2.2.1.4.2 Penokohan dan Perwatakan
Menurut Wiyatmi 2009:50, tokoh dalam drama mengacu pada watak sifat-sifat pribadi pelaku, sementara pelaku mengacu pada peran yang bertindak
atau berbicara dalam hubugannya dengan alur peristiwa. Waluyo 2002:14-17 menyatakan bahwa penokohan erat hubungannya
dengan perwatakan. Susunan tokoh drama adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Watak tokoh itu akan menjadi nyata terbaca dalam
dialog dan catatan samping yang sudah digambarkan oleh penulis lakon. 1
Klasifikasi tokoh berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita a.
Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama, yang dibantu oleh tokoh-tokoh
lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita. b.
Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita, dan beberapa figur pembantu yang
ikut menentang cerita. c.
Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik tokoh protagonis maupun tokoh antagonis.
2 Perwatakan
Tokoh-tokoh yang disebutkan di depan harus memiliki watak. Watak para tokoh itu harus konsisten dari awal sampai akhir. Watak tokoh
protagonis dan antagonis harus memungkinkan keduanya menjalin pertikaian, dan pertikaian itu berkemungkinan untuk berkembang
mencapai klimaks. Kedua tokoh ini haruslah tokoh-tokoh yang memiliki
watak kuat berkarakter dan watak yang kuat itu kontradiktif antar keduanya.
Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi dimensional. Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik, pesikis, dan sosial
fisiologis, psikologis, dan sosiologis
2.2.1.4.3 Dialog percakapan
Menurut Waluyo 2001:20 ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk percakapan atau dialog. Dalam menyusun dialog ini pengarang harus
benar-benar memperhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari. Pembicaraan yang ditulis oleh pengarang naskah drama adalah pembicaraan yang
akan diucapkan dan harus pantas di ucapkan di atas panggung. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang
komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis. Dialog juga harus bersifat estetis, artinya memiliki keindahan bahasa.
Menurut Fauzi 2007:29, dialog adalah percakapan yang terjadi antarpelaku. Dialog dalam drama mempunyai dua tujuan, pertama sebagai sarana
pengembangan cerita, dan yang kedua sebagai penjelasan karakter para pelaku. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dialog adalah percakapan
antartokoh dalam drama
2.2.1.4.4 SettingLatarTempat Kejadian