Pengujian Normalitas Pengujian Multikolinearitas Pembuktian hipotesis ketiga

hipotesis digunakan uji distribusi F dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel , apabila perhitungan F hitung F tabel maka Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari regresi dapat menerangkan variabel terikat secara serentak. Sebaliknya jika F hitung F tabel maka Ho diterima sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas tidak menjelaskan variabel terikat Algifari, 2000.

c. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik bertujuan untuk mengetahui apakah penaksir dalam regresi merupakan penaksir kolinear tak bias. Oleh karena itu diperlukan adanya uji asumsi klasik terhadap model yang telah diformulasikan, yang mencakup pengujian normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Algifari, 2000

1. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan mengamati histogram atas nilai residual dan grafik normal probability plot. Deteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan: a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal danatau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas Santoso, 2006. Universitas Sumatera Utara

2. Pengujian Multikolinearitas

Uji ini menjelaskan model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi diantara variabel independen. Apabila variabel independen memiliki angka VIF lebih kecil dari 10, dan nilai toleransinya lebih besar dari 0,10 maka dapat dikatakan tidak memiliki multikolinearitas atau sebaliknya.

3. Pengujian Heteroskesdastisitas

Pengujian Heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik, di mana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu Y adalah residual Y prediksi - Y sesungguhnya yang telah di studentized. Dasar pengambilan keputusan Santoso, 2006:210: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik point-point yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi Heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara 45

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kota Subulussalam

Kota Subulussalam adalah sebuah kota di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Kota ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007, pada tanggal 2 Januari 2007. Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil. Kota Subulussalam adalah daerah otonomi yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007, setelah sebelumnya menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Singkil. Kota Subulussalam terdiri atas 5 lima Kecamatan, masing-masing Kecamatan Simpang Kiri, Penanggalan, Rundeng, Sultan Daulat dan Longkib, dengan total jumlah desa sebanyak 73 desa. Secara geografis, Kota Subulussalam yang memiliki luas daerah 1,391 KM 2 berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara di sebelah Utara, Kabupaten Aceh Singkil di sebelah Selatan, Provinsi Sumatera Utara di sebelah Timur, dan Kecamatan Trumon-Kabupaten Aceh Selatan di sebelah Barat. Kecamatan Sultan Daulat merupakan kecamatan terluas, meliputi 43,28 dari total luas Kota Subulussalam, diikuti Kecamatan Rundeng 23,88, Kecamatan Simpang Kiri 15,31, Kecamatan Longkib 10,85 dan Penanggalan 6,68. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2011 jumlah penduduk Kota Subulussalam adalah sebanyak 62.000 jiwa, terdiri dari 31.609 pria dan 30.391 wanita. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Simpang Kiri 26.405 jiwa, sedangkan Kecamatan Longkib adalah kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit 3.984 jiwa Universitas Sumatera Utara

4.2. Karakteristik Responden

Data demografi sebagai profil responden menjadi sampel penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Terlihat dari profilnya, sampel terdiri atas Jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan pendapatan. Sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 70 orang 70,0, sedang yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang 30,0. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini adalah laki-laki. Dari segi umur responden, sebagian besar responden dalam penelitian ini yang memiliki tingkatan usia dibawah 25 tahun yaitu sebanyak 17 orang 17,0, yang berumur 26 – 35 tahun sebanyak 60 orang 60, yang berumur 36 – 45 tahun sebanyak 20 orang 20 serta sisanya responden yang berumur antara 46 - 55 tahun hanya sebanyak 3 orang 3,0. Tingkat pendidikan responden terdiri dari pendidikan SD sebanyak 16 orang 16, responden yang mempunyai tingkat Pendidikan terakhir SMP sebanyak 63 orang 63,0, Pendidikan terakhir SMA sebanyak 18 orang 18,0 dan sisanya sarjana 3 orang 3,0. Berdasarkan tingkat pendapatan responden dalam penelitian, sebanyak 14 orang 14 berpenghasilan dibawah Rp 500.000,-, kemudian 51 orang 51 mempunyai penghasilan antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000,-. kemudian 32 orang 32 mempunyai penghasilan antara Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000,- dan sisanya hanya 3 orang 3 yang berpenghasilan di atas Rp 1.500.000,-. Universitas Sumatera Utara

