Pendahuluan Pengembangan perikanan giob yang berkelanjutan di Kayoa, Halmahera Selatan

3 PROFIL LOKASI PENELITIAN

3.1 Pendahuluan

Ikan julung-julung di Maluku Utara merupakan salah satu jenis ikan pelagis yang ditangkap secara kontinyu dalam skala usaha dengan menggunakan alat tangkap giob. Berdasarkan informasi dari nelayan, eksploitasi sumberdaya ikan julung-julung secara besar-besaran dengan menggunakan alat tangkap giob dilakukan lebih awal jika dibandingkan dengan pemanfaatan jenis pelagis yang lain. Ikan cakalang dan tuna dieksploitasi secara besar-besaran pada saat masuknya alat tangkap pole and line dan long line yang diperkenalkan oleh nelayan Jepang. Ikan pelagia yang lain seperti: layang, kembung, selar, tongkol komo dimanfaatkan secara besar-besaran sejak digunakannya pukat cincin pajeko oleh nelayan yang berasal dari Bitung Sulawesi Utara di era tahun sembilan puluhan. Pengelolaan perikanan bertujuan untuk menjamin adanya hasil dari sumberdaya alam yang optimal bagi masyarakat setempat, daerah dan negara yang diperoleh dari memanfaatkan sumberdaya ikan secara berkelanjutan. Pengelolaan perikanan itu sendiri menurut FAO 1995 adalah proses yang terpadu antara pengumpulan informasi, melakukan analisis, membuat perencanaan, melakukan konsultasi, pengambilan keputusan, menentukan alokasi sumberdaya serta perumusan dan pelaksanaan, bila diperlukan menggunakan penegakan hukum dari aturan dan peraturan yang mengendalikan kegiatan perikanan dengan tujuan untuk menjamin keberlanjutan produksi dari sumberdaya dan tercapainya tujuan perikanan lainnya. Sejalan dengan pengertian pengelolaan di atas dan misi pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia DJPT 2005, yaitu memahami, memanfaatkan, dan memelihara sumberdaya perikanan, maka salah satu upaya awal dalam pengelolaan perikanan adalah memahami keberadaan kondisi perikanan termasuk perikanan tangkap melalui suatu proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi keragaan pembangunan sub-sektor perikanan tangkap yang antara lain meliputi aspek sumberdaya manusia pengelola, sarana dan teknologi, produksi penangkapan dan pengelolaan hasil produksi. Dengan informasi kondisi perikanan tangkap ini, maka kegiatan pemanfaatan dan upaya pengelolaannya setidaknya akan lebih memadai, tidak menimbulkan tekanan terhadap sumberdaya perikanan dan mampu menjadi referensi bagi stakeholders kelautan dan perikanan di daerah maupun nasional dalam mengetahui dan memahami pencapaian pembangunan secara kuantitatif yang telah dilakukan di sub-sektor kelautan dan perikanan khususnya di perairan Kayoa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi umum Kabupaten Halmahera Selatan, kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan, membandingkan kondisi perikanan pukat cincin di Halmahera Selatan dan perikanan giob di Kayoa. Gambaran umum yang mendukung kondisi perikanan giob meliputi: kapal penangkap, alat tangkap, nelayan giob, produksi, pengolahan dan pemasaran ikan julung-julung. Manfaat yang diharapkan adalah memberikan gambaran tentang kondisi perikanan giob saat ini sehingga dapat digunakan sebagai bahan kajian pada bab selanjutnya dalam menyusun strategi pengembangan perikanan giob yang berkelanjutan di Kayoa, Halmahera Selatan.

3.2 Metode Penelitian