebagai fasilitasi terhadap jalannya proses pemberdayaan masyarakat dengan baik. Fasilitasi tersebut dapat berupa kebijakan politik, kebijakan umum, kebijakan sektoral maupun batasan-batasan normatif lain. Disamping itu fasilitasi dapat berupa tenaga ahli, pendanaan, penyediaan teknologi dan tenaga terampil. Peran swasta pada segi operasionalisasi dan implementasi, kontribusi tenaga ahli, tenaga terampil maupun dana, alat atau teknologi. Sedangkan peran masyarakat pada umumnya sebagai partisipasi dalam formulasi, implementasi, monitoring dan evaluasi.

Selanjutnya sasaran wilayah Program Aksi Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam yang merupakan desa rawan pangan serta mempunyai potensi penyebab rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Seleksi sasaran lokasi didasarkan atas pemetaan daerah rawan pangan FIA (Food Insecurity Atlas) tahun 2011 dengan data Sistem Kerawanan Pangan dan Gizi (SKPG) warna merah adalah lokasi sasaran. Proses penetapan lokasi dan tahapan pelaksanaan program pembangunan yang dilakukan masih bersifat top-down. Artinya Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam berasal dari pemerintah, sedangkan partisipasi masyarakat sebagai masukan untuk mendapatkan dukungan pelibatan masyarakat belum sepenuhnya muncul. Dalam hal ini partisipasi masyarakat setempat belum secara maksimal diperhatikan dalam penetapan lokasi dan operasional pelaksanaan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam. Oleh


(28)

9

karena itu diperlukan suatu penelitian mengenai pengaruh partisipasi masyarakat terhadap Program Desa Mandiri Pangan, sehingga dapat direkomendasikan suatu pelaksanaan Program Desa Mandiri Pangan yang perlu dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang dikaji penelitian ini adalah 1. Apakah ada pengaruh faktor karakteristik (umur, pendidikan dan pendapatan)

terhadap partisipasi masyarakat ?

2. Apakah ada pengaruh partisipasi masyarakat (aspek sosialisasi, aspek perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek pemanfaatan) terhadap keberhasilan program desa mandiri pangan ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor karakteristik (umur, pendidikan, dan pendapatan) terhadap partisipasi masyarakat.

2. Mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat (aspek sosialisasi, aspek perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek pemanfaatan) terhadap keberhasilan program desa mandiri pangan.

1.4. Manfaat Penelitian

Mannfaat penelitian ini antara lain adalah:

1. Bagi Pemerintah Kota Subulussalam, dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan pasrtisipasi masyarakat dalam kegiatan yang berada di tingkat


(29)

desa.

2. Bahan masukan bagi kepala desa dan lembaga pemberdayaan masyarakat serta tokoh masyarakat dalam membuat kebijakan pengguna dana bantuan desa mandiri pangan yang bermanfaat bagi masyarakat di Kota Subulussalam. 3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain tentang partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa

4. Mencari alternatif pemecahan masalah pelaksanaan program desa mandiri pangan di Kota Subulussalam.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pemberdayaan

Istilah „pemberdayaan‟ diambil dari Bahasa Inggris „empowerment’, yang berasal dari kata dasar „power‟ berarti kekuatan atau „daya‟ dalam Bahasa Indonesia. Empowerment dalam Bahasa Inggeris diterjemahkan sebagai pemberdayaan dalam Bahasa Indonesia. Maka definisi pemberdayaan dirumuskan sebagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan/daya (power) pihak-pihak yang tidak atau kurang berdaya.

Pemberdayaan juga bermakna sebagai upaya distribusi-ulang (redistribusi) kekuatan/daya (power) dari pihak yang memilikinya kepada pihak yang tidak atau kurang memilikinya. Karena itu, pemberdayaan selalu mengandung pengertian : a. Pengurangan atau pemindahan daya (power) atau upaya melakukan

disempowerment/less empowering pihak-pihak yang memiliki kekuatan/ daya (power),

b. Penyerahan/penambahan daya (power) kepada pihak-pihak yang diberdayakan (empowerment).

Konsep pemberdayaan dapat dikatakan merupakan jawaban atas realitas ketidakberdayaan (disempowerment). Mereka yang tidak berdaya jelas adalah pihak yang tidak memiliki daya atau kehilangan daya. Mereka yang tidak berdaya adalah mereka yang kehilangan kekuatannya. Secara lebih lengkap suatu pemberdayaan memiliki maksud untuk :


(31)

1. Pemberdayaan bermakna kedalam, kepada masyarakat berarti suatu usaha untuk mentranspormasikan kesadaran rakyat sekaligus mendekatkan masyarakat dengan akses untuk perbaikan kehidupan mereka.

2. Pemberdayaan bermakna keluar sebagai upaya untuk menggerakkan perubahan kebijakan-kebijakan yang selama ini nyata-nyata merugikan masyarakat. Pemberdayaan dalam segi ini bermakna sebagai pengendali yang berbasis pada upaya memperlebar ruang partisipasi rakyat (Pambudi, 2003:54-58).

Sulistiyani (2004:7) menjelaskan bahwa “Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan”. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.

Pemberdayaan memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif. dalam konteks pemberdayaan, masyarakat harus diberdayakan untuk merumuskannya sendiri melalui sebuah proses pembangunan konsensus diantara berbagai individu dan kelompok sosial yang memiliki kepentingan dan menanggung resiko langsung (stakeholders) akibat adanya proses atau intervensi pembangunan, baik pembangunan ekonomi, sosial maupun lingkungan fisik.

2.2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat biasa dipahami atau diartikan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di


(32)

13

segala bidang dan sektor kehidupan. ada pula pihak lain yang menegaskan bahwa pemberdayaan adalah proses memfasilitasi warga masyarakat secara bersama-sama pada sebuah kepentingan berbersama-sama atau urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasi sasaran, mengumpulkan sumber daya, mengerahkan suatu kampanye aksi dan oleh karena itu membantu menyusun kembali kekuatan dalam komunitas.

Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Sumodingrat (2009:7), yang mengemukakan bahwa masyarakat adalah makhluk hidup yang memiliki relasi sosial maupun ekonomi, maka pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk membangun semangat hidup secara mandiri dikalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing secara bersama-sama.

Jim Ife (1995:56) mengungkapkan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk meningkatkan kekuasaan (power) dari kelompok masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged).