4.3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

4.3.1. Hasil Pengujian Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan handal apabila dapat digunakan untuk pengumpulan data yang diharapkan dan sesuai dengan tujuan penelitian. Tolok ukur Aspek Sosialisasi kuesioner menurut Malhotra 2006:305 adalah nilai cronbach alpha yang dicari melalui perhitungan statistik. Suatu kuesioner dinyatakan handal apabila hasil pengujian reliabilitas menunjukkan nilai cronbach alpha 0,60. Untuk lebih jelasnya hasil pengujian reliabilitas kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai cronbach alpha untuk variabel Aspek Sosialisasi sebesar 0,689. Nilai cronbach alpha untuk variabel Aspek Perencanaan sebesar 0,658, dan untuk variabel Aspek Pelaksanaan sebesar 0,654, dan variabel Aspek Pemanfaatan sebesar 0,638 serta untuk variabel program desa mandiri pangan nilai cronbach alpha sebesar 0,668. Semua nilai cronbach alpha tersebut lebih besar dari 0,60 dapat diartikan bahwa kuesioner yang digunakan untuk mengungkapkan fenomena yang berhubungan dengan program desa mandiri pangan, Aspek Sosialisasi, Aspek Perencanaan, Aspek Pelaksanaan serta Aspek Pemanfaatan dinyatakan handal.

4.3.2. Hasil Pengujian Validitas

Penentuan validitas didasarkan atas perbandingan nilai korelasi yang diperoleh antara skor item dengan skor total item, dengan nilai kritis korelasi product moments r tabel. Apabila nilai korelasi hitung r hitung lebih besar bila Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan ni lai r tabel pada tingkat keyakinan 95 α =5 dapat diartikan bahwa item-item pertanyaan tersebut valid. Variabel Aspek Sosialisasi dijabarkan dalam 4 item pertanyaan. Pertanyaan pertama untuk variabel tersebut dilambangkan dengan A1 diperoleh nilai korelasi hitung r hitung sebesar 0,339. Sedangkan nilai kritis r r tabel pada tingkat keyakinan 95 persen n = 100 menunjukkan angka sebesar 0,197. Berdasarkan Lampiran 4 dapat dilihat nilai r-hitung untuk semua item pernyataan yang terdapat pada masing-masing variabel dependen dan independen yang diteliti dalam penelitian ini menunjukkan angka yang lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r-tabel sebesar 0,197 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan yang terdapat dalam kuesioner penelitian dinyatakan valid.

4.4. Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi data dari masing-masing variabel dalam penelitian ini yaitu Aspek Sosialisasi X 1 , Aspek Perencanaan X 2 , Aspek Pelaksanaan X 3 , dan Aspek Pemanfaatan X 4 serta Program Desa Mandiri Pangan Y yang dilakukan dengan analisis butir menggunakan program SPSS versi 15 diperoleh hasil sebagai berikut:

4.4.1. Aspek Sosialisasi

Berikut Tabel distribusi frekuensi variabel aspek sosialisasi berdasarkan data hasil pengumpulan kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 3. Universitas Sumatera Utara Dari 100 orang responden yang terpilih menjadi sampel menyatakan bahwa kemauan anggota kelompok aktif dalam menyebarkan informasi tentang bantuan desa mandiri pangan di Kota Subulussalam dengan nilai 3,84. Kemauan anggota kelompok berkomunikasi dengan aparat desa tentang desa mandiri pangan juga aktif dengan nilai 3,88.

4.4.2. Aspek Perencanaan

Persepsi responden terhadap pentingnya aspek perencanaan dalam mendukung program desa mandiri pangan di Kota Subulussalam diklasifikan aktif karena diperoleh nilai rata-rata 3,85 dan nilai dari keempat indikator variabel aspek perencanaan juga menunjukkan klasifikasi yang tinggi. Berikut Tabel distribusi frekuensi variabel aspek perencanaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari 100 orang responden yang terpilih menjadi sampel menyatakan bahwa keikutsertaan anggota kelompok secara aktif dalam proses perencanaan di Kota Subulussalam dengan nilai 3,83. Respon anggota untuk mengikuti rapata dalam merencanakan penggunaan dana juga aktif dengan nilai 3,87.

4.4.3. Aspek Pelaksanaan

Persepsi responden terhadap pentingnya aspek pelaksanaan dalam mendukung program desa mandiri pangan di Kota Subulussalam diklasifikan aktif karena diperoleh nilai rata-rata 3,84 dan nilai dari keempat indikator variabel pelaksanaan juga menunjukkan klasifikasi yang tinggi. Berikut Tabel distribusi frekuensi variabel aspek pelaksanaan berdasarkan data hasil pengumpulan kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 3. Universitas Sumatera Utara Dari 100 responden yang menjadi sampel menyatakan bahwa Anggota kelompok mau ikut serta secara aktif dalam kegiatan tanpa ada himbauan aparat desa dengan nilai 3,83. Keikutsertaan anggota hanya karena kegiatan berguna bagi peningkatan pendapatannya juga aktif dengan nilai 3,85.

