Kesimpulan Saran Pengembangan perikanan giob yang berkelanjutan di Kayoa, Halmahera Selatan

9 KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Melalui serangkaian kajian dilakukan sesuai dengan metode yang diterapkan, maka strategi pengembangan perikanan giob di Kayoa, Halmahera Selatan dapat ditelaah. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1 Perkembangan perikanan tangkap di Halmahera Selatan periode 2007-2011 berfluktuatif baik jumlah kapal, alat tangkap yang dominan, produksi, dan perlakuan produksi pengasapan. Sebaliknya perkembangan jumlah unit perikanan giob mengalami penurunan; 2 Penangkapan julung-julung pada bulan Januari, Februari, dan Oktober bersamaan dengan puncak pemijahan, dapat mengancam keberlanjutan sumberdaya ikan julung-julung. Perairan Kayoa merupakan daerah penangkapan julung-julung yang potensial karena tersedia potensi makanan, dan diduga merupakan daerah pemijahan yang perlu dilindungi habitatnya. Koefisien mortalitas penangkapan sebesar 1,48 per tahun lebih tinggi dari koefisien mortalitas alami 0,78 per tahun. Tingkat pemanfaatan ikan julung-julung diperoleh 0,65 per tahun, telah melewati tingkat pemanfaatan optimum; 3 Faktor teknis produksi perikanan giob yang berpengaruh secara nyata adalah BBM; 4 Skala usaha giob berukuran 10,5 GT memiliki tingkat kelayakan lebih baik jika dibandingkan dengan giob ukuran yang lain; 5 Pengembangan perikanan giob yang berkelanjutan di Kayoa, Halmahera Selatan dapat dilakukan melalui serangkaian strategi, yaitu: 1 pengawasan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan julung-julung, 2 pelatihan terhadap nelayan perikanan giob, 3 inovasi teknologi alat tangkap giob, 4 kerjasama untuk membentuk wadah pengelolaan, dan 5 optimasi tangkapan ikan julung-julung.

9.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan perikanan giob yang berkelanjutan di Kayoa, Halmahera Selatan, maka disampaikan beberapa saran yang harus dikerjakan adalah: 1 Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Selatan perlu mempunyai peraturan tentang pengelolaan perikanan giob, guna memonitoring dan mengendalikan kegiatan eksploitasi sumberdaya ikan julung-julung agar tetap berkelanjutan. 2 Memperbaiki cara pengumpulan dan penyajian data statistik yang mengakomodir produksi julung-julung dan upaya alat tangkap giob secara spesifik sehingga mempermudah monitoring. 3 Perlu adanya pertimbangan waktu penangkapan pada bulan Januari, Februari, dan Oktober karena merupakan puncak pemijahan ikan julung-julung, 4 Perlu adanya upaya merevitaliasasi armada giob berukuran 10,5 GT dengan tenaga penggerak 40 PK satu unit. 5 Perlu penggunaan rumpon tidak parmanen pada perikanan giob, sehingga tercipta efisiensi penggunaan BBM. 6 Perlu adanya pembentukan koperasi usaha nelayan giob yang beranggotakan seluruh nelayan dan pemilik giob. 7 Diperlukan komitmen yang kuat dari PEMDA Kabupaten Halmahera Selatan dalam mengimplementasi strategi pengembangan perikanan giob secara berkelanjutan agar sumberdaya ikan julung-julung tetap lestari dan usaha perikanan giob berkelanjutan. 8 Perlu adanya penelitian lanjutan tentang aspek habitat, distribusi ikan julung- julung secara spasial dan temporal, dan penggunaan bahan bakar alternatif pada pengolahan ikan julung-julung menjadi produk asap kering. DAFTAR PUSTAKA Abdullah RM. 2011. Keberlanjutan perikanan pelagis di Ternate dan strategi pengembangannya [disertasi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Allen G. 2000. Marine Fishes of South-East Asia. A field guide for anggers and divers. Periplus. Singapura. 292 p. Amron, Jaya I, Sondita MFA. 2006. Model optimasi perikanan udang jerbung pada perairan pantai dan lepas pantai Propinsi Riau. Di dalam: Sondita MFA, Sobari MP, Simbolon D, Puspito G, Pane AB. Menuju Paradigma Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggungjawab dalam Mendukung Revitalisasi Perikanan. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap. Bogor, Indonesia ID: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. hlm 219-228. Bal DV, Rao KS. 1990. Marine Fisheries of India. Tar McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi. 472 p. [Bappeda Maluku Utara] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku Utara. 2007. Laporan Tahunan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2005-2007. Provinsi Maluku Utara. 254 hlm. Berkeley SA. Houde ED and Williams F. 1975. Fishery and Biology of Ballyhoo on the Southeast Florida Coast. IN: Sea Grant Special Report 4. University of Miami Sea Grant Program. Coral Gables, FL. pp: 1-15. Bintoro G. 2005. Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tembang Sardinella fimbriata Valenciennes, 1947 di Selat Madura Jawa Timur [disertasi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. [BRKP] Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2007. Wilayah Pengelolaan Perikanan, Status Perikanan Menurut Wilayah. Informasi Dasar Pemanfaatan Berkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Tangkap. 47 hlm. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Selatan. 2011. Halmahera Selatan Dalam Angka. 164 hlm. Charles AT. 2001. Sustainable Fishery Systems. Blackwell Science, Oxford. Fish and Aquatic Resources Series. 300 pp. Collette BB, Parin. 1979. Jumping Halfbeak Hemiramphus archipelagicus. http:www.fishbase.orgidentification specieslist. Cortes E. 2000. Life History Patterns and Correlations in Sharks. Rev. Fish. Sci. 84: p 299-344. Cristina LC. 2003. Reproductive Biology. In life in the slow lane: Ecology and Conservation of Long-lