CORE ini akan menentukan adversity quotient individu secara menyeluruh Stoltz, 2003. Adapun penjelasan dimensi- dimensi adversity quotient menurut
Stolz, 2003 yaitu:
a. Control C
Control yang disingkat dengan “C” berarti kendali, atau berapa banyak
kendali yang dirasakan terhadap sebuah peristiwa yang menghadirkan kesulitan. Stolz, 2003 menjelaskan bahwa dimensi Control terdapat dua pengertian yaitu :
- Sejauh mana seseorang mampu secara positf memepengaruhi situasi? - Sejauh mana seseorang dapat mengendalikan tanggapan diri sendiri
terhadap suatu situasi Kontrol atau kendali diawali dengan pemahaman bahwa sesuatu, apapun
itu, dapat dilakukan. Individu dengan skor control yang tinggi mampu mengubah situasisecara positif dan mempunyai kendali yang lebih besar atas kesulitan yang
dihadapi. Dalam hal ini, keuletan dan tidak kenal menyerah muncul dari orang dengan skor control yang tinggi. Tidak hanya itu, individu dengan skor control
yang tinggi mempunyai tingkat kendali yang kuat untuk bertahan terhadap peristiwa buruk dan dapat menyelesaikannya dengan pendekatan yang lebih
efektif. Di sisi lain, individu dengan skor control yang sedang merespon peristiwa
buruk sebagai sesuatu yang sekurang-kurangnya berada dalam kendali dirinya, tergantung dari seberapa sulit masalah yang dihadapi. Individu mungkin tidak
mudah menyerah, namun sulit mempertahankan kendali bila dihadapkan pada tantangan yang lebih berat lagi. Sedangkan individu yang memiliki tingkat control
Universitas Sumatera Utara
yang rendah merasakan ketidakmampuan mengubah situasi, karena merasa peristiwa buruk atau kesulitan yang dialami berada di luar kendalinya. Dalam hal
ini, hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk mencegah atau membatasi akibat dari kesulitan tersebut. Individu menjadi tidak berdaya saat menghadapi kesulitan
dan akan menimbulkan pandangan hidup menyerah kepada nasib. Dalam hal ini Mereka yang memiliki skor rendah dalam dimensi ini
cenderung berpikir: “Ini di luar jangkauan saya”; “Tidak ada yang bisa saya lakukan sama sekali”; “Yah, tidak ada gunanya membenturkan kepala ke
dinding”; “Anda tidak mungkin melawan mereka”. Sedangkan Mereka yang memiliki skor lebih tinggi, bila berada dalam situasi yang sama cendrung
berpikir : “Wow, ini sulit Tapi, saya pernah menghadapi yang lebih sulit lagi”; “Pasti ada yang bisa saya lakukan”, “Saya tidak percaya saya tidak berdaya
dalam situasi seperti ini, Sela lu ada jalan”; “Siapa berani, akan menang; Saya
harus mencari cara lain”. Sehingga Orang-orang yang berAQ tinggi relatif tahan terhadap ketidakberdayaan.
b. Ownership