4.4.4. Aspek Pemanfaatan

Persepsi responden terhadap pentingnya aspek pemanfaatan dalam mendukung program desa mandiri pangan di Kota Subulussalam diklasifikan aktif karena diperoleh nilai rata-rata 3,83 dan nilai dari keempat indikator variabel aspek pemanfaatan juga menunjukkan klasifikasi yang tinggi. Berikut Tabel distribusi frekuensi variabel aspek pemanfaatan berdasarkan data hasil pengumpulan kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari 100 orang responden yang terpilih menjadi sampel menyatakan bahwa kemauan anggota kelompok dalam memanfaatkan dari hasil RUK dalam kategori aktif dengan nilai 3,81. Manfaat yang dirasakan dengan adanya hasil dari desa mandiri pangan juga tergolong tinggi dengan nilai 3,85.

4.4.5. Program Desa Mandiri Pangan

Persepsi responden terhadap keberlangsungan program desa mandiri pangan di Kota Subulussalam diklasifikan tinggi karena diperoleh nilai rata-rata 3,84 dan nilai dari keempat indikator variabel program desa mandiri pangan juga menunjukkan klasifikasi yang tinggi. Berikut Tabel distribusi frekuensi variabel program desa mandiri pangan berdasarkan data hasil pengumpulan kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 3. Universitas Sumatera Utara Dari 100 orang responden yang terpilih menjadi sampel menyatakan bahwa kemauan anggota kelompok dalam menyebarkan informasi tentang bantuan desa mandiri dalam kategori aktif dengan nilai 3,83. Kemauan anggota kelompok berkomunikasi dengan aparat desa tentang desa mandiri pangan juga tergolong tinggi dengan nilai 3,85. 4.5. Pengujian Asumsi Klasik 4.5.1. Uji Normalitas Analisis terhadap normalitas data dilakukan dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif data normal. Dari Lampiran 6. dapat dilihat zgaris yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya. Menurut Santoso 2006 jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas. Dengan demikian data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.

4.5.2. Uji Multikolinieritas

Uji ini menjelaskan model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi diantara variabel independen. Apabila variabel independen memiliki angka VIF Variance Inflation Factor lebih kecil dari 10, dan nilai toleransinya lebih besar dari 0,10 maka dapat dikatakan tidak memiliki multikolinearitas atau sebaliknya. Universitas Sumatera Utara Lampiran 6 memperlihatkan bahwa nilai Variance Inflation Faktor VIF masing-masing variabel independen penelitian lebih kecil dari 10, sehingga dapat diartikan tidak terjadi gejala multikolinieritas.

4.5.3. Uji Heteroskesdastisitas

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2007. Jika titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar IV.2 menunjukkan bahwa titik-titik scatterplot menyebar di atas dan dibawah angka 0 sehingga disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik scatterplot dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.6. Tabulasi Silang dan Uji Chi – Square

Untuk melihat jumlah dan persentase responden berdasarkan kategori variabel karakteristik responden dalam penelitian ini umur, pendidikan dan pendapatan dengan partisipasi masyarakat aspek sosialisasi, aspek perencanaan, aspek pelaksanaan, dan aspek pemanfaatan dibuat tabulasi silang dengan uraian sebagai berikut:

