Analisis Potensi Pengembangan Pertanian

Gambar 34. Peningkatan investasi pertanian sebesar 60 setelah cadangan timah habis. Dengan demikian, maka, jika opsi pengembangan pertanian dipilih sebagai opsi pengganti ekonomi timah, maka pengembangan pertanian harus dilakukan jauh sebelum cadangan timah habis. Jika opsi ini dipilih, maka ketika tambang timah habis, maka sektor pertanian sudah mampu menopang perekonomian Provinsi Bangka Belitung. Hal ini akan semakin kuat jika didukung oleh pengembangan sektor industri pengolah hasil pertanian.

6.2.5 Analisis Potensi Pengembangan Pertanian

Hasil Analisis menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor yang layak dikembangkan sebagai sektor ekonomi pengganti timah. Untuk mengetahui peluang pengembangan sektor pertanian di Provinsi Bangka Belitung perlu diketahui kesesuaian lahan dan ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas pertanian serta revitalisasi komoditas pertanian yang prospektif dikembangkan di Provinsi Bangka Belitung.

6.2.5.1. Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Komoditas Pertanian.

Analisis kesesuaian lahan menggunakan data landsystem, untuk mengetahui lahan yang mempunyai kecocokan untuk dikembangkan komoditas pertanian tertentu. Untuk menentukan suatu lahan dapat dipergunakan untuk pengembangan pertanian dilakukan overlay beberapa jenis peta yaitu : 1 Peta Kawasan Hutan dan Perairan, untuk menentukan lahan yang berada di kawasan APL Alokasi PDRB 2,005 2,010 2,015 2,020 2,025 2,030 2,035 2,040 20,000,000 40,000,000 60,000,000 PDRB_DAGANG_1 PDRB_INDUSTRI_1 PDRB_JASA_1 PDRB_PERTANIAN_1 PDRB_TAMBANG_1 PDRB_TIMAH_1 TAHUN P D R B 000 R U P IA H Penggunaan Lain, 2 Peta Penggunaan Lahan, untuk menentukan kawasan pertanian, 3 Peta Landsystem, untuk menentukan kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian tertentu. Gambar 35. Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kep. Bangka Belitung Berdasarkan peta Kawasan hutan dan Perairan, Provinsi Kep. Bangka Belitung hanya memiliki kawasan Hutan Lindung, Hutan Produksi dan APL Alokasi Penggunaan Lain. Dengan demikian, daerah yang dapat dipergunakan untuk kegiatan non kehutanan adalah kawasan APL. Karenanya, pengembangan komoditas pertanian di Provinsi Kep. Bangka Belitung hanya dapat dilakukan pada kawasan APL. Sedangkan berdasarkan peta sistem lahan, sebagian besar wilayah Prov. Kep. Bangka Belitung adalah dataran. Jika kedua peta ini ditumpang tindihkan maka akan diperoleh data kawasan di daerah dataran yang boleh dikelola untuk kegiatan pertanian. Sedangkan dari peta penutupan lahan yang diperoleh dari analisis citra Landsat TM tahun 2006, diketahui tutupan lahan yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Terlihat bahwa lahan pertanian lahan kering mendominasi pola penutupan lahan di Provinsi Bangka Belitung. Selain itu terlihat beberapa kawasan telah dikembangkan perkebunan. Berdasarkan analisis output sektor pertanian pada Tabel 24, sub sektor perkebunan merupakan sub sektor yang paling besar nilai outputnya dibanding dengan sub sektor lainnya. Salah satu komoditas pertanian yang sudah berkembang dan sangat terkenal dari Provinsi Bangka Belitung adalah Lada. Gambar 36 Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Lada Bagi masyarakat Bangka Belitung, lada merupakan salah satu komoditi unggulan yang memiliki rasa dan aroma yang khusus, yang tidak dimiliki oleh lada dari wilayah lain di dunia. Bahkan lada putih dengan merk dagang Muntok White Pepper dikenal sebagai salah satu lada terbaik di dunia sejak jaman Belanda. Perkembangan perkebunan lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah mengalami kemunduran. Hal ini terlihat dari luas arealnya yang terus berkurang dari 63.956,79 hektar pada tahun 2002 menjadi 34.038 hektar pada tahun 2008 atau berkurang sekitar 46,8 persen selama periode 2002-2008. Diperkirakan areal tersebut akan terus berkurang bila tidak dilakukan upaya penanganan secara khusus. Demikian halnya produksi dari 33.000 ton pada tahun 2002 menjadi 13.000 ton pada tahun 2008 atau menurun 60,6 persen. Angka ini hanya 21 persen dari total produksi pada masa kejayaannya pada tahun 1987, yaitu sekitar 62.000 Ton. Selain itu, produktivitasnya juga semakin rendah, yaitu sekitar 800 hingga 1.000 kilogram per hektar, yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan produktivitas pada tahun 1987 yang