Payne dalam Adi (2003:54) mengemukakan bahwa: “Proses pemberdayaan pada intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya”.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat


(33)

dalam memamfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik itu sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) yang tersedia dilingkungannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun upaya yang dilakukan tidak hanya sebatas untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga untuk membangun jiwa kemandirian masyarakat agar berkembang dan mempunyai motivasi yang kuat dalam berpartisipasi dalam proses pemberdayaan. Masyarakat dalam hal ini menjadi pelaku atau pusat proses pemberdayaan.

Ada beberapa cara pandang yang dapat digunakan dalam memahami pemberdayaan masyarakat (Sutoro Eko, 2004) yaitu :

a. Pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggung jawab negara.

b. Pemberdayaan secara prinsipil berurusan dengan upaya memenuhi kebutuhan (needs) masyarakat. banyak orang berargumen bahwa masyarakat akar rumput sebenarnya tidak membutuhkan hal-hal yang utopis (ngayawara) seperti demokrasi, desentralisasi, good governance, otonomi daerah, masyarakat sipil dan seterusnya. “apa betul masyarakat desa butuh demokrasi dan otonomi desa. Masyarakat itu hanya butuh pemenuhan sandang, pangan dan papan (spp). ini yang paling dasar. tidak ada gunanya bicara demokrasi


(34)

15

kalau rakyat masih miskin. pendapat ini masuk akal, tetapi sangat dangkal. mungkin kebutuhan spp itu akan selesai kalau terdapat uang yang banyak. tetapi persoalannya sumber daya untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat itu sangat langka (scarcity) dan terbatas (cobstrain).

c. Pemberdayaan terbentang dari proses sampai visi ideal. dari sisi proses, masyarakat sebagai subyek melakukan tindakan atau gerakan secara kolektif mengembangkan potensi-kreasi, memperkuat posisi tawar, dan meraih kedaulatan. Dari sisi visi ideal, proses tersebut hendak mencapai suatu kondisi dimana masyarakat mempunyai kemampuan dan kemandirian melakukan voice, akses dan kontrol terhadap lingkungan, komunitas, sumberdaya dan relasi sosial-politik dengan negara.

d. Pemberdayaan terbentang dari level psikologis-personal (anggota masyarakat) sampai ke level struktural masyarakat secara kolektif. pemberdayaan psikologis-personal berarti mengembangkan pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, kreasi, dan kontrol diri individu. pemberdayaan struktur-personal berarti membangkitkan kesadaran kritis individu terhadap struktur sosial-politik yang timpang. e. Pemerintahan dan negara pada intinya hendak membawa negara lebih dekat

ke masyarakat desa, dengan bingkai desentralisasi (otonomi) desa, demokratisasi desa, good governance desa dan capacity building pemerintahan desa. negara dan pembangunan berbicara tentang peran negara dalam pembangunan dan pelayanan publik. Fokusnya adalah perubahan haluan pembangunan yang top down menuju bottom up, membuat pelayanan


(35)

publik lebih berkualitas dan semakin dekat dengan masyarakat, serta penanggulangan kemiskinan.

2.3. Indikator Pemberdayaan Masyarakat

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari unsur peningkatan : kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, kemampuan kultural dan politis. Menurut Schuler, Hashemi, dan Riley, Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah :

1) Kebebasan mobilitas

2) Kemampuan membeli komoditas kecil 3) Kemampuan membeli komoditas besar 4) Terlibat dalam pembuatan keputusan umum 5) Kebebasan relatif dari dominasi keluarga 6) Kesadaran hukum dan politik

7) Keterlibatan dalam kampanye/demonstrasi

8) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga Keberdayaan masyarakat juga dapat dilihat dari :

1) Keberdayaan yg menyangkut kemampuan ekonomi 2) Kemampuan mengakses jaminan kesehatan

3) Kemampuan kultur dan politis

Nugroho (2008) mengemukakan, indikator pemberdayaan, yaitu

1) Akses, dalam arti kesamaan hak dalam mengakses sumber daya-sumber daya produktif di dalam lingkungan.


(36)

17

2) Partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam mendayagunakan asset atau sumber daya yang terbatas tersebut.

3) Kontrol, yaitu bahwa lelaki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber daya tersebut.

4) Manfaat, yaitu bahwa lelaki dan perempuan harus sama-sama menikmati hasil-hasil pemanfaatan sumber daya atau pembangunan secara bersama dan setara

2.4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Dalam upaya pemberdayaan masyarakat perlu adanya suatu strategi yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Salah satu strategi yang tidak umum dipakai dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan. Menurut Sumodiningrat (2009:106), pendampingan merupakan kegiatan yang diyakini mampu mendorong terjadinya pemberdayaan fakir miskin secara optimal. Perlunya pendampingan dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan pemahaman diantara pihak yang memberikan bantuan dengan sasaran penerima bantuan. Kesenjangan dapat disebabkan oleh berbagai perbedaan dan keterbatasan kondisi sosial, budaya dan ekonomi. Dalam melaksanakan tugasnya, para pendamping memposisikan dirinya sebagai perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator, penghubung, fasilitator, dan sekaligus evaluator.

Sumodiningrat (2009:104-106) lebih dalam menjelaskan bahwa bagi para pekerja sosial dilapangan, kegiatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui pendampingan sosial. Terdapat 5 (lima) kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan pendampingan sosial, yaitu:


(37)

1. Motivasi

Masyarakat khususnya keluarga miskin perlu didorong untuk membentuk kelompok untuk mempermudah dalam hal pengorganisasian dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat. Kemudian memotivasi mereka agar dapat terlibat dalam kegiatan pemberdayaan yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan mereka dengan menggunakan kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki.

2. Peningkatan Kesadaran dan pelatihan kemampuan

Disini peningkatan kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi, sedangkan untuk masalah keterampilan bisa dikembangkan melalui cara-cara partisipatif. Sementara pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat melalui pengalaman mereka dapat dikombinasikan dengan pengetahuan yang dari luar. Hal-hal seperti ini dapat membantu masyarakat untuk menciptakan sumber penghidupan dan membantu meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka sendiri.

3. Manajemen diri

Setiap kelompok harus mampu memilih atau memiliki pemimpin yang nantinya dapat mengatur kegiatan mereka sendiri seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan atau melakukan pencatatan dan pelaporan. Disini pada tahap awal, pendamping membantu mereka untuk mengembangkan sebuah sistem. Kemudian memberikan wewenang kepada mereka untuk melaksanakan dan mengatur sistem tersebut.