4.6.1. Pengaruh Karakteristik Umur Terhadap Aspek Sosialisasi,

Perencanaan, Pelaksanaan dan Pemanfaatan Besarnya jumlah penduduk yang berada pada kisaran usia produktif dan sangat produktif ini juga akan sangat mendukung pada partisipasinya dalam kegiatan pembangunan. Pada usia yang relatif muda dan dengan produktifitas Universitas Sumatera Utara yang tinggi ini, masyarakat lebih mudah menerima masukanhal-hal baru yang bersifat untuk kemajuan mereka. Dalam hubungannya dengan kegiatan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan program desa mandiri pangan ini akan lebih mudah diajak karena keinginan untuk memperbaiki masa depan yang lebih baik dan dengan harapan tingkat perekonomian yang lebih baik pula Erwiantono, 2006. Mayoritas responden pada kelompok umur 25 tahun sebanyak 2 orang 2,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek sosialisasi pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 15 orang 15,0 berpartisipasi dengan kategori baik. Responden pada kelompok umur antara 26 – 35 tahun sebanyak 10 orang 10,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek sosialisasi pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 50 orang 50,0 berpartisipasi dengan kategori baik. Responden pada kelompok umur antara 35 - 45 tahun sebanyak 1 orang 1,0 berpartisipasi pada aspek sosialisasi dengan kategori yang cukup baik, sisanya sebanyak 19 orang 19,0 berpartisipasi dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square pada table 4.10 diperoleh p = 0,509 p 0,05, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor karakteristik umur responden penelitian terhadap tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan program desa mandiri pangan pada aspek sosialisasi. Mayoritas responden pada kelompok umur 25 tahun sebanyak 2 orang 2,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek perencanaan Universitas Sumatera Utara pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 15 orang 15,0 berpartisipasi baik. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p = 0,509 p 0,05, artinya tidak ada pengaruh faktor karakteristik umur terhadap partisipasi masyarakat. Mayoritas responden pada kelompok umur 25 tahun sebanyak 1 orang 1,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek pelaksanaan pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 16 orang 16,0 berpartisipasi dengan kategori baik. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p = 0,209 p 0,05, artinya tidak ada pengaruh antara faktor karakteristik umur terhadap partisipasi masyarakat program desa mandiri pangan pada aspek pelaksanaan. Mayoritas responden pada kelompok umur 25 tahun hanya 1 orang 1,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek pemanfaatan pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 15 orang 15,0 berpartisipasi baik. Responden yang berumur antara 26 – 35 tahun, 2 orang 2,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek pemanfaatan pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 58 orang 58,0 berpartisipasi dengan kategori baik. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p = 0,579 p 0,05, artinya tidak ada pengaruh faktor karakteristik umur terhadap partisipasi masyarakat program desa mandiri pangan pada aspek pemanfaatan. Hasil penelitian yang sama ditemukan oleh Zbinden dan Lee 2005 dan Budhi 2006 dimana umur responden tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat Universitas Sumatera Utara partisipasi masyarakat, namun berdasarkan hasil penelitian Faham dkk 2008 dan Dolisca dkk 2006 memperoleh hasil yang berbeda dimana terdapat korelasi negatif antara umur dengan tingkat partisipasi masyarakat. 4.6.2. Pengaruh Karakteristik Pendidikan Terhadap Aspek Sosialisasi, Pelaksanaan, Perencanaan dan Pemanfaatan. Tingkat pendidikan masyarakat setempat yang tergolong rendah ini dapat mengakibatkan pola berfikir dan bertindak masyarakat tersebut dalam mempertimbangkan sesuatu keputusan terbatas, terutama dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Hal ini akan dapat berimplikasi pada 1 rendahnya tingkat adopsi inovasi, 2 rendahnya partisipasi masyarakat dalam program pengembangan kawasan dan 3 perilaku yang tidak berwawasan lingkungan dalam berinteraksi dengan lingkungan hidupnya Erwiantono, 2006 Mayoritas responden yang berpendidikan SMP sebanyak 10 orang 10,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek sosialisasi pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 53 orang 53,0 berpartisipasi baik. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p = 0,616 p 0,05, artinya tidak ada pengaruh faktor karakteristik pendidikan terhadap partisipasi masyarakat program desa mandiri pangan pada aspek sosialisasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 5. Mayoritas responden yang berpendidikan SMP sebanyak 10 orang 10,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek perencanaan pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 53 orang 53,0 berpartisipasi baik. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p = 0,616 p Universitas Sumatera Utara 0,05, artinya tidak ada pengaruh faktor karakteristik pendidikan terhadap partisipasi masyarakat program desa mandiri pangan pada aspek perencanaan. Mayoritas responden yang berpendidikan SMP sebanyak 9 orang 9,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek pelaksanaan pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 53 orang 53,0 berpartisipasi dengan kategori baik. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p = 0,276 p 0,05, artinya tidak ada pengaruh karakteristik pendidikan terhadap partisipasi masyarakat program desa mandiri pangan pada aspek pelaksanaan. Mayoritas responden yang mempunyai tingkat berpendidikan SMP sebanyak 2 orang 10,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek pemanfaatan pada kategori cukup baik, sebanyak 61 orang 61,0 berpartisipasi dengan kategori baik dan sisanya terdapat 1 orang 1,0 yang berpartisipasi dengan baik. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p = 0,515 p 0,05, artinya tidak ada pengaruh faktor karakteristik pendidikan terhadap partisipasi masyarakat program desa mandiri pangan pada aspek pemanfaatan. Pengaruh tingkat pendidikan formal terhadap tingkat partisipasi telah diteliti oleh Budhi 2006 dan Anggraeni 2009 dengan hasil berbeda dimana mereka menemukan bahwa tingkat pendidikan formal berpengaruh positif terhadap partisipasi. Chandran dan Chackacherry 2004 menemukan bahwa pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat partisipasi. Dolisca dkk. 2006 menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal berpengaruh negatif terhadap partisipasi. Universitas Sumatera Utara 4.6.3. Pengaruh Karakteristik Pendapatan Terhadap Aspek Sosialisasi, Pelaksanaan, Perencanaan dan Pemanfaatan. Dalam hubungan pendapatan dengan kegiatan partisipasi suatu kegiatan, kemiskinan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan. Selain itu ambisi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu juga mempunyai hubungan dengan tingkat ekonomi keluarganya. Jadi dengan tingkat pendapatan yang lebih baiktinggi dapat mendorong seseorang berpartisipasi lebih baiktinggi pula Erwiantono, 2006 Mayoritas responden yang berpenghasilan antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000,- sebanyak 7 orang 7,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek sosialisasi pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 44 orang 44,0 berpartisipasi baik. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi- square diperoleh p = 0,919 p 0,05, artinya tidak ada pengaruh faktor karakteristik pendapatan terhadap partisipasi masyarakat program desa mandiri pangan pada aspek sosialisasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 5. Mayoritas responden yang berpenghasilan antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000,- sebanyak 7 orang 7,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek perencanaan pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 44 orang 44,0 berpartisipasi dengan baik. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p = 0,919 p 0,05, artinya tidak ada pengaruh faktor karakteristik pendapatan terhadap partisipasi masyarakat program desa mandiri pangan pada aspek perencanaan. Hasil uji ini menunjukkan responden yang mempunyai penghasilan antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000,- lebih berpartisipasi secara baik dalam aspek perencanaan dibandingkan responden lainnya. Universitas Sumatera Utara Mayoritas responden yang berpenghasilan antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000,- sebanyak 6 orang 6,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek pelaksanaan pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 45 orang 45,0 berpartisipasi baik. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi- square diperoleh p = 0,885 p 0,05, artinya tidak ada pengaruh karakteristik pendapatan terhadap partisipasi masyarakat program desa mandiri pangan pada aspek pelaksanaan. Mayoritas responden yang berpenghasilan antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000,- sebanyak 1 orang 1,0 berpartisipasi dalam program desa mandiri pangan aspek pemanfaatan pada kategori cukup baik, sisanya sebanyak 50 orang 50,0 berpartisipasi baik. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji chi- square diperoleh p = 0,623 p 0,05, artinya tidak ada pengaruh faktor karakteristik pendapatan terhadap partisipasi masyarakat program desa mandiri pangan pada aspek pemanfaatan. Hasil penelitian yang sama ditemukan oleh Hamid 2010 dimana pendapatan responden tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat partisipasi masyarakat, namun berdasarkan hasil penelitian Arifin 2005 memperoleh hasil yang berbeda dimana terdapat pengaruh antara tinggi rendahnya pendapatan masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tidak adanya pengaruh faktor karakteristik umur, pendidikan, dan pendapatan terhadap partisipasi masyarakat dalam program desa mandiri pangan disebabkan oleh adanya sosialisasi yang mampu mengubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya mewujudkan program desa mandiri pangan demi terciptanya Universitas Sumatera Utara pertumbuhan ekonomi masyarakat desa, sehingga masyarakat baik tua maupun muda, kaya atau miskin yang mempunyai pendidikan atau tidak telah mempunyai kesadaran dan mau terlibat aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan desa mandiri pangan.

