Konsep Investasi Teori Investasi

mempergunakan metode produksi padat modal. Singkatnya mereka senantiasa akan memilih teknologi produksi yang hemat memakai faktor produksi yang harganya relatif rendah. 3. Bahwa produsen akan berusaha melakukan kombinasi penggunaan antara faktor modal dan faktor tenaga kerja yang paling meminimalkan biaya produksi untuk mencapai output tertentu least cost combination of factors. Atau dengan perkataan lain, produsen akan berusaha secara efesien dengan teknik produksi yang tepat. Hal ini akan sangat ditentukan oleh perbandingan harga faktor yang dihadapi oleh produsen relative factor prices. Dalam hal ini harga dipandang merupakan sinyal kelangkaan faktor produksi Todaro, 2003:303-304

2.5 Investasi

2.5.1 Konsep Investasi

Investasi investment menurut Mankiw 2003, dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada net additional to exixting capital stock . Istilah lain dari investasi adalah akumulasi modal capital accumulation atau pembentukan modal capital formation. Menurut Mankiw, terdapat tiga jenis pengeluran investasi, yaitu investasi tetap bisnis business fixed investment mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses produksi. Investasi residensial residential investment mencakup rumah baru untuk tempat tinggal dan untuk disewakan. Investasi persediaan inventory investment mencakup barang-barang yang disimpan perusahaan di gudang, termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang dalam proses produksi, dan barang jadi.

