2.4. Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan kerja
Menurut Strauss dan Sayles yang diacu Handoko 2001 bahwa kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri, karyawan yang tidak
memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis dan pada gilirannya akan menimbulkan frustasi yang merupakan
dampak dari stres pada pekerjaan. Menurut Robbins 2003 dampak dari stres kerja akan menimbulkan gejala psikologis, stres yang diakibatkan
karena pekerjaan dapat menimbulkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam pekerjaan.
Menurut Siagian 2004 bahwa gejala-gejala stres yang berasal dari psikologis seperti sikap suka menunda tugas atau pekerjaan mununjukkan
stres yang timbul berkaitan dengan ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya. Ketidakpuasan ini merupakan akibat dari hal, seperti
banyaknya tuntutan tugas, adanya pertentangan, ketidakjelasan kewajiban, wewenang dan tanggung jawab, kurangnya otonomi dan diskresi dalam
penyelesaian tugas, tugas yang cenderung rutin, ketidakjelasan tentang pekerjaan yang dilakukan dan tidak adanya umpan balik tentang kinerja
karyawan. Menurut Siagian 2004 melalui pendekatan organisasional bahwa sumber-sumber stres kerja yang disebabkan akibat adanya aktivitas
organisasi yang ingin mencapai sasaran dan tujuan sesuai ketetapan dengan mengerahkan segala tenaga, kemampuan dan waktu karyawan, situasi
demikian akan menimbulkan stres pada karyawan sehingga tidak mendatangkan kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan.
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu
Novitasari 2003 melakukan penelitian tentang pengaruh stres kerja terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan PT H.M. Sampoerna Tbk
Surabaya dihasilkan bahwa variabel stres kerja konflik kerja, beban kerja, waktu kerja, karakteristik tugas, dukungan kelompok, dan pengaruh
kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan, sedangkan variabel-variabel stres kerja secara simultan tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Dalam hal ini
disimpulkan juga bahwa variabel stres kerja dan motivasi kerja secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Faridatul 2005 dalam penelitiannya mengenai analisis hubungan prestasi kerja dengan stres dan tipe kepribadian karyawan studi kasus PT
KHI Pipe Industries Cilegon, Banten. Dihasilkan bahwa stres berpengaruh dan memiliki hubungan yang positif terhadap prestasi kerja. Hal ini berarti
bahwa semakin tingginya tingkat stres yang dialami oleh karyawan maka akan semakin tinggi pula prestasi kerja karyawan dengan variabel indikator
stres yang paling dominan adalah sumber stres kerja. Tipe kepribadian dari tiap karyawan berhubungan positif tidak signifikan dengan prestasi kerja,
sehingga pengaruh yang ditimbulkan tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Variabel indikator tipe kepribadian yang paling dominan adalah
persaingan dan variabel indikator prestasi kerja yang dijadikan patokan adalah keterampilan.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran
Menghadapi era globalisasi dan persaingan telekomunikasi yang semakin kompetitif, perusahaan ditantang untuk menghasilkan produk
barang dan jasa yang berkualitas yang dapat mempertahankan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Setiap perusahaan berusaha untuk
mencapai sasaran dalam bentuk kemampuan menghasilkan laba yang optimal. Simamora 2004, mengklasifikasikan sumberdaya yang dimiliki
perusahaan menjadi empat tipe, yaitu sumberdaya finansial, sumberdaya fisik, sumberdaya manusia dan sumberdaya kemampuan teknologi.
Sumberdaya manusia dalam perusahaan menempati tempat yang strategis dan penting, sehingga perlu pengelolaan yang optimal.
PT TELKOM Tbk Bekasi dalam menjalani bisnisnya sedang melakukan perubahan menuju perusahaan yang berbasis pada pelanggan
Customer Centric, tuntutan tanggung jawab terhadap karyawan dirasakan semakin meningkat disesuaikan dengan arah tujuan yang ingin dicapai
perusahaan. Sumberdaya manusia sebagai pelaksana segala aktivitas dalam organisasi memiliki tingkat keterbatasan dalam kemampuan. Dengan adanya
unit kerja baru yaitu bagian Customer Care di dalam organisasi yang memiliki peran penting terhadap kemajuan masa depan perusahaan. Hal ini
menimbulkan perhatian besar terhadap kondisi karyawan terutama mengenai tingkat stres kerja dan kepuasan kerja yang dihadapi karyawan,
melalui pembelajaran individu untuk beradaptasi terhadap lingkungan kerja dan adanya pengaruh dari karakteristik masing-masing karyawan. Melalui
pengamatan langsung terlihat bahwa aktivitas kerja bagian Customer Care terlibat dan berinteraksi langsung dengan para pelanggan. Dengan demikian,
karyawan pada bagian Customer Care berperan membawa citra dan image terhadap pelaksanaan aktivitas kerja perusahaan khususnya dalam
memberikan pelayanan kepada pengguna jasa telekomunikasi. Menurun Handoko 2001 ada beberapa karakteristik pekerjaan dan
lingkungan kerja yang menjelaskan kondisi kerja penyebab stres kerja yang