Keberlanjutan sumberdaya ikan julung-julung

pula garis tengah lingkaran yang dibentuk, sehingga semakin besar peluang gerombolan ikan yang tidak terusik perhatiannya karena jarak antara gerombolan ikan dengan dinding purse seine semakin besar dan gerombolan ikan tersebut semakin besar peluangnya untuk tertangkap. Jumlah nelayan yang mengoperasikan giob berkisar 7-12 orang. Salah satu faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan adalah jumlah nelayan tenaga kerja, berdasarkan hasil penelitian Irham 2006, faktor teknis jumlah nelayan tenaga kerja di Maluku Utara memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan, setiap penambahan atau pengurangan jumlah nelayan tenaga kerja mengakibatkan peningkatan atau pengurangan hasil tangkapan produksi. Hal ini karena proses penurunan setting maupun penarikan hauling giob tidak menggunakan alat bantu namun mengandalkan tenaga manusia. Tenaga manusia bukan hanya digunakan pada saat menurunkan dan menarik jaring saja, tetapi setelah proses setting dan hauling giob selesai dilakukan, tenaga mereka juga di butuhkan untuk mengangkat hasil tangkapan ke atas kapal.

8.3 Keberlanjutan sumberdaya ikan julung-julung

Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih kembali, maka dalam pemanfaatannya tidak boleh melewati batas-batas kemampuan sumberdaya untuk pulih kembali King 1995. Namun jika sumberdaya ini terancam kepunahan kolaps, maka untuk memperbaikinya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang. Penelitian biologi reproduksi sangat bermanfaat untuk memahami regenerasi tahunan dari stok ikan Cortes 2000. Parameter biologi seperti ukuran ikan pertama matang gonad, frekuensi pemijahan, fekunditas dan rekruitmen dapat menjelaskan nilai prediksi perikanan dan dapat digunakan untuk memformulasikan pengelolaan perikanan secara rasional Widodo 2001. Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah Effendie 1979. Penentuan tingkat kematangan gonad sangat penting dilakukan, karena sangat berguna untuk mengetahui perbandingan antara gonad yang masak dengan stok yang ada di perairan, ukuran pemijahan, musim pemijahan dan lama pemijahan dalam suatu siklus Effendie 1997. Dalam penelitian ini menemukan dominasi ikan julung-julung betina dewasa atau matang gonad di perairan Kayoa, menunjukkan bahwa ikan-ikan ini dieksploitasi pada daerah pemijahan. Hasil pengamatan menunjukkan ikan julung- julung jantan dan betina yang telah matang gonad ditemukan sepanjang periode penelitian dengan jumlah terbanyak ditemukan pada bulan September dan Oktober. Secara terpisah jantan dan betina menunjukkan perbedaan fase matang gonad. Pada bulan Januari, Februari, dan Maret ikan julung-julung betina yang tertangkap didominasi matang gonad TKG IV sebaliknya jantan telah melewati matang gonad didominasi TKG V. Hal ini mengindikasikan bahwa kehadiran julung-julng di perairan Kayoa adalah dengan tujuan memijah. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu cara untuk mengetahui perkembangan populasi dalam suatu perairan, seperti bilamana ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Berkurangnya populasi ikan di masa mendatang dapat terjadi karena ikan yang tertangkap adalah ikan yang akan memijah atau ikan belum pernah memijah, sehingga sebagai tindakan pencegahan diperlukan penggunaan alat tangkap yang selektif. Hasil pengamatan terhadap jumlah ikan julung-julung yang matang gonad pada berbagai ukuran panjang tubuh menunjukkan bahwa julung-julung jantan mencapai kematangan gonad pertama kali pada ukuran panjang total rata-rata 164 mm 16,4 cm dan betina pada ukuran 156,56 mm 15,66 cm. Saat pertama kali ikan mencapai kematangan gonad menurut Effendie 1997, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, spesies, umur ikan, ukuran dan kemampuan adaptasi ikan terhadap lingkungan faktor internal serta makanan, suhu dan arus faktor eksternal. Perbedaan ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak sama disebabkan oleh perbedaan strategi hidup atau pola adaptasi ikan itu sendiri. Berdasarkan analisis parameter pertumbuhan diperoleh koefisien pertumbuhan k yang lebih 0,650, diduga siklus hidup ikan julung-julung di perairan Kayoa adalah tidak terlalu panjang. Berdasarkan analisis von Bertalanffy diduga umur ikan julung-julung hanya 3,66 tahun. Dalam rangka untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya ikan julung-julung berkelanjutan, pengelolaan yang sangat tepat dapat diperlukan agar sumberdaya ikan julung- julung termanfaatkan dengan baik dan tepat. Studi tentang kapan dan dimana sumberdaya ikan julung-julung dieksploitasi pada tingkat optimum diperlukan. Hal ini dimaksudkan jika waktu eksploitasinya tidak tepat, dua hal akan terjadi, pertama adalah sumberdaya ikan akan terbuang sia-sia karena terlambat mengeksploitasi dan kedua adalah sumberdaya dieksploitasi pada kondisi belum mempunyai kemampuan yang cukup untuk regenrasi. Sebagai sumberdaya ikan yang masa hidupnya relatif pendek, ikan julung- julung akan mati secara alami jika tidak tereksploitasi pada waktunya. Diduga kuat hal ini telah terjadi pada sumberdaya ikan julung-julung di perairan Kayoa yang ditunjukkan dengan variabel kematian alami M relatif lebih besar walaupun masih lebih besar kematian karena penangkapan F. Disamping itu berdasarkan tingkat kematangan gonad, ikan julung-julung di perairan Kayoa dalam kondisi baik karena lebih dari 50 sampel ikan adalah matang gonad. Prediksi pola pergerakan gerombolan ikan menurut Wooton 1990 adalah tiga macam, yaitu 1 habitat tempat tinggal, 2 habitat tempat makan, dan 3 habitat tempat bertelur. Ikan julung-julung di perairan Kayoa secara bergeromol melakukan pergerakan melintasi perairan selat diantara pulau-pulau kecil dan memasuki kawasan teluk tertentu pada sore hari. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa pengoperasian giob dilakukan bersamaan dengan pergerakan julung-julung tersebut yaitu pada sore hari. Berdasarkan pengamatan, diduga bahwa ruaya ikan julung-julung bertujuan untuk bertelur maupun mencari makan. Hasil penelitian membuktikan bahwa banyaknya jumlah ikan tertangkap pada TKG IV dan V diduga perairan Kayoa merupakan tempak bertelur julung-julung, sedangkan ruaya dilakukan pada waktu sore hari dapat diinterpretasikan bahwa waktu pemijahan julung-julung berlangsung pada sore menjelang malam hari. Hasil penelitian juga menginformasikan bahwa salah satu makanan kesukaan julung- julung adalah serasah atau daun mangrove atau daun lamun yang telah mengalami proses pelapukan. Fakta di lokasi menunjukkan bahwa mangrove dan lamun merupakan potensi sumberdaya fisik lingkungan di wilayah peisisir Kayoa.

8.4 Pengembangan Perikanan Giob