(38)

19

4. Mobilisasi sumber

Merupakan sebuah metode untuk menghimpun setiap sumber-sumber yang dimiliki oleh individu-individu yang dalam masyarakat melalui tabungan dan sumbangan sukarela dengan tujuan untuk menciptakan modal sosial. Hal ini didasari oleh pandangan bahwa setiap orang memiliki sumber daya yang dapat diberikan dan jika sumber-sumber ini dihimpun, maka nantinya akan dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara substansial. 5. Pembangunan dan pengembangan jaringan

Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial disekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin.

Menurut Jim Ife (1995:63) ada 3 strategi yang diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu :

1) Perencanaan dan kebijakan (policy and planning)

Untuk mengembangkan perubahan struktur dan institusi sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengakses berbagai sumber kehidupan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Perencanaan dan kebijakan yang berpihak dapat dirancang untuk menyediakan sumber kehidupan yang cukup bagi masyarakat untuk mencapai keberdayaan. Misalnya : kebijakan membuka peluang kerja yang luas, UMR yang tinggi, dsb.


(39)

2) Aksi sosial dan politik (sosial dan political action)

Diartikan agar sistem politik yang tetutup diubah sehingga memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi. Adanya keterlibatan masyarakat secara politik membuka peluang dalam memporoleh kondisi keberdayaan.

3) Peningkatan kesadaran dan pendidikan

Masyarakat /kelompok masyarakat tertentu seringkali tidak menyadari penindasan yang terjadi pada dirinya. Kondisi ketertindasan diperparah dengan tidak adanya skill untuk bertahan hidup secara ekonomi dan sosial.

Untuk mengataasi masalah ini peningkatan kesadaran dan pendidikan sangatlah penting untuk ditrapkan. Contoh : memberi pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana struktur-struktur penindasan terjadi, memberi sarana dan skill agar mencapai perubahan secara efektif.

2.5. Ciri – Ciri Pemberdayaan Masyarakat

Pendekataan pemberdayaan masyarakat yang berpusat pada manusia (people centered development) melandasi wawasan pengelolaan sumber daya lokal, yang merupakan mekanisme perencanaan yang menekankan pada teknologi pembelajaran sosial dan strategi perumusan program. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengaktualisasikan dirinya. Dalam hal ini, Moelyarto (1999:37-38) mengemukakan ciri-ciri pendekatan pengelolaan sumber daya lokal yang berbasis masyarakat, meliputi : 1. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi masyarakat setempat dibuat

ditingkat lokal, oleh masyarakat yang memiliki identitas yang diakui peranannya sebagai partisipan dalam proses pengambilan keputusan.


(40)

21

2. Fokus utama pengelolaan sumber daya lokal adalah memperkuat kemampuan masyarakat miskia dalam mengarahkan aset-asset yang ada dalam masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya.

3. Toleransi yang besar terhadap adanya variasi. Oleh karena itu mengakui makna pilihan individual, dan mengakui proses pengambilan keputusan yang dengan sentralistik.

4. Budaya kelembagaannya ditandai oleh adanya organisasi- organisasi yang otonom dan mandiri, yang saling berinteraksi memberikan umpan balik pelaksanaan untuk mengoreksi diri pada setiap jenjang organisasi.

5. Adanya jaringan koalisi dan komunikasi antara para pelaku dan organisasi lokal yang otonom dan mandiri, yang mencakup kelompok penerima manfaat, pemerintah lokal, lokal dan sebagainya, yang menjadi dasar bagi semua kegiatan yang ditujukan untuk memperkuat pengawasan dan penguasaan masyarakat atas berbagai sumber yang ada, serta kemampuan masyarakat untuk mengelola sumber daya setempat.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keberdayaan masyarakat terletak pada proses pengambilan keputusan sendiri untuk mengembangkan pilihan-pilihan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan sosial. Pemahaman mengenai proses adaptasi masyarakat terhadap lingkungannya merupakan informasi penting dalam pembangunan yang berorientasi pada manusia, yang melandasi wawasan pengelolaan sumber daya lokal


(41)

2.6. Partisipasi Masyarakat Pada Program Pembangunan

Memperhatikan berbagai karakteristik dari strategi pembangunan sumber daya berbasis komunitas, maka dalam pelaksanaannya terkandung suatu unsur yang dapat dikatakan mutlak, yaitu partisipasi masyarakat lokal. Sebagaimana telah dipahami bahwa, pembangunan pada dasarnya merupakan proses perubahan dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif dan kuantitaif merupakan salah satu bentuk perwujudan dari sikap dan perilaku tersebut. Dalam hal ini aktivitas lokal merupakan merupakan media dan sarana bagi masyarakat dalam melaksanakan partisipasinya. Agar proses pembangunan dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka perlu diusahakan agar ada kesinambungan dan peningkatan yang bersifat kumulatif dari partisipasi masyarakat melalui berbagai tindakan bersama dan aktivitas lokal tersebut.

Partisipasi merupakan pelibatan diri secara penuh pada suatu tekad yang telah menjadi kesepakatan bersama antar anggota dalam satu kelompok/antar kelompok sampai dengan skala nasional dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari landasan konstitusional Negara Republik Indonesia maka partisipasi dapat disebut sebagai “Falsafah Pembangunan Indonesia”. Dengan demikian sudah sewajarnya bila tiap pembangunan haruslah menerapkan konsep partisipasi dan tiap partisipasi menurut Parwoto (1997) harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

- Proaktif atau sukarela (tanpa disuruh)


(42)

23

yang akan terkena akibat kesepakatan tersebut - Adanya tindakan mengisi kesepakatan tersebut

- Adanya pembagian kewenangan dan tanggungjawab dalam kedudukan yang setara antar unsur/pihak yang terlibat.

Konsep partisipasi dalam pembangunan kemudian disebut sebagai pembangunan partisipatif, yaitu pola pembangunan yang melibatkan berbagai pelaku pembangunan yang berkepentingan (sektor pemerintah, swasta dan masyarakat yang akan langsung menikmati/terkena akibat pembangunan) dalam suatu proses kemitraan dengan menerapkan konsep partisipasi, dimana kedudukan masyarakat adalah sebagai subyek pembangunan dan sekaligus sebagai objek dalam menikmati hasil pembangunan. Pembangunan partisipatif ini mempertemukan perencanaan makro yang berwawasan lebih luas dengan perencanaan mikro yang bersifat kontekstual sehingga pembangunan mikro akan merupakan bagian tidak terpisahkan dari seluruh perencanaan makro.