2.5.2 Teori Investasi

 Teori Investasi dari Keynes John Maynard Keynes mendasarkan teori tentang permintaan investasi atas konsep marginal kapital marginal efficiency of capital atau MEC. MEC dapat didefinisikan sebagai tingkat perolehan bersih yang diharapkan expencted net rate of return atas pengeluaran tambahan kapital. MEC juga dapat diartikan tingkat diskonto discount rate yang menyatakan aliran perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan. MEC dapat dirumuskan dalam formula sebagai berikut: n n K MEC R MEC R MEC R C 1 ... 1 1 2 2 1 1 ……………. 2.44. dimana R merupakan perolehan yang diharapkan expected return dari sudut proyek, dan C k adalah biaya sekarang current cost dari modal tambahan. Keputusan investasi sangat tergantung pada perbandingan antara present value PV di satu pihak dan current cost of additional capital C k di lain pihak. Apabila PV C k , maka diputuskan investasi dilakukan, sebaliknya kalau PV C k diputuskan investasi tidak dilakukan. n n i R i R i R PV 1 ... 1 1 2 2 1 1 ……………..………..………. 2.45 Persamaam investasi di atas dapat ditulis kembali dalam formula: n n n n MEC R MEC R MEC R i R i R i R 1 ... 1 1 1 ... 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 … 2.46 Sedangkan hubungan antara permintaan investasi dan tingkat suku bunga i dengan MEC tertentu, dinyatakan dalam fungsi sebagi berikut: I = f i given MEC …………………………………......………… 2.47 Apabila tingkat bunga turun akan menyebabkan permintaan investasi meningkat dan hal yang sebaliknya akan berlaku kalau tingkat bunga mengalami kenaikan.  Teori Neo Klasik Teori neo klasik neoclassical theory of investment merupakan teori tentang akumulai kapital optimal. Menurut Teori neo klasik, stok kapital yang diinginkan ditentukan oleh output dan harga jasa kapital relatif terhadap harga output . Harga jasa kapital pada gilirannya bergantung pada barang-barang modal, tingkat bunga, dan perlakukan pajak atas pendapatan perusahaan. Dengan demikian, menurut teori neo klasik perubahan di dalam output dan harga dari jasa kapital relatif terhadap harga output akan mengubah atau mempengaruhi stok kapital yang diinginkan dan investasi. Seperti halnya Teori Akselerator, output ditentukan oleh stok kapital yang diinginkan. Oleh kerenanya, kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah atau penurunan di dalam pajak pendapatan perusahaan akan mendorong investasi melalui dampaknya atas permintaan agregat, dan selanjutnya output. Perlakuan atas pendapatan perusahaan merupakan hal penting. Menurut teori neo klasik, pajak perusahaan penting dikarenakan pengaruhnya atas harga dan jasa kapital, karena akan berpengaruh terhadap ketersediaan dana internal. Teori neo klasik mengatakan bahwa kebijakan moneter melalui pengaruhnya atas tingkat suku bunga dapat mempengaruhi atau mengubah stok kapital yang diinginkan dan investasi Mankiw, 2003. 2.6 Sektor Unggulan dan Pengembangan Sektor Djakapermana 2010, menyatakan bahwa pengembangan sektor memiliki relevansi yang kuat dengan pengembangan wilayah. Wilayah dapat berkembang melalui berkembangnya sektor-sektor unggulan pada wilayah tersebut yang mendorong sektor lainnya. Selanjutnya sektor lain akan berkembang dan mendorong sektor yang lainnya llagi yang terkait sehingga membentuk suatu keterkaitan antar sektor. Dalam sektor ini pengembangan sektor menjadi salah satu pendekatan yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan wilayah. Agar prioritas pembangunan menjadi lebih kongkrit dan tajam, maka sebaiknya masing-masing daerah dapat menentukan komoditi keunggulan daerah yang dapat dikembangkan. Membahas produk atau komoditi unggulan yang perlu dikembangkan di daerah, berarti memberi perhatian terhadap ketersediaan dan bagaimana pemanfaatan sumber daya sebagai input bagi pengembangan produk terutama pengembangan komoditi unggulan daerah. Ketersediaan dan pemanfaatan input tersebut diharapkan pula dapat memperbesar jumlah produk yang terjual ekspor. Didalam analisis Input-Output menjelaskan Kegunaan Input-Output Tarigan 2006 yaitu sebagai berikut: 1. Menggambarkan kaitan antarsektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah. Dapat dilihat bahwa perekonomian wilayah bukan lagi sebagai kumpulan sektor-sektor, melainkan merupakan satu sistem yang saling berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan lansung mempengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu akan terjadi secara bertahap. 2. Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik backward lingkage dan daya mendorong forward lingkage dari setiap sektor sehingga mudah menetapkan sektor mana yang dijadikan sebagai sektor strategis dalam perencanaan pembangunan perekonomian wilayah. 3. Dapat mengetahui dampak pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat kemakmuran, seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor diketahui akan meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah kemakmuran. 4. Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah karena bisa melihat permasalahan secara komprehensif. 5. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah, seandainya input- nya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja atau modal. Sektor unggulan di masing-masing daerah, dengan mengunakan tabel I-O dapat ditentukan beberapa kriteria sehingga sektor tersebut sebagai sektor unggulan yaitu: 1. Sumbangan sektor produksi tersebut pada total output di masing-masing Provinsi share output. 2. Sumbangan sektor tersebut terhadap nilai tambah bruto pendapatan regional di masing-masing Provinsi share PDRB. 3. Daya penyebaran DP dan derajat kepekaan DK, yang merupakan keterkaitan sektor ke hulu dan ke hilir forward dan backward linkage terhadap sektor produksi lainnya. 