2.2.1.1 Hakikat Drama
Drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan diaog.
Lakuan dan dialog dalam drama tidak jauh beda dengan lakuan serta dialog yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari Kosasih 2012:132.
Menurut Waluyo 2001:1 drama mrupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Melihat drama, penonton seolah melihat
kejadian dalam masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan dalam drama sama dengan konflik batin mereka sendiri. Drama adalah potret kehidupan
manusia, potret suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia. Perkataan drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti:
berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau action. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih ditinjau
apakah drama sebagai salah satu genre sastra ataukah drama sebagai cabang kesenian yang mandiri Waluyo 2001:2.
Jika dicermati secara saksama, drama memiliki dua aspek esensial, yakni aspek cerita dan aspek pementasan yang berhubungan dengan seni lakon
atau teater. Drama sebenarnya memiliki tiga dimensi, yakni 1 sastra, 2 gerakan, dan 3 ujaran. Oleh karena itu, naskah drama tidak disusun khusus
untuk dibaca seperti cerpen atau novel, tetapi lebih daripada itu dalam penciptaan naskah drama sudah dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya.
Dalam hampir setiap naskah drama selalu ditemukan narasi, dialog, dan arahan tentang petunjuk lakuan atau acting Hasanuddin dkk 2009:14-15.
2.2.1.2 Hakikat Naskah Drama
Menurut Waluyo 2001:6 naskah drama disebut juga drama lakon. Sebagai salah satu genre sastra, drama naskah dibangun oleh struktur fisik
kebahasaan dan struktur batin semantik, makna. Wujud fisik sebuah naskah adalah dialog atau ragam tutur. Ragam tutur itu adalah ragam sastra. Oleh sebab
itu bahasa dan maknanya tunduk pada konvensi sastra. Menurut Wiyanto dalam Komaidi 2007:230 Naskah Drama adalah
karangan yang berisi cerita atau lakon. Naskah drama memuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan tokoh dalam cerita, dan keadaan panggung
yang diperlukan. Membicarakan naskah drama, pada akhirnya tidak hanya mengupas unsur-
unsur atau bagian-bagian, tetapi juga totalitas sebagai satu kesatuan yang utuh dari sebuah karya sastra. Namun untuk membicarakan unsur-unsur dari sebuah karya
sastra dalam hal ini drama terasa tidak lengkap jika tidak menyinggung- nyinggung pengarang dan naskah sebagai unsur yang paling utama, maka tidak
boleh tidak unsur-unsur tersebut saling berhubungan Hasanuddin 2009:65-66. Luxemburg 1984 mengatakan bahwa naskah drama merupakan teks yang
berupa dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Naskah drama dapat diberi sebuah batasan sebagai salah satu karya sastra yang ditulis dalam bentuk
dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan. Naskah drama ditulis dengan dasar untuk dipentaskan bukan untuk
dibaca.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa drama memiliki dua pengertian, yaitu drama sebagai seni sastra atau disebut juga naskah drama dan
drama sebagai pertunjukan atau seni pentas.
2.2.1.3 Hakikat Naskah Drama Satu Babak