Pembangunan partisipatif juga mempertemukan pendekatan dari atas (top-down), dimana keputusan-keputusan dirumuskan dari atas dan pendekatan dari bawah (botton-up), yang menekankan keputusan di tangan masyarakat yang kedua-duanya memiliki kelemahan masing-masing. Dalam pembangunan partisipatif keputusan merupakan kesepakatan antar pelaku yang terlibat.

Ada perbedaan wacana mengenai pembangunan dan partisipasi masyarakat, yaitu dari wacana pemerintah dan wacana masyarakat. Menurut Widyatmadja dan Goulet (dalam Prijono dkk, 1996:105) partisipasi dalam wacana pemerintah adalah lebih menekankan pada pengorbanan dan kontribusi


(43)

rakyat daripada hak untuk ikut menikmati manfaat pembangunan itu sendiri. Dari perspektif rakyat, partisipasi merupakan praktek dari keadilan dan hak untuk menikmati hasil pembangunan yang mungkin dapat menimbulkan konflik antara pihak-pihak yang berkepentingan.

Lebih lanjut menurut Soetrisno (1995:221) ada dua jenis definisi partisipasi yang beredar dalam masyarakat. Definisi pertama adalah definisi yang diberikan oleh para perencana pembangunan formal di Indonesia. Definisi partisipasi jenis ini mengartikan partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi diukur dengan kemampuan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan proyek pembangunan pemerintah.

Definisi kedua yang ada dan berlaku universal adalah partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan tetapi juga ada tidaknya hak rakyat untuk menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dipakai oleh definisi ini dalam mengukur tinggi rendahnya partisipasi rakyat adalah ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu.


(44)

25

Menurut Hall (1986:9) partisipasi masyarakat merupakan pendekatan pembangunan yang memandang masyarakat dalam konteks dinamis yang mampu memobilisasi sumber daya sesuai dengan kepentingan, kemampuan dan aspirasi yang dimiliki, baik secara individu maupun komunal. Dalam Wibisana (1989:41) partisipasi masyarakat sering diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijaksanaan hingga pelaksanan program. Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan partisipasi tidak langsung berupa keuangan, pemikiran dan material yang diperlukan. Slamet, (1992) partisipasi merupakan keterlibatan aktif dan bermakna dari masa penduduk pada tingkatan-tingkatan yang berbeda, yaitu:

a. Dalam proses pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan-tujuan kemasyarakatan dan pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan. b. Dalam pelaksanaan program-program atau proyek-proyek secara sukarela c. Dalam pemanfaatan hasil-hasil dari suatu program atau proyek

Definisi tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dapat dilakukan pada semua tahapan dalam proses pembangunan, dari tahapan perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, sampai tahapan pemanfaatan hasil-hasilnya .

Dalam Burke, (2004:52-54) keuntungan dan masalah partisipasi akan dilihat dalam konteks yang berbeda oleh setiap orang yang berkepentingan.


(45)

Secara umum, keuntungan dari partisipasi:

a. Masyarakat akan merasa “memiliki” terhadap rencana kerja. b. Memungkinkan adanya ide-ide segar.

c. Mendapat bantuan dalam bentuk barang atau sumber daya lainnya.

d. Masyarakat akan tetap merasa menjadi bagian dari pemecahan masalah jangka panjang karena mereka telah mempunyai rasa memiliki terhadap ide-ide awal. e. Keikutsertaan dalam satu proyek atau program membangun kesadaran,

kepercayaan dan keyakinan menjadi bagian penting pada proyek/kesempatan-kesempatan lainnya.

Selain itu, keuntungan dari suatu keluaran atau out put yang lebih baik adalah isue “proses” membantu mengembangkan keterampilan dan confidence masyarakat. Keuntungan pada umumnya berkaitan dengan Kepentingan utama yang disepakati pada tingkat partisipasi yang tepat; kesamaan bahasa untuk mendiskusi issue dan mengembangkan ide-ide; dan metode-metode tepat guna yang dipakai sebanyak mungkin sesuai kesepakatan untuk mencapai hasil yang diinginkan Peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diketahui berdasarkan besarnya pengaruh yang dimiliki masyarakat di dalam proses penentuan permasalahan beserta hasilnya, dari pengaruh yang kecil sampai kepada pengaruh yang besar. Peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan terdiri dari

1. Tinjauan dan Komentar

Masyarakat diberi kesempatan untuk meninjau suatu rencana yang diusulkan. Komentar dapat dibuat, tetapi organisasi perencanaan tidak terikat


(46)

27

untuk mengubah atau memodifikasi rencana tersebut. Peran ini bersifat pasif, yang dirancang untuk menyediakan informasi kepada masyarakat dan kelompok. 2. Konsultasi

Dengan peran ini, masyarakat diangkat dan dimintai masukan serta informasi khusus. Metode yang dipergunakan untuk memperoleh masukan adalah melalui pertemuan dan kuesioner. Peran masyarakat sebagai konsultan adalah utuk menjadi bagian dari usaha pembuatan keputusan. Tujuan dari peran konsultasi ini bersifat lebih jauh, bukan hanya sebagai penyedia informasi bagi masyarakat. Peran ini merupakan proses komunikasi dua arah di mana tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki keputusan.

3. Pemberi Nasehat

Pengaruh dan peran masyarakat bersifat lebih besar karena masyarakat diangkat ke dalam organisasi dan ditempatkan pada komite kebijakan dan perencanaan di dalam organisasi perencanaan tersebut. Tujuan dari peran ini adalah untuk memperoleh informasi maupun dukungan terorganisir untuk kegiatan-kegiatan.

4. Pengambilan Keputusan Bersama

Peran ini menggambarkan partisipasi masyarakat dan perencana yang bertindak sebagai mitra di dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Tujuannya adalah untuk mencapai keputusan yang mencerminkan keinginan tim perencana yang di dalamnya memuat aspirasi masyarakat.

5. Pengambilan Keputusan Terkendali


(47)

kebijakan dan keputusan. Peran dari para staf adalah untuk memfasilitasi pengambilan keputusan, yaitu untuk bertindak sebagai penasehat dan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh masyarakat Peran partisipasi masyarakat ini sangat umum untuk organisasi yang bersifat sukarela. Pendekatan dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, memungkinkan keseimbangan antara kepentingan administrasi dari pemerintah setempat dan integrasi penduduk setempat dalam proses pengambilan keputusan pada tingkat lokal. Terdapat 2 (dua) macam partisipasi penduduk, yaitu (Jayadinata, 1999:201-202):

1. Partisipasi vertikal

Penduduk diberi lebih banyak kesempatan untuk menyumbangkan pendapatnya dalam pembangunan Interaksi dengan cara dari bawah ke atas (bottom up) dalam hal:

a. Teknik belajar dan mendengarkan (masyarakat diberi informasi mengenai masalah aktual)

b. Pengumuman informasi berhubungan dengan program yang diusulkan. c. Masukan yang terus dari berbagai golongan.

d. Penelaahan kembali rencana yang diusulkan. 2. Partisipasi horisontal

Dalam partisipasi ini masyarakat berinteraksi secara horizontal dalam hal: a. Masyarakat setempat berinteraksi dengan berbagai kelompok lain. b. Mengambil pengalaman dari kelompok lain.