4. Nilai multiplier output, nilai tambah bruto, dan tenaga kerja 5. Perdagangan barang dan jasa Analisis perdagangan, Persentase nilai ekspor dari output, Kontribusi ekspor sektor terhadap total ekspor, Spesialisasi ekspor atau spesialisasi perdagangan, Pembentukan investasi dan persentase investasi sektor terhadap total investasi. 6. Prospek sektor tersebut di masa yang akan datang, dengan melihat potensi masing-masing Provinsi dan rata-rata pertumbuhan sektor tersebut dan juga dengan mempertimbangkan kondisi daerah atau provinsi masing-masing. Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir dan output tersebut. Artinya jumlah output yang dapat diproduksi tergantung dari jumlah permintaan akhirnya. Namun demikian dalam keadaan tertentu, output justru yang menentukan jumlah permintaan akhirnya. Untuk melihat kinerja perekonomian suatu wilayah atau suatu Provinsi biasanya digunakan indikator-indikator makroekonomi, seperti peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan Tarigan 2006. Dalam konteks analisis input-output regional dalam menampilkan struktur ekonomi daerah Model Input-Output Regional, maka beberapa pengertian yang dianggap layak untuk dibahas dalam rangka menganalisis kinerja perekonomian suatu daerah atau Provinsi adalah : 1 pertumbuhan ekonomi daerah atau regional, 2 pendapatan daerah berupa produk domestik regional bruto PDRB dan 3 distribusi pendapatan daerah. Pendapatan regional menunjukkan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai oleh suatu daerah pada tahun tertentu. Sedangkan pertumbuhan ekonomi daerah menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi daerah yang terjadi dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi daerah kita harus membandingkan pendapatan daerah tersebut dari tahun ke tahun. Di dalam Model Interregional Input-Output IRIO, keterkaitan antarregion adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Apa yang terjadi di suatu region besar kemungkinannya berpengaruh kepada region lain, dalam suatu lingkup perekonomian yang lebih besar intensitas interaksinya. Model Interregional Input-Output atau Interregional I-O IRIO membagi perekonomian nasional berdasarkan sektor-sektor dan daerah kegiatan. Sehingga secara lebih spesifik, Model Interregional Input-Output ini didefinisikan sebagai kerangka statistik yang memperlihatkan hubungan antara sektor ekonomi dari suatu region dengan region lainnya. Pada dasarnya model ini menggambarkan suatu kombinasi dari beberapa Tabel I-O regional daerah tunggal dengan memperlakukan estimasi khusus matrik impor antara regional. Model I-O Interregional mensyaratkan tersedianya data untuk menghitung koefisien input regional yang harus dapat menunjukkan mana input berasal dari regionnya sendiri, dan mana input yang berasal dari region-region lain. Pada kenyataannya, data yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien input regional tersebut jarang sekali ada. Atas dasar ketersediaan data yang jarang seperti itu, maka Model Input-Output Multiregional IRIO dapat disusun, yaitu dengan mendapatkan koefisien teknis regional tanpa melihat atau memperhatikan asal usul dari region mana suatu input didapatkan. Nazara 1997. Konsep multiplier adalah sangat penting dalam perencanaan, karena angka tersebut memberikan gambaran atau ukuran dampak peningkatan output suatu sektor terhadap total output di suatu wilayah. Semakin besar nilai multiplier tersebut, maka sektor tersebut memiliki keunggulan. Output dalam model I-O dapat dihitung dengan rumus : m = I - A -1 FD …………………………………… 2.48 Ij : baris dan kolom n : jumlah sektor FD : Permintaan akhir I : matriks identitas A : matriks koefisien teknologi I-A -1 : multiplier output matriks invers Leontief m : multiplier Dalam analisis input-output multiregional, perubahan pada permintaan akhir di suatu region, misalnya di daerah A, tidak hanya berpengaruh pada produksi output di daerah A saja , tetapi juga berpengaruh terhadap pembentukan output di daerah lain-nya. Kegunaan tabel I-O dalam analisis makro ekonomi adalah untuk mengukur seberapa jauh atau seberapa besar terjadi keterkaitan linkage antara sektor-sektor ekonomi. Di dalam tabel I-O multiregional, analisis keterkaitan tidak hanya menganalisis keterkaitan di dalam satu regional, tetapi bisa juga dijabarkan menjadi lintas sektoral dan lintas regional. Yang dimaksud dengan analisis keterkaitan disini adalah suatu analisis untuk mendeteksi kepekaan dari peningkatan output suatu sektor. Besarnya dampak keterkaitan ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu : tingkat keterkaitan ke depan forward linkage atau disebut derajat kepekaan; dan tingkat keterkaitan ke belakang backward linkage atau disebut daya penyebaran. Keterkaitan Kebelakang backward linkage atau Daya Penyebaran. Daya penyebaran power of dispersion adalah suatu analisis yang menggambarkan permintaan suatu sektor terhadap sektor-sektor produksi lainnya. Jumlah daya penyebaran menunjukkan dampak dari satu unit permintaan akhir suatu sektor terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-masing sektor secara keseluruhan. Jumlah daya penyebaran merupakan suatu ukuran untuk menganalisis keterkaitan ke belakang backward linkage. Indikator keterkaitan kebelakang ini sering dipandang sebagai perwujudan dari sektor yang memiliki basis aktivitas domestik resources base sector. Apabila suatu wilayah hendak membangun, biasanya keterkaitan kebelakang ini menjadi salah satu indikator yang penting. Apabila sektor ini berkembang, maka sektor ini bisa menarik sektor-sektor yang berada di belakangnya sebagai penyedia input, sehingga dengan mendorong sektor yang forward linkage-nya kuat maka juga akan membawa pertumbuhan sektor-sektor lain. Keterkaitan kebelakang sektor akan menarik perkembangan sektor yang berada dibelakangnya sebagai penyedia input untuk bertumbuh dan berkembang. Semakin besar keterkaitan ke belakang dari sektor ini, maka semakin unggul sektor tersebut. Keterkaitan ke Depan forward linkages atau Derajat Kepekaan. Indikator keterkaitan ke depan ini sering dipandang sebagai perwujudan dari sektor yang memiliki basis aktivitas domestik resources base sector. Apabila suatu wilayah hendak berkembang , biasanya keterkaitan kedepan ini menjadi salah satu indikator yang penting. Apabila sektor ini berkembang, maka sektor ini bisa mendorong sektor-sektor yang berada di depannya sebagai pemakai output, sehingga dengan mendorong sektor yang backward linkage-nya kuat maka juga akan membawa pertumbuhan sektor-sektor lain. Derajat kepekaan degree of sensitivity adalah suatu analisis yang menggambarkan kemampuan suatu sektor dalam mensuplay sektor-sektor produksi lainnya. Jumlah derajat kepekaan menunjukkan pembentukan output di suatu sektor yang dipengaruhi oleh permintaan akhir masing-masing sektor perekonomian. Jumlah derajat kepekaan ini merupakan suatu ukuran untuk menganalisis keterkaitan ke depan forward linkage. Jumlah derajat kepekaan yaitu besaran yang menjelaskan dampak yang terjadi terhadap output suatu sektor sebagai akibat dari perubahan permintaan akhir pada masing-masing sektor perekonomian. Oleh karena ini menjelaskan pembentukan output di suatu sektor yang dipengaruhi oleh permintaan akhir masing-masing sektor perekonomian maka ukuran ini dapat digunakan untuk melihat keterkaitan ke depan forward linkage. Keterkaitan ke depan sektor ini akan mendorong perkembangan sektor yang berada di depan-nya sebagai penguna output, sehingga dia dapat untuk bertumbuh dan berkembang. Semakin besar keterkaitan ke depan dari sektor ini, maka sektor ini sebagai sektor unggulan. Dalam model I-O Output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir terhadap output tersebut. Dampak perubahan permintaan akhir terhadap pembentukan output terkait dengan : 1 Dampak output adalah dampak perubahan permintaan akhir terhadap pembentukan output sektoral di dalam region ataupun lintas region. 2 Dampak nilai tambah bruto adalah dampak perubahan permintaan akhir terhadap perubahan input primer nilai tambah bruto; dan 3 Dampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang berfungsi untuk menganalisis dampak perubahan permintaan akhir terhadap kebutuhan tenaga kerja. Dampak Output merupakan pembentukan nilai tambah dari output. Indikator ini menunjukkan persentase pembentukan nilai tambah dan nilai output yang diproduksi oleh satu sektor. Semakin besar nilai tambah dari total outputnya berarti sektor tersebut dianggap memiliki keunggulan Dampak Nilai Tambah Bruto adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara nilai tambah bruto dengan output bersifat linier. Artinya, kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan input primer nilai tambah bruto. Semakin proposional hubungan nilai tambah bruto sektor dengan output sektor maka semakin ungul sektor tersebut. Kontribusi nilai tambah sektor terhadap total nilai tambah. Indikator ini dimaksudkan untuk melihat peran atau kontribusi nilai tambah suatu sektor terhadap seluruh nilai tambah perekonomian. Semakin besar kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian, maka semakin penting posisi sektor tersebut sebagai unggulan. Penggunaan input domestik. Kriteria ini banyak dipakai untuk penentuan kebijakan pembangunan negara berkembang, dengan tujuan untuk menghemat devisa serta mengembangkan kegiatan yang banyak memanfaatkan sumber daya domestik. Semakin besar penggunaan input suatu sektor, maka sektor tersebut bisa dianggap memiliki keunggulan. Analisis Dampak Kebutuhan Tenaga Kerja. Estimasi kebutuhan atau daya serap tenaga kerja sektoral di region-region Provinsi –Provinsi yang terkait, apabila terjadi kenaikan pada output sektoral yang dipengaruhi, oleh komponen- komponen permintaan akhir. Apabila dampak dari kenaikan output sektoral menyebabkan terjadinya kenaikan kebutuhan tenaga kerja maka sektor tersebut unggul pada region tersebut. Persentase nilai ekspor dari output. Pemahaman nilai ekspor dari output sebenarnya bersumber dari keyakinan bahwa ekspor merupakan mesin pertumbuhan atau engine of growth. Artinya pertumbuhan perekonomian domestik adalah memanfaatkan perkembangan pasar luar, misalnya disebabkan oleh relatif terbatasnya daya serap pasar domestik atau sering disebut outward looking strategy. Semakin besar output suatu sektor, untuk diekspor maka sektor tersebut dianggap unggul. Kontribusi ekspor sektor terhadap total ekspor, berkait dengan kriteria sebelumnya, suatu sektor yang memiliki peran besar dalam total ekspor berarti sektor tersebut memiliki keunggulan. Spesialisasi ekspor atau spesialisasi perdagangan. Hampir sama dengan indikator sebelumnya, spesialisasi ekspor ini ditujukan untuk melihat spesialisasi ekspor suatu sektor dari perdagangan eksport-import di sektor tersebut. Semakin besar positif spesialisasi ekspor sektor tersebut, maka sektor tersebut dikatakan sebagai sektor unggulan. Apabila peran impornya makin besar maka sektor tersebut bukan sektor unggulan. Pembentukan investasi. Konsep pembentukan investasi mendasarkan bahwa apabila suatu sektor outputnya banyak dipergunakan untuk investasi kembali maka sektor tersebut dikategorikan sebagai sektor unggulan. Persentase investasi sektor terhadap total investasi. Suatu sektor yang output nya banyak digunakan untuk investasi kembali relatif besar di dalam total investasi perekonomian maka sektor tersebut dikategorikan sektor unggulan.

2.7 Model Interregional Input-Output