4.7. Analisis Regresi Linier Berganda

Persamaan regresi yang bisa dibentuk dari pengaruh partisipasi masyarakat terhadap program desa mandiri pangan di Kota Subulussalam dimana variabel dependennya adalah Program Desa Mandiri Pangan Y, sedangkan variabel independennya adalah variabel Aspek Sosialisasi X 1 , Aspek Perencanaan X 2 , Aspek Pelaksanaan X 3 dan Aspek Pemanfaatan X 4 . Berdasarkan data yang telah dianalisa dapat ditunjukkan dalam bagian output SPSS sebagai berikut: Tabel 4.1. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Unstandardized Coefficients B T hitung Sig Keterangan X1 Aspek Sosialisasi 0,271 3,809 0,000 Signifikan X2 Aspek Perencanaan 0,138 2,145 0,003 Signifikan X3 Aspek Pelaksanaan 0,275 2,892 0,005 Signifikan X4 Aspek Pemanfaatan 0,212 2,101 0,003 Signifikan A Konstanta 2,339 2,978 0,004 R = 0,875 Keterangan: R Square = 0,757 Jumlah data observasi : 100 F hitung = 77,90 variabel terikat: Program Desa Mandiri F tabel = 2,46 α = 0,05 T tabel = 1,660 Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa model regresi linier tersebut dapat dianalisis berdasarkan koefisiennya. Universitas Sumatera Utara Model persamaan regresi linier berganda berdasarkan Tabel di atas adalah : Y = 2,339 + 0,271 x1 + 0,138 x2 + 0,275 x3 + 0,212 x4 Dari persamaan regresi di atas diketahui hasil penelitian sebagai berikut: 1. Konstanta α sebesar 2,339 ini berarti jika seluruh variabel independen yaitu variabel Aspek Sosialisasi X 1 , Aspek Perencanaan X 2 , Aspek Pelaksanaan X 3 , dan Aspek Pemanfaatan X 4 sama dengan nol maka program desa mandiri pangan Y bernilai positif sebesar 0,451. 2. Koefisien regresi Aspek Sosialisasi b 1 sebesar 0,271 dengan signifikan sebesar 0,000 secara statistik positif dan signifikan dan sesuai dengan hipotesis, hal tersebut berarti pengaruh aspek sosialisasi X 1 terhadap program desa mandiri pangan Y sebesar 0,271. Artinya setiap kenaikan aspek sosialisasi X 1 sebesar 100 maka mengakibatkan keberhasilan program desa mandiri pangan naik sebesar 0,271 atau meningkat 27,1 3. Koefisien regresi Aspek Perencanaan b 2 sebesar 0,138 dengan signifikan sebesar 0,003 secara statistik positif dan signifikan dan sesuai dengan hipotesis, hal tersebut berarti pengaruh aspek perencanaan X 2 terhadap program desa mandiri pangan Y sebesar 0,138. Artinya setiap kenaikan aspek perencanaan X 2 sebesar 100 maka mengakibatkan keberhasilan program desa mandiri pangan naik sebesar 0,138 atau meningkat 13,8 4. Koefisien regresi Aspek Pelaksanaan b 3 sebesar 0,275 dengan signifikan sebesar 0,005 secara statistik positif dan signifikan dan sesuai dengan hipotesis, hal tersebut berarti pengaruh aspek pelaksanaan X 3 terhadap program desa mandiri pangan Y sebesar 0,275. Artinya setiap kenaikan Universitas Sumatera Utara aspek perencanaan X 3 sebesar 100 maka mengakibatkan keberhasilan program desa mandiri pangan naik sebesar 0,275 atau meningkat 27,5 5. Koefisien regresi Aspek Pemanfaatan b 4 sebesar 0,212 dengan signifikan sebesar 0,003 secara statistik positif dan signifikan dan sesuai dengan hipotesis, hal tersebut berarti pengaruh aspek pemanfatan X 4 terhadap program desa mandiri pangan Y sebesar 0,212. Artinya setiap kenaikan aspek pemanfaatan X 4 sebesar 100 maka mengakibatkan keberhasialan program desa mandiri pangan naik sebesar 0,212 atau meningkat 21,2

4.7.1. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi berganda R 2 atau R square = 0,757 atau 75,7 diambil nilai adjusted R square karena variabel independen lebih dari dua menunjukkan bahwa variasi Aspek Sosialisasi, Aspek Perencanaan, Aspek Pelaksanaan, dan Aspek Pemanfaatan berpengaruh terhadap Program Desa Mandiri Pangan sebesar 75,7 dan sisanya sebesar 24,3 dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini seperti berapa lama seseorang telah menetap di daerah tersebut. Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut. Universitas Sumatera Utara