(48)

29

2.7. Pengembangan Wilayah

Miraza (2005) wilayah adalah kumpulan daerah hamparan sebagai suatu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografi yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif.

Bila dilihat dari aspek ekonomi, pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam jangka waktu yang panjang. Dari pengertian tersebut dapat terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat antara lain :

1. Sebagai proses, berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus 2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, dan

3. Kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka panjang (Sukirno, 1991).

Adapun sasaran pembangunan menurut Todaro (1993) adalah :

1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan-bahan pokok yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup seperti makan, perumahan, dan kesehatan serta perlindungan

2. Meningkatkan taraf hidup termasuk didalamnya meningkatkan penghasilan, penyediaan lapangan kerja yang memadai, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai budaya yang manusiawi

3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individual dan nasional dengan cara mereka dari sikap-sikap budak dan ketergantungan juga tidak hanya hubungan dengan orang lain dan Negara lain tetapi juga sumber


(49)

kebodohan dan penderitaan orang lain.

Dari definisi yang dikemukakan dapat terlihat bahwa pembangunan ekonomi adalah merupakan suatu proses, di mana dengan proses itu akan terlihat adanya perubahan yang besar dalam struktur sosial, sikap mental yang telah terbiasa, pertumbuhan ekonomi serta pemberantasan kemiskinan dan pengangguran. Ketimpangan dalam pendapatan perkapita melalui perluasan kesempatan kerja yang memadai, pendidikan juga dengan cara membebaskan masyarakat dari sikap ketergantungan terhadap orang lain serta mengangkat kesadaran akan harga diri.

2.8. Penelitian Terdahulu

Ronal d Sitanggang (2007), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Program Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D) dalam Pengembangan Wilayah Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun” menyimpulkan bahwa faktor-faktor kekuatan dalam pemberdayaan masyaraakat melalui Program P2D antara lain adalah sebagai berikut. a) Keinginan yang kuat dari masyarakat untuk mau berpartisipasi dalam proses pembangunan desanya, b) Kesadaran warga untuk membayat PBB mengalami peningkatan, c) Berfungsinya lembaga pemberdayaan masyarakat deesa, d) Potensi sumber daya alam khususnya sektor pertanian.

Penelitian Lurinim Purba (2007), yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Bantuan Pembangunan Desa Di Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun” menyimpulkan bahwa pengaruh partisipasi keberhasilan program bantuan pembangunan desa. a). Partisipasi masyarakat pada


(50)

31

aspek perencanaan, pemanfaatan, dan sosialisasi berpengaruh positif terhadap keberhasilan pada kegiatan fisik, artinya peningkatan partisipasi aspek perencanaan, pemanfaatan dan sosialisasi searah dengan peningkatan keberhasilan program bantuan pembangunan desa pada kegiatan fisik. Sedangkan partisipasi pada aspek pelaksanaan tidak berpengaruh terhadap keberhasilan kegaitan fisik. b). Partisipasi masyarakat pada aspek perencanaan dan pemanfaatn berpengaruh positif terhadap keberhasilan pada kegiatan PKK, artinya peningkatan partisipasi aspek perencanaan dan pemanfaatn searah dengan peningkatan keberhasilan program bantuan pembangunan desa pada kegiatan PKK. Sedangkan partisipasi pada aspek pelaksanaan dan sosialisasi tidak berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan PKK.

Hasil kajian pusat penelitian pembangunan pedesaan dan kawasan (P3KP) Universitas Gajah Mada salah satu cara untuk mengetahui kulaitas partisipasi masyarakat dapat dilihat dari bentuk-bentuk keterlibatan seseorang dalam berbagai tahap proses pembangunan yang terencana mulai dari perumusan tujuan sampai dengan penilaian. Bentuk-bentuk partisipasi sebagai usaha terorganisir oleh warga masyarakat untuk mempengaruhi bentuk dan jalannya public policy. Sehingga kualitas dari herarki partisipasi masyarakat dilihat dalam keaktifan atau kepasifan (apatis) dari bentuk parisipasi masyarakat.

Hasil penelitian Jhon Pieter Sitorus yang berjudul “Partispasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Kecamatan Balige” menyimpulkan bahwa secara umum rendahnya aspirasi masyarakat yang direalisasikan dalam rencana pembangunan yang dibiayai anggaran pembangunan menunjukkan belum optimalnya pelaksanaan konsep perencanaan pembangunan dalam era otonomi


(51)

daerah yaitu kombinasi perencanaan top-down dan botton-up, a) Tingkat pendidikan dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi masyarakat. b) Partispasi masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap perencanaan pembangunan desa.

2.9. Kerangka Pemikiran

Bantuan desa mandiri pangan bertujuan menciptakan ketahanan pangan bagi desa yang mendapatkan bantuan tersebut. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Bantuan desa mandiri pangan ini sangat berperan untuk mendorong, serta menumbuhkan kreatifitas dan aktifitas masyarakat dalam menciptakan kemandirian pangan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara optimal. Partispasi masyarakat (aspek perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan sosialisasi) dalam pelaksnaan program desa mandiri pangan dipengaruhi oleh faktor karakteristik (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan), seperti gambar pada kerangka pemikiran berikut :


(52)

33

Gambar II.1. Kerangka Pemikiran

2.10. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka hipotesis yang akan menjadi pedoman awal dalam penelitian adalah :

1. Terdapat pengaruh faktor karakteristik (umur, pendidikan, dan pendapatan) terhadap partisipasi masyarakat dalam program bantuan desa mandiri pangan di Kota Subulussalam.

2. Terdapat pengaruh simultan partisipasi masyarakat (aspek sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan terhadap keberhasilan program desa mandiri pangan di Kota Subulussalam.

