3. Teori Pandangan Kelompok Social Reference Group Theory Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung
pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang oleh para pegawai dianggap
sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh pegawai dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi,
pegawai akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan Mangkunegara, 2001.
4. Teori Dua Faktor dari Herzberg Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Ia menggunakan
teori Abraham Maslow sebagai titik acuannya. Menurut Herzberg yang diacu Mangkunegara 2001 ada dua faktor yang menyebabkan timbulnya
rasa puas atau tidak puas, yaitu faktor pemeliharaan maintenance factors dan faktor pemotivasi motivasional facotrs. Faktor pemeliharaan disebut
pula dissatisfiers, hygiene factors, job context, extrinsic factors yang meliputi administrasi dan kebijakan perusahaan, kualitas pengawasan,
hubungan dengan pengawas, hubungan dengan subordinate, upah, keamanan kerja, kondisi kerja dan status. Sedangkan faktor pemotivasian
disebut juga satisfier, motivators, job content, intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan advancement,
work it self, kesempatan berkembang dan tanggung jawab.
2.3.4. Pengukuran Kepuasan Kerja
Pengukuran kepuasan kerja sangat bervariasi, baik dari segi analisa statistikanya maupun pengumpulan datanya. Informasi yang didapat dari
kepuasan kerja ini bisa melalui tanggung jawab secara perorangan, dengan angket ataupun dengan pertemuan suatu kelompok kerja. Apabila
menggunakan tanya jawab interview sebagai alatnya maka pada karyawan diminta untuk merumuskan tentang perasaannya terhadap aspek-aspek
pekerjaan self report, hanya orang yang bersangkutan yang tahu persis bagaimana perasaannya terhadap pekerjaan, dapat menggunakan pertanyaan
langsung maupun tidak langsung. Cara yang lain adalah dengan mengamati sikap dan tingkah laku karyawan tersebut.
Menurut Mangkunegara 2001 mengukur kepuasan kerja dapat digunakan beberapa cara sebagai berikut :
1. Pengukuran kepuasan kerja dengan skala indeks deskripsi jabatan Penggunaan skala ini, karyawan ditanya mengenai pekerjaan maupun
jabatannya yang dirasakan sangat baik dan sangat buruk dalam skala pengukuran sikap dari lima area, yaitu kerja, pengawasan, upah, promosi,
dan co-worker. Setiap pertanyaan yang diajukan, harus dijawab oleh karyawan dengan cara menandai jawaban ya, tidak atau tidak ada
jawaban. 2. Pengukuran kepuasan kerja dengan berdasarkan ekspresi wajah
Skala pengukuran ini terdiri atas seri gambar wajah-wajah orang mulai dari sangat gembira, gembira, netral, cemberut dan sangat cemberut.
Karyawan diminta memilih ekspresi wajah yang sesuai dengan kondisi pekerjaan yang dirasakan pada saat itu.
3. Pengukuran kepuasan kerja dengan kuesioner Minnesota Skala pengukuran ini terdiri atas pekerjaan yang dirasakan karyawan
mulai dari sangat tidak puas, tidak puas, netral, memuaskan dan sangat memuaskan. Karyawan diminta memilih satu alternatif jawaban yang
sesuai dengan kondisi pekerjaannya.
2.3.5. Tindakan-tindakan Mencegah Ketidakpuasan Kerja
Menurut Wexley dan Yukl yang diacu Samsudin 2006 pencegahan seharusnya dilakukan untuk menghindari ketidakpuasan kerja yang tidak
perlu daripada menunggu timbulnya tindakan-tindakan tidak puas. Program pengelolaan upah dengan baik akan membantu menghindari jenis-jenis
ketidakadilan, seleksi yang sistematik dan program-program latihan akan membantu menciptakan pasangan yang tepat antara tuntutan pekerjaan
dengan karakteristik pekerja, sosialisasi dan orientasi yang tepat penting bagi pekerja baru yang direkrut.
2.4. Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan kerja