4.7.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi berganda R pada variabel variabel Program Desa Mandiri Pangan = 0,875 menunjukkan adanya hubungan antara Aspek Sosialisasi, Aspek Perencanaan, Aspek Pelaksanaan, dan Aspek Pemanfaatan terhadap Program Desa Mandiri Pangan sebesar 87,5. 4.8. Pembuktian Hipotesis 4.8.1. Pembuktian Hipotesis Pertama Chi-Square Hipotesis penelitian ini menduga adanya pengaruh antara karakteristik respoden yang terdiri dari umur, pendidikan dan pendapatan respoden terhadap partisipasi masyarakat pada Program Desa Mandiri Pangan. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut dilakukan uji Chi-Square. Uji Chi-Square ini dilakukan dengan melihat taraf signifikan 0,05. Berdasarkan hasil analisis semua variabel karakteristik responden mempunyai tingkat signifikan di atas 0,05 sehingga H diterima dan H A ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden yang terdiri dari umur, pendidikan dan pendapatan tidak berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam program desa mandiri pangan di Kota Subulussalam.. 1. Umur Slamet 1994:137-143 mengatakan bahwa secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh Universitas Sumatera Utara pada partisipasi. Namun hasil analisis penelitian in imenunjukkan bahwa perbedaan umur seseorang tidak menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat partisipasi masyarakat. Sebagian besar masyarakat pada setiap kelompok umur memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam menyukseskan program desa mandiri pangan. Rosa 2009 mengatakan bahwa semakin tua umur responden, maka tingkat partisipasinya semakin rendah. Hal ini berkaitan dengan tingkat pemahaman responden terhadap program, semakin tua umur responden, maka tingkat pemahaman terhadap program semakin berkurang, artinya responden dengan umur yang tua sulit menerima dan memahami program dikarenakan faktor usia, sehingga hal ini berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dalam program cenderung rendah. Namun semakin muda umur responden, maka tingkat pemahaman terhadap program menjadi semakin tinggi, artinya usia muda lebih muda menerima dan memahami program dibandingkan dengan usia tua, sehingga tingkat partisipasi dalam program cenderung tinggi. Namun berdasarkan hasil penelitiannya Rosa juga menambahkan bahwa hubungan usia dengan tingkat partisipasi tidak nyata. Kesimpulan dari penelitian ini sejalan dengan pendapat Damanik 2011 dan Zbinden dan Lee 2005 serta Budhi 2006 yang menyatakan tidak adanya pengaruh antara umur dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tidak adanya pengaruh tersebut disebabkan oleh adanya pola pemberdayaan yang sifatnya bottom-up intervention yang menghargai dan mengakui bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan Universitas Sumatera Utara permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan prinsip swadaya dan kebersamaan sehingga dengan adanya pemberdayaan seperti ini masyarakat dari berbagai tingkatan umur mempunyai kesadaran terhadap pengembangan potensi yang ada di desanya telah sehingga bagi mereka ada harapan pengembangan ekonomi berbasis masyarakat. 2. Pendapatan Slamet 1994:137-143 mengatakan bahwa secara teoritis terdapat pengaruh antara pendapatan dan tingkat partisipasi masyarakat. Demikian juga dengan Abe 2001, bahwa partispasi masyarakat merupakan hal terpenting dalam pembangunan desa yaitu akan menjadi wahana political educatioan yang sangat baik, salah satu cirinya adalah partisipasi masyarakat yang diwujudkan dalam pemanfaatan hasil dan evaluasi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Rosa 2009 mengatakan bahwa tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat berkorelasi Artinya, semakin rendah tingkat pendapatan responden, maka semakin tinggi partisipasi responden dalam program. Semakin tidak berpenghasilan tidak bekerja maka kontribusi waktu lebih banyak, sehingga tingkat partisipasi lebih tinggi daripada responden yang memiliki pendapatan tinggi dengan kontribusi waktu lebih sedikit sehingga tingkat partisipasi dalam program cenderung rendah. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi tidak nyata. Berdasarkan analisis, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Slamet 1994:137-143 dan Abe 2001,dikarenakan tingkat pendapatan masyarakat yang menjadi anggota kelompok tani berasal dari Universitas Sumatera Utara masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan yang seragam, sehingga tidak berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat, selain itu model partisipasi masyarakat di kota Subulussalam bernuansa gotong royong dengan dasar kearifan lokal juga menyebabkan tidak adanya pengaruh perbedaan pendapatan masyarakat terhadap partisipasi. Masyarakat termotivasi untuk berpartisipasi secara aktif dalam merencanakan, mengsosialisasikan, melaksananan dan memanfaatkan program desa mandiri pangan demi meningkatkan taraf kehidupan ekonomi masyarakat sekitar. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Hamid 2010 yang menyatakan tidak adanya pengaruh signifikan antara pendapatan dengan partisipasi masyarakat. 3. Pendidikan Slamet 1994:137-143 dan Sunarti 2003:27 mengemukakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi, salah satunya adalah tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh bagi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada. Rosa 2009 mengatakan bahwa tingkat pendidikan berpartisipasi nyata terhadap partisipasi. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin tinggi tingkat partisipasinya. Apabila semakin tinggi tingkat pendidikan responden , maka semakin luas pengetahuan sehingga memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan, kemudian hal ini berpengaruh terhadap keterlibatannya dalam program pemerintah. Universitas Sumatera Utara Namun hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara faktor pendidikan dan tingkat partisipasi masyarakat, hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani di kota subulussalam didominasi oleh lulusan sekolah menengah pertama. Sehingga perbedaaan pengaruh antara masing-masing tingkat pendidikan tidak terlalu muncul dalam penelitian ini. Tidak adanya pengaruh antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandran dan Chackacherry, 2004.