3. Terdapat pengaruh parsial aspek sosialisasi terhadap keberhasilan program desa mandiri pangan di Kota Subulussalam.

4. Terdapat pengaruh parsial aspek perencanaan terhadap keberhasilan program Keberhasilan Bantuan Desa

Mandiri Pangan Partisipasi Masyarakat

Aspek Sosialisasi Aspek Perencanaan Aspek Pelaksanaa Aspek Pemanfaatan Karakteristik


(53)

desa mandiri pangan di Kota Subulussalam.

5. Terdapat pengaruh parsial aspek pelaksanaan terhadap keberhasilan program desa mandiri pangan di Kota Subulussalam.

6. Terdapat pengaruh parsial aspek pemanfaatan terhadap keberhasilan program desa mandiri pangan di Kota Subulussalam.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Subulussalam. Penelitian ini dilaksanakan pada Kecamatan Longkib yaitu di desa Rantau Panjang dan Kecamatan Sultan Daulat di desa disekitar Desa Jambi Baru dan Desa Pulo Mbelen. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena berdasarkan Data SKPG (Sistem Kerawanan Pangan dan Gizi) setelah dilakukan pengolahan data ternyata data dari SKPG berwarna merah yang artinya rawan pangan, Data Dasar Rumah Tangga (DDRT) dan Survey Rumah Tangga (SRT) serta data BPS dan Balai Penyuluhan Pertanian di kecamatan dinyatakan bahwa desa ini yang perlu diberikan program dari desa mandiri pangan, serta nantinya akan dijadikan desa percontohan dalam kegiatan desa mandiri pangan, kegiatan dari desa mandiri pangan ini berjalan 4 tahun lamanya sehimgga terbentuk kemandirian pangan di desa binaan.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini dilakukan pengumpulan data dapat dilakukan pada orang-orang yang mampu memberikan jawaban sesuai dengan topik penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok tani yang menerima bantuan desa mandiri pangan di Kota Subulussalam yang berjumlah 100 orang. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto (2006), jika populasinya kurang atau


(55)

mendekati 100, maka populasi tersebut dapat digunakan sebagai sampel, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sensus.

Untuk lebih jelasnya populasi dan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel

No Kecamatan Desa Sumber

Dana Populasi Sampel

1 Longkib Rantau Panjang APBN 30 30

2 Sultan Daulat Jambi Baru APBA 30 30

3 Sultan Daulat Pulo Mbelen APBA 40 40

Total 100 100

3.3. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer berupa data langsung yang dikumpulkan melalui wawancara yang berpedoman kepada kuisioner kepada sampel terpilih di wilayah penelitian

2. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti kepala desa, BPP di kecamatan-kecamatan, BPS, Dinas Pertanian, serta data yang bersumber dari instansi lain yang mendukung penelitian ini

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat ukur untuk mengukur variabel yang diteliti. Jumlah instrumen tergantung pada jumlah variabel. Setiap instrumen akan mempunyai skala, sedangkan skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval dari satu sampai lima. Untuk dapat mengkuantitatifkan data yang diperoleh


(56)

37

dari daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dijawab oleh para responden. Sementara itu butir-butir pertanyaan terdiri dari lima alternatif jawaban. Kemudian data jawaban para responden diberi skor dengan menggunakan Skala Likert. Dalam hal ini ada lima klasifikasi jawaban yang diberikan dengan kemungkinan pemberian skor sebagai berikut:

1. Untuk alternatif jawaban A (sangat setuju) = 5 2. Untuk alternatif jawaban B (setuju) = 4 3. Untuk alternatif jawaban C (cukup setuju) = 3 4. Untuk alternatif jawaban D (kurang setuju) = 2 5. Untuk alternatif jawaban E (tidak setuju) = 1

3.5. Pengujian Instrumen 3.5.1. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi penilaian dan hasilnya. Menurut Sarwono (2006), koefisien alpha yang dapat diterima adalah di atas 0,60.

3.5.2. Pengujian Validitas

Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sarwono, 2006). Penentuan validitas didasarkan atas perbandingan nilai korelasi yang diperoleh antara skor item dengan skor total item, dengan nilai kritis korelasi product moment (r tabel). Apabila nilai korelasi hitung (r hitung) lebih besar bila dibandingkan dengan r


(57)

tabel pada tingkat keyakinan 95% dapat diartikan bahwa item-item pernyataan tersebut dinyatakan valid.

3.6. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini diberi batasan dan indikator pengukuran sebagai berikut :

1. Keberhasilan program bantuan desa mandiri pangan adalah sejauh mana atau seberapa besar manfaat yang dirasakan responden dari hasil kegiatan. Penilaian keberhasilan program bantuan desa mandiri pangan dengan menggunakan skala interval dengan mengacu kepada Skala Likert dengan katagori sebagai berikut :

a. Berhasil apabila implementasi kegiatan dilapangan sesuai dengan rencana usaha kelompok dan adanya dampak perubahan peningkatan perekonomian dari kelompok tani.

b. Tidak berhasil apabila implementasi kegiatan dilapangan tidak sesuai dengan rencana usaha kelompok yang telah ditetapkan.

2. Tingkat partisipasi masyarakat adalah sejauh mana peran serta responden dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan serta evaluasi program. a. Aspek sosialisasi di ukur dari tingkat keikutsertaan responden dalam

mensosialisasikan kepada anggota masyarakat lainnya tentang kegiatan desa mandiri pangan.

b. Aspek perencanaan diukur dari tingkat keikutsertaan responden dalam merencanakan penggunaan dana bantuan desa mandiri pangan, dengan membuat rencana usaha kelompok dalam tahap penumbuhan.


(58)

39

c. Aspek pelaksanaan diukur dari tingkat keikutsertaan responden dalam pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari dana desa mandiri pangan. d. Aspek pemanfaatan diukur dari tingkat keikutsertaan responden dalam

memanfaatkan hasil kegiatan dari bantuan desa mandiri pangan.