bisa mencapai 2,1 ton per hektar. Meskipun perkebunan lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah mengalami kemunduran, namun saat ini komoditi tersebut kembali menjadi sangat penting, mengingat deposit timah semakin berkurang sehingga petani mulai memperhatikan kembali pertanaman lada dalam menopang ekonomi keluarganya. Tabel 26 Potensi Pengembangan Lada Prov. Bangka Belitung NO NAMA DAERAH LUAS LAHAN 1 Kabupaten Bangka Lahan yang sudah Digunakan Ha: 3.316 Status Lahan: Perkebunan Rakyat 2 Kabupaten Bangka Barat Lahan yang sudah Digunakan Ha: 7.338 Status Lahan: Perkebunan Rakyat 3 Kabupaten Bangka Selatan Lahan yang sudah Digunakan Ha: 14.899 Status Lahan: Perkebunan Rakyat 4 Kabupaten Bangka Tengah Lahan yang sudah Digunakan Ha: 2.098 Status Lahan: Perkebunan Rakyat 5 Kabupaten Belitung Lahan yang sudah Digunakan Ha: 6.819 Status Lahan: Perkebunan Rakyat 6 Kabupaten Belitung Timur Lahan yang sudah Digunakan Ha: 2.491 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia 2009-2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga layak dikembangkan tanaman karet, menurut peta kesesuaian lahan untuk tanaman karet. Berdasarkan data Statistik Perkebunan Indonesia 2009-201, lahan yang sudah digunakan untuk perkebunan karet seluas 29.462 Ha, dengan status lahan perkebunan rakyat. Kabupaten yang memiliki perkebunan karet rakyat terluas adalah Kabupaten Bangka disusul Bangka Barat, dan yang paling kecil adalah Kabupaten Belitung. Gambar 37. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Karet Tabel 27 Potensi Pengembangan Karet Prov. Bangka Belitung NO NAMA DAERAH LUAS LAHAN 1 Kabupaten Bangka Lahan yang sudah Digunakan Ha: 14.470 2 Kabupaten Bangka Barat Lahan yang sudah Digunakan Ha: 9.354 3 Kabupaten Bangka Selatan Lahan yang sudah Digunakan Ha: 2.461 4 Kabupaten Bangka Tengah Lahan yang sudah Digunakan Ha: 2.559 5 Kabupaten Belitung Lahan yang sudah Digunakan Ha: 264 6 Kabupaten Belitung Timur Lahan yang sudah Digunakan Ha: 353 Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia 2009-2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki potensi untuk pengembangan kelapa sawit. Kelapa sawit sebagai salah satu komoditas perkebunan yang strategis merupakan sesuatu yang relatif baru bagi bagi masyarakat Bangka Belitung. Maraknya penanaman kelapa sawit di Bangka Belitung dimulai setelah era kejayaan komoditas lada berakhir sekitar tahun 1990-an. Pada saat itu kelapa sawit dengan cepat menjadi primadona bagi sektor perkebunan. Gambar 38. Peta Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit. Lahan yang sudah digunakan untuk perkebunan kelapa sawit sebesar 141.897, luas areal perkebunan rakyat sebesar 34.659 ha, dan perkebunan swasta sebesar 107.238 ha. Jumlah produksi kelapa sawit perkebunan rakyat 2009 sebesar 19.888 ton, perkebunan swasta 2009 sebesar 462.318 ton, jumlah produksi perkebunan rakyat sebesar 20.285 ton angka sementara 2010, perkebunan swasta sebesar 473.414 ton angka sementara 2010. Tabel 28 Potensi Pengembangan Kelapa Sawit Prov. Bangka Belitung NO NAMA DAERAH LUAS LAHAN 1 Kabupaten Bangka Lahan yang sudah Digunakan Ha: 19.918 2 Kabupaten Bangka Barat Lahan yang sudah Digunakan Ha: 7.612 3 Kabupaten Bangka Selatan Lahan yang sudah Digunakan Ha: 14.878 4 Kabupaten Bangka Tengah Lahan yang sudah Digunakan Ha: 4.810 5 Kabupaten Belitung Lahan yang sudah Digunakan Ha: 2.335 6 Kabupaten Belitung Timur Lahan yang sudah Digunakan Ha: 35.659 Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia 2009-2011 Gambar 39. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kakao Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki potensi untuk pengembangan tanaman kakao, tetapi potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan data Statistik Perkebunan Indonesia 2009-2011 Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan, produksi kakao di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 981 ton pada tahun 2010. Tabel 29 Potensi Pengembangan Kakao Prov. Bangka Belitung NO NAMA DAERAH LUAS LAHAN 1 Kabupaten Bangka Lahan yang sudah Digunakan Ha: 129 2 Kabupaten Bangka Barat Lahan yang sudah Digunakan Ha: 11 3 Kabupaten Bangka Selatan Lahan yang sudah Digunakan Ha: 22 4 Kabupaten Bangka Tengah Lahan yang sudah Digunakan Ha: 62 5 Kabupaten Belitung Timur Lahan yang sudah Digunakan Ha: 37 Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia 2009-2011

