Cerita misteri “Thuyul” STRUKTUR CERITA MISTERI ALAMING LELEMBUT PADA MAJALAH JAWA PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2010

Kutipan di atas adalah peristiwa dimana laki-laki tersebut berpacaran dan memadu kasih bersama wanita yang baru dikenalnya, ternyata wanita tersebut adalah wanita cina yang telah lama mati dan menjadi arwah penasaran. Cerita selanjutnya adalah peleraian atau akhir cerita, dimana laki-laki tersebut tiba-tiba sakit setelah kejadian yang dialami tadi malam bersama wanita tersebut dan memutuskan untuk pensiun dini. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Esuk iku awakku panas lambeku abuh. Aku kepeksa pamit ora mlebu banjur mulih neng Bojonegoro. Aku berobat neng dokter tensiku dhuwur nganti 190. Aku diwenehi wektu istirahat seminggu. Kanthi pasarujukan kulawargaku aku njaluk pensiun dini nanging kepalaku ora setuju. PS,-2010 no 14 hlm 30 Terjemahan kutipan: Pagi ini badanku panas bibirku bengkak. Aku terpaksa ijin tidak berangkat laluu pulang ke Bojonegoro. Aku berobat ke dokter tensiku tinggi sampai 190. Aku diberi waktu istirahat satu minggu. Dengan perjanjian keluargaku aku minta pensiun dini tetapi kepalaku tidak setuju. Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana laki- laki tersebut tiba-tiba sakit dengan tensi yang sangat tinggi yaitu 190, dan memutuskan untuk pensiun dini tetapi kepala kantor tidak memperbolehkannya.

g. Cerita misteri “Thuyul”

Terdapat awal cerita dimana uang warga pada hilang entah kemana. Membuat seluruh warga di kampung panik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. Ana warunge Panut kok ngepasi wong rasan-rasan bab akehe dhuwit ilang lan kendran ora karuan dununge. “Bajingan tenan kok. Mosok dhuwit arep nggo mbayar wedhus wae kok ya ilang. Iki yen dudu polahe thuyul ora mungkin...”. PS,-2010 no 2 hlm 29 Terjemahan kutipan: Di warungnya Panut pas kebetulan orang membicarakan masalah banyaknya uang hilang dan panik tidak tahu arahnya. “Bajingan benar kok. Masak uang mau buat membayar kambing aja kok hilang. Ini jika bukan tingkahnya tuyul tidak mungkin. Kutipan di atas adalah peristiwa dimana warga kampungnya pada kehilangan uang secara tiba-tiba, mereka membicarakannya di warungnya panut. Cerita selanjutnya adalah cerita munculnya konflik, dimana Wisnu dan Lik Warigo meminta cara kepada Pak Slamet untuk menangkap tuyul tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. “Anu Pak Slamet, kula badhe nyuwun tulung. Kampung kula samangke nembe nemahi musibah. Critane mekaten..” kanthi gamblang Lik Warigo nyitakake kahanan kang lagi nempuh ana kampungku. PS,-2010 no 2 hlm 29 Terjemahan kutipan: “Begini Pak Slamet, saya ingin meminta tolong. Kampung saya sekarang sedang mengalami musibah. Ceritanya begini...” dengan jelas Lik Warigo menceritakan keadaan yang sedang terjadi di kampungku. Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Bagyo dan Wisnu datang ke Pak Slamet untuk meminta cara bagaimana menangkap tuyul yang ada di kampungnya. Cerita selanjutnya adalah konflik memuncak, dimana Wisnu berhasil menangkap tuyul yang meresahkan kampung. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Aku emoh kalah cepet, gage thuyul telu dak rangket terus dak kala nganggo benang lawe saka Pak Slamet. “Adhuhh,...adhu du duuh,...ampun,..amp,...ampuunn Pak? Aku aja dikala,...” Jerite thuyul telu iku pating blulung, kabeh padha polah kaya patrape kewan kan mlebu njala. PS,-2010 no 2 hlm 30 dan 43 Terjemahan kutipan: Aku tidak mau kalah cepat, tuyul tiga cepat tak peluk trus tak ikat pakai benang lawe dari Pak Slamet. “Aduhh,...adu..du..duuh,...ampun, amp,..ampuuun Pak? Aku jangan diikat,...” Teriaknya tiga tuyul itu pada takut, semua tingkanya seperti hewan yang masuk perangkap. Kutipan di atas adalah konflik memuncak, dimana Wisnu akhirnya dapat menangkap tiga tuyul yang meresahkan warga dengan menggunakan alat-alat yang diberikan Pak Slamet. Cerita selanjutnya adalah akhir cerita atau peleraian dimana diketahui pemilik tuyul yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Yoh bapakku Pak Panca kulon plapatan kae paaak,...wis aku aja dipulasara paak. Aku wedi tuwii,...” Kandhane salah sijine tuyul karo nudingi tai bayi ana ndhuwur godhong gedhang. PS,-2010 no 2 hlm 43 Terjemahan kutipan: Ya bapakke Pak Panca barat perempatan sana paaak,..sudah saya jangan dis iksa paak. Aku takut itu,...” Kata salah satu tuyul sambil menunjuk kotoran bayi di atas daun pisang. Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana akhirnya tuyul-tuyul tersebut mengakui siapa pemiliknya yaitu Pak Panca yang rumahnya di sebelah barat perempatan, akhirnya Pak Panca dan keluarga pindah dari kampung karena merasa malu.

h. Cerita misteri “Balekna Dhuwitku”