Untuk lebih memperjelas penelitian maka dikemukakan definisi masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 3.2. Operasional Variabel

No Variabel Indikator Skala

Pengukuran Skala Dependen 1 Program Desa Mandiri Pangan (Y)

1. Melanjutkan usaha yang sudah ada

1 - 5 Interval

2. Tersedianya buku administrasi kelompok

3. Terbiasanya masyarakat melakukan

musyawarah

4 Mampu merencanakan dan menjalankan

RUK Independen

1

Aspek Sosialisasi

(X1)

1. Kemauan anggota kelompok menyebarkan

informasi

1 - 5 Interval

2. Kemauan anggota kelompok berkomunikasi 3. Kemauananggota kelompok memotivasi

4 Kemauan dalam memberikan saran

2

Aspek Perencanaan

(X2)

1. Keikutsertaan dalam proses perencanaan

1 - 5 Interval

2. Respon anggota untuk mengikuti rapat 3. Kemauan anggota dalam memberikan usulan

4 kepedulian untuk mengoreksi daftar RUK

3

Aspek Pelaksanaan

(X3)

1. Ikut serta dalam kegiatan tanpa ada himbauan

1 - 5 Interval

2. Keikutsertaan untuk meningkatkan

pendapatannya

3. Keikutsertaan karena adanya ancaman 4 Keikutsertaan kegiatan sampai dengan selesai

4

Aspek Pemanfaatan

(X4)

1. Kemauan anggota kelompok memanfaatkan

RUK

1 - 5 Interval

2. Manfaat yang diperoleh dari program 3. Meningkatnya pendapatan kelompok


(59)

3.7. Metode Analisa Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang diambil untuk mengetahui bagaimana hubungan dan pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Desa Mandiri Pangan (Studi Kasus Di Kota Subulussalam) adalah sebagai berikut:

3.7.1. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel bebas, yaitu variabel partisipasi masyarakat dan program desa mandiri pangan. Dalam analisis deskriptif ini, perhitungan yang digunakan untuk mengetahui tingkat persentase skor jawaban dari masing-masing siswa yang diambil sampel ditulis dengan rumus sebagai berikut:

Dimana : n = jumlah skor jawaban responden

N = jumlah skor jawaban ideal

Untuk menganalisis variabel-variabel tersebut diambil dari skor rata-rata jumlah skor dari komponen indikator variabel. Rata-rata-rata variabel tersebut kemudian diklasifikan agar lebih mudah diinterpretasikan, dalam rentang rata-rata total dari terkecil sebesar 1 sampai terbesar sebesar 5 memiliki interval. Interval = skor tertinggi – skor terendah/ jumlah kelompok


(60)

41

= 0,8

Sehingga diperoleh klasifikasi jawaban pada tabel III.2.

Tabel 3.3. Klasifikasi Jawaban.

Interval Klasifikasi

1 - 1,8 Sangat Rendah

> 1,9 - 2,6 Rendah

> 2,6 - 3,4 Sedang

> 3,4 - 4,2 Tinggi

> 4,2 – 5 Sangat Tinggi

Sumber : (Mulyono, 2001:9)

3.7.2. Uji Chi - Square

Untuk menjawab hipotesis pertama yaitu untuk mengetahui pengaruh karakteristik (umur, pendidikan dan pendapatan) terhadap partisipasi masyarakat dalam program desa mandiri pangan dilakukan analisis dengan uji Chi –Square pada taraf nyata (α) = 0,05 dengan rumus sebagai berikut:

∑ Keterangan:

0 = Observerd Value E = Expectede Value

3.7.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh dari variabel aspek sosialisasi, aspek perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek pemanfaatan terhadap Program Desa Mandiri Pangan dilakukan analisis uji Regresi Berganda.


(61)

Dengan persamaan regresi sebagai berikut : Keterangan :

Y‟ = Program Desa Mandiri Pangan a = konstanta

b …b4 = Koefisien regresi yang berhubungan dengan aspek sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan

X1 = Variabel aspek sosialisasi X2 = Variabel aspek perencanaan X3 = Variabel aspek pelaksanaan X4 = Variabel aspek pemanfaatan � = Error term

a. Uji Parsial

Uji parsial adalah uji yang digunakan untuk menguji kemaknaan koefiesien parsial. Apabila Thitung > Ttabel maka Ho ditolak, dengan demikian variabel bebas menerangkan variabel berikutnya. Sebaliknya apabila Thitung < Ttabel maka Ho diterima sehingga dapat dikatakan variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel berikutnya, dengan kata lain tidak ada pengaruh diantara variabel yang diuji.

b. Uji Simultan

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independent mempunyai pengaruh terhadap variabel dependent. Untuk membuktikan kebenaran


(1)

Lampiran 8. F - Tabel

Nilai F Tabel

DF 2

DF 1

1 2 3 4 5

1 161,45 199,50 215,71 224,58 230,16

2 18,51 19,00 19,16 19,25 19,30

3 10,13 9,55 9,28 9,12 9,01

4 7,71 6,94 6,59 6,39 6,26

5 6,61 5,79 5,41 5,19 5,05

6 5,99 5,14 4,76 4,53 4,39

7 5,59 4,74 4,35 4,12 3,97

8 5,32 4,46 4,07 3,84 3,69

9 5,12 4,26 3,86 3,63 3,48

10 4,96 4,10 3,71 3,48 3,33

11 4,84 3,98 3,59 3,36 3,20

12 4,75 3,89 3,49 3,26 3,11

13 4,67 3,81 3,41 3,18 3,03

14 4,60 3,74 3,34 3,11 2,96

15 4,54 3,68 3,29 3,06 2,90

16 4,49 3,63 3,24 3,01 2,85

17 4,45 3,59 3,20 2,96 2,81

18 4,41 3,55 3,16 2,93 2,77

19 4,38 3,52 3,13 2,90 2,74

20 4,35 3,49 3,10 2,87 2,71

21 4,32 3,47 3,07 2,84 2,68


(2)

23 4,28 3,42 3,03 2,80 2,64

24 4,26 3,40 3,01 2,78 2,62

25 4,24 3,39 2,99 2,76 2,60

26 4,23 3,37 2,98 2,74 2,59

27 4,21 3,35 2,96 2,73 2,57

28 4,20 3,34 2,95 2,71 2,56

29 4,18 3,33 2,93 2,70 2,55

30 4,17 3,32 2,92 2,69 2,53

31 4,16 3,30 2,91 2,68 2,52

32 4,15 3,29 2,90 2,67 2,51

33 4,14 3,28 2,89 2,66 2,50

34 4,13 3,28 2,88 2,65 2,49

35 4,12 3,27 2,87 2,64 2,49

36 4,11 3,26 2,87 2,63 2,48

37 4,11 3,25 2,86 2,63 2,47

38 4,10 3,24 2,85 2,62 2,46

39 4,09 3,24 2,85 2,61 2,46

40 4,08 3,23 2,84 2,61 2,45

41 4,08 3,23 2,83 2,60 2,44

42 4,07 3,22 2,83 2,59 2,44

43 4,07 3,21 2,82 2,59 2,43

44 4,06 3,21 2,82 2,58 2,43

45 4,06 3,20 2,81 2,58 2,42

46 4,05 3,20 2,81 2,57 2,42

47 4,05 3,20 2,80 2,57 2,41

48 4,04 3,19 2,80 2,57 2,41


(3)