6.2.5.2. Ketersediaan Lahan Pertanian

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian, kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat. Kecenderungan tersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, alih fungsi lahan pertanian yang terjadi adalah dari pertanian ke pertambangan timah, terutama yang dilakukan oleh pertambangan timah ilegal. Untuk mengetahui potensi ketersediaan lahan dalam pengembangan pertanian, diperlukan informasi mengenai luas dan keberadaan lahan. Pengembangan pertanian antara lain dilakukan dengan perluasan areal ekstensifikasi pertanian untuk meningkatkan produksi. Untuk optimalisasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya lahan maka informasi dan data yang akurat tentang potensi, keragaan, ketersediaan, dan kebutuhan terhadap sumberdaya lahan sangat penting. Untuk analisis ini dipergunakan Atlas yang berisi “Data Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Indonesia” yang diterbitkan oleh Badan Litbang Pertanian. Atlas Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Indonesia merupakan himpunan peta-peta ketersediaan lahan pada masing-masing provinsi yang berisikan informasi wilayah-wilayah potensial tersedia untuk pengembangan komoditas pertanian tanaman semusim pada lahan basah rawa dan non rawa, tanaman semusim lahan kering, dan tanaman tahunan pada lahan kering. Peta ini merupakan kompilasi dan korelasi hasil-hasil penelitian pada berbagai skala pemetaan sumberdaya lahan pertanian yang dilakukan selama lebih kurang 20 tahun oleh para peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian sebelumnya bernama Pusat Penelitian TanahPusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Peta ini disusun berdasarkan peta potensi lahan yang ditumpang- tindihkan overlay dengan peta penggunaan lahan existing land use masing- masing provinsi. Ketersediaan lahan pertanian untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada peta berikut Gambar 40. Sumber : Badan Litbang Pertanian Gambar 40. Peta Ketersediaan Lahan Pertanian Prov. Kep. Bangka Belitung Berdasarkan peta tersebut, diketahui bahwa 89,7 atau 225,470 Ha merupakan areal yang tersedia untuk pengembangan tanaman tahunan, sedangkan sisanya sebesar 10,3 atau 25.807 tersedia untuk pengembangan tanaman padi. Artinya, lahan pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar adalah merupakan lahan yang layak untuk pengembangan tanaman tahunan perkebunan.