4.8.2. Pembuktian Hipotesis Kedua

Hipotesis penelitian ini menduga ada pengaruh partisipasi masyarakat yang terdiri dari variabel Aspek Sosialisasi, Aspek Perencanaan, Aspek Pelaksanaan, dan Aspek Pemanfaatan berpengaruh secara simultan terhadap Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut dilakukan uji F. Uji F ini dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel . Jika F hitung F tabel maka persamaan regresi dan koefisien korelasinya signifikan sehingga H ditolak dan H A diterima. Atau dapat pula dilihat dari level of signifikan alpha α =0,05. Jika nilai signifikan lebih dari 0,05 maka H ditolak dan H A diterima. sedangkan formulasi H dan H A adalah sebagai berikut: 1. H 01 : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = 0, berarti partisipasi masyarakat yang terdiri dari variabel Aspek Sosialisasi, Aspek Perencanaan, Aspek Pelaksanaan, dan Universitas Sumatera Utara Aspek Pemanfaatan tidak berpengaruh secara simultan terhadap Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam. 2. H A1 : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ b 4 ≠ 0, berarti partisipasi masyarakat yang terdiri dari variabel Aspek Sosialisasi, Aspek Perencanaan, Aspek Pelaksanaan, dan Aspek Pemanfaatan berpengaruh secara simultan terhadap Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam. Karena tingkat signifikansi uji F sebesar 0,000 Þ 0,05 atau F hitung 77,90 F tabel 2,46. Dari hasil tersebut maka H 01 ditolak dan H A1 diterima. Berarti partisipasi masyarakat terdiri dari variabel Aspek Sosialisasi, Aspek Perencanaan, Aspek Pelaksanaan, dan Aspek Pemanfaatan berpengaruh secara simultan terhadap keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam terbukti. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Adisasmita 2006:45, yang menyatakan bahwa agar pembangunan di suatu daerah pedesaan lebih efektif mengingat dana pembangunan desa terbatas perlu beberapa langkah sebagai berikut: 1 pemilihan prioritas pembangunan yang di susun dengan kriteria yang terukur 2 Peningkatan peran serta dan keterlibatan masyarakat yaitu partisipasi untuk mendukung program pembangunan pedesaan. Partisipasi masyarakat menuntut keterlibatan langsung masyarakat dalam segala keputusan kegiatan pembangunan. Selain itu peran serta berbagai lapisan masyarakat merupakan bentuk sukarela untuk mendukung keberlanjutan suatu pembangunan di wilayah pedesaan. Universitas Sumatera Utara

4.8.3. Pembuktian Hipotesis Ketiga, Keempat, Kelima, dan Keenam

Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel bebas Aspek Sosialisasi, Aspek Perencanaan, Aspek Pelaksanaan, dan Aspek Pemanfaatan secara parsial terhadap keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam. Berdasarkan Tabel 4.22 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pembuktian hipotesis ketiga

a. H 03 : b 3 = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel aspek sosialisasi secara parsial terhadap keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam. b. H A3 : b 3 ≠ 0, berarti ada pengaruh variabel aspek sosialisasi secara parsial terhadap keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam. Nilai T hitung variabel aspek sosialisasi X 1 adalah T hitung 3,809 T tabel 1,660 dengan tingkat signifikan 0,004 Þ 0,05. Dari hasil tersebut maka H 03 ditolak dan H A3 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara aspek sosialisasi yang dilakukan pelaksana kegiatan sosialisasi secara parsial terhadap keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam terbukti. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapatan Norland 1992 menemukan bahwa petani berpartisipasi dalam penyuluhan karena mereka mempunyai waktu untuk berpartisipasi, memiliki motivasi internal yang kuat, informasi yang disediakan berkualitas dan secara sosial mereka menikmatinya. Dari aspek Universitas Sumatera Utara perubahan perilaku, seseorang akan berpartisipasi jika mereka mendapatkan pengetahuan tentang program yang dikembangkan dengan efektif dan benar Dolisca, dkk., 2006; Blackstock, dkk., 2010. Pengetahuan tentang program desa mandisi pangan bisa diperoleh masyarakat dengan mengikuti berbagai kegiatan sosialisasi.

2. Pembuktian hipotesis keempat

Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Program Pengendalian DBD yang Dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan Terhadap Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Bagan Deli Belawan Tahun 2012

4 64 200

Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara)

2 58 96

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

34 202 85

DAMPAK PROGRAM AKSI DESA MANDIRI PANGAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT (Survey Pada Anggota Kelompok Afinitas Desa Mandiri Pangan Di Desa Girijaya Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut).

0 1 1

PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT DESA DI KABUPATEN PURWAKARTA (Studi Kasus di Desa Margaluyu dan Desa Batutumpang.

0 0 4

STUDI PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN DI DESA MUNTUK, KABUPATEN BANTUL - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

1 0 147

6. Pendapatan Sebulan - Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebrhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam

0 0 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemberdayaan - Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebrhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebrhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam

0 0 10

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN DI KOTA SUBULUSSALAM TESIS

0 0 17