50 4,03 3,18 2,79 2,56 2,40

51 4,03 3,18 2,79 2,55 2,40

52 4,03 3,18 2,78 2,55 2,39

53 4,02 3,17 2,78 2,55 2,39

54 4,02 3,17 2,78 2,54 2,39

55 4,02 3,16 2,77 2,54 2,38

56 4,01 3,16 2,77 2,54 2,38

57 4,01 3,16 2,77 2,53 2,38

58 4,01 3,16 2,76 2,53 2,37

59 4,00 3,15 2,76 2,53 2,37

60 4,00 3,15 2,76 2,53 2,37

61 4,00 3,15 2,76 2,52 2,37

62 4,00 3,15 2,75 2,52 2,36

63 3,99 3,14 2,75 2,52 2,36

64 3,99 3,14 2,75 2,52 2,36

65 3,99 3,14 2,75 2,51 2,36

66 3,99 3,14 2,74 2,51 2,35

67 3,98 3,13 2,74 2,51 2,35

68 3,98 3,13 2,74 2,51 2,35

69 3,98 3,13 2,74 2,50 2,35

70 3,98 3,13 2,74 2,50 2,35

71 3,98 3,13 2,73 2,50 2,34

72 3,97 3,12 2,73 2,50 2,34

73 3,97 3,12 2,73 2,50 2,34

74 3,97 3,12 2,73 2,50 2,34

75 3,97 3,12 2,73 2,49 2,34


(4)

77 3,97 3,12 2,72 2,49 2,33

78 3,96 3,11 2,72 2,49 2,33

79 3,96 3,11 2,72 2,49 2,33

80 3,96 3,11 2,72 2,49 2,33

81 3,96 3,11 2,72 2,48 2,33

82 3,96 3,11 2,72 2,48 2,33

83 3,96 3,11 2,71 2,48 2,32

84 3,95 3,11 2,71 2,48 2,32

85 3,95 3,10 2,71 2,48 2,32

86 3,95 3,10 2,71 2,48 2,32

87 3,95 3,10 2,71 2,48 2,32

88 3,95 3,10 2,71 2,48 2,32

89 3,95 3,10 2,71 2,47 2,32

90 3,95 3,10 2,71 2,47 2,32

91 3,95 3,10 2,70 2,47 2,31

92 3,94 3,10 2,70 2,47 2,31

93 3,94 3,09 2,70 2,47 2,31

94 3,94 3,09 2,70 2,47 2,31

95 3,94 3,09 2,70 2,47 2,31

96 3,94 3,09 2,70 2,47 2,31

97 3,94 3,09 2,70 2,47 2,31

98 3,94 3,09 2,70 2,46 2,31

99 3,94 3,09 2,70 2,46 2,31

100 3,94 3,09 2,70 2,46 2,31


(5)

Lampiran 9. R - Tabel

Tabel Nilai r Product Moment

N

Taraf Sign

N

Taraf Sign

N

Taraf Sign

N

Taraf Sign

5%

10%

5%

10%

5%

10%

5%

10%

3

0,997

0,999 28

0,374

0,479 53

0,271

0,351 78

0,223 0,290

4

0,950

0,990 29

0,367

0,471 54

0,268

0,348 79

0,221 0,288

5

0,878

0,959 30

0,361

0,463 55

0,266

0,345 80

0,220 0,286

6

0,811

0,917 31

0,355

0,456 56

0,263

0,341 81

0,219 0,285

7

0,754

0,875 32

0,349

0,449 57

0,261

0,339 82

0,217 0,283

8

0,707

0,834 33

0,344

0,442 58

0,259

0,336 83

0,216 0,281

9

0,666

0,798 34

0,339

0,436 59

0,256

0,333 84

0,215 0,280

10 0,632

0,765 35

0,334

0,430 60

0,254

0,330 85

0,213 0,278

11 0,602

0,735 36

0,329

0,424 61

0,252

0,327 86

0,212 0,276

12 0,576

0,708 37

0,325

0,418 62

0,250

0,325 87

0,211 0,275

13 0,553

0,684 38

0,320

0,413 63

0,248

0,322 88

0,210 0,273

14 0,532

0,661 39

0,316

0,408 64

0,246

0,320 89

0,208 0,272

15 0,514

0,641 40

0,312

0,403 65

0,244

0,317 90

0,207 0,270

16 0,497

0,623 41

0,308

0,398 66

0,242

0,315 91

0,206 0,269

17 0,482

0,606 42

0,304

0,393 67

0,240

0,313 92

0,205 0,267

18 0,468

0,590 43

0,301

0,389 68

0,239

0,310 93

0,204 0,266

19 0,456

0,575 44

0,297

0,384 69

0,237

0,308 94

0,203 0,264

20 0,444

0,561 45

0,294

0,380 70

0,235

0,306 95

0,202 0,263

21 0,433

0,549 46

0,291

0,376 71

0,234

0,304 96

0,201 0,262


(6)

22 0,423

0,537 47

0,288

0,372 72

0,232

0,302 97

0,200 0,260

23 0,413

0,526 48

0,285

0,368 73

0,230

0,300 98

0,199 0,259

24 0,404

0,515 49

0,282

0,365 74

0,229

0,298 99

0,198 0,258

25 0,396

0,505 50

0,279

0,361 75

0,227

0,296 100

0,197 0,256

26 0,388

0,496 51

0,276

0,358 76

0,226

0,294

27 0,381

0,487 52

0,273

0,354 77

0,224

0,292


Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Program Pengendalian DBD yang Dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan Terhadap Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Bagan Deli Belawan Tahun 2012

4 64 200

Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara)

2 58 96

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

34 202 85

DAMPAK PROGRAM AKSI DESA MANDIRI PANGAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT (Survey Pada Anggota Kelompok Afinitas Desa Mandiri Pangan Di Desa Girijaya Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut).

0 1 1

PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT DESA DI KABUPATEN PURWAKARTA (Studi Kasus di Desa Margaluyu dan Desa Batutumpang.

0 0 4

STUDI PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN DI DESA MUNTUK, KABUPATEN BANTUL - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

1 0 147

6. Pendapatan Sebulan - Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebrhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam

0 0 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemberdayaan - Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebrhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebrhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam

0 0 10

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN DI KOTA SUBULUSSALAM TESIS

0 0 17