6.2.5.3. Revitalisasi Komoditas Pertanian

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali untuk kehidupan dan sebagainya. Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali. Lada produksi Bangka Belitung sudah terkenal di seluruh dunia. Tetapi produksi lada mengalami penurunan karena masyarakat memilih melakukan kegiatan pertambangan timah dibandingkan berkebun lada. Dalam rangka menghadapi berakhirnya era timah di Provinsi Bangka Belitung, mengembangkan kembali komoditas lada merupakan pilihan yang bisa dilakukan. Melalui Revitalisasi Pengembangan Komoditi Lada diharapkan dapat mengembangkan kembali komoditas lada yang pernah menjadi unggulan selama ratusan tahun di wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Revitalisasi pada hakekatnya merupakan upaya membangkitkan kesadaran untuk memposisikan kembali peranan penting suatu sektor secara proporsional dan kontekstual melalui penggalian kembali vitalitas, pemberdayaan kemampuan dan peningkatan kinerja tanpa mengabaikan sinerginya dengan sektor lain. Dalam konteks pengembangan komoditi lada, revitalisasi diartikan sebagai upaya membangun kembali perkebunan lada dengan pembenahan melalui suatu gerakan sosial yang terencana secara sistematis dan komprehensif mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupatenkota, kecamatan sampai ke tingkat desa. Ini berarti, berbagai komponen masyarakat dan stakeholder, baik secara langsung maupun tidak langsung diharapkan memiliki peran dan kontribusi dalam menata kembali pengembangan perkebunan lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Menurut Hermanto 2010, Peneliti Kebijakan Pertanian pada BPTP Kepulauan Bangka Belitung, secara konsepsi Gerakan Revitalisasi Pengembangan Komoditi Lada mencakup upaya peningkatan produktivitas dan mutu hasil serta kreativitas dan daya inovasi untuk mengembangkan ragam produk lada yang sesuai dengan selera pasar. Gerakan revitalisasi ini dilakukan dalam kerangka pengembangan sistem dan usaha agribisnis. Artinya, gerakan revitalisasi tersebut akan memiliki dimensi yang lebih luas dari sekadar nilai produk yang dihasilkannya, tetapi juga memposisikan sub sektor perkebunan lada sebagai penunjang dan penentu atau pemicu perkembangan sektor lainnya melalui keterkaitannya. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pengembangan komoditi lada perlu dilakukan melalui satu gerakan yang terpadu dan berkelanjutan. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan mutu lada merupakan target yang akan ditempuh melalui pengembangan inovasi teknologi dan kelembagaan secara komprehensif dan holistik. Kegiatan ini terdiri dari : 1 intensifikasi pada areal yang produktivitasnya rendah, 2 rehabilitasi atau peremajaan tanaman dengan bibit unggul, 3 pengendalian hama dan penyakit, terutama penyakit busuk pangkal batang yang telah menjadi ancaman bagi produksi lada di tiap daerah, 4 perbaikan mutu lada dengan pengolahan yang benar dan tepat, 5 diversifikasi secara horizontal dan vertikal, dan 6 pengembangan kelembagaan yang menunjang kesinambungan agribisnis lada yang efisien. Selain lada, perlu juga dipikirkan untuk pengembangan komoditas perkebunan lainnya di Provinsi Bangka Belitung. Salah satu upaya untuk mengetahui potensi wilayah dalam pengembangan suatu komoditas adalah dengan analisis kesesuaian lahan dengan menggunakan peta landsystem. Dengan peta landsystem dapat diperoleh lokasi-lokasi yang sesuai untuk suatu komoditas, misalnya Lada, Kakao, Karet dan Kelapa Sawit, sebagaimana disebutkan di sub bab sebelumnya. Kelapa sawit juga sudah diupayakan pengembangannya di Provinsi Bangka Belitung. Dari kunjungan lapangan di pulau Belitung, dijumpai beberapa lokasi bekas tambang telah dikelola sebagai lahan perkebunan kelapa sawit, dan berhasil dengan baik. Tetapi karena tanah yang dipakai mempunyai unsur hara yang minim, maka harus diberlakukan pengelolaan secara khusus dan memerlukan biaya yang tinggi. Pola inti-plasma, yaitu perusahaan besar sebagai inti sedangkan perkebunan rakyat bermitra dengan perusahaan sebagai plasma, bisa diberlakukan untuk pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit.

6.2.6 Analisis Potensi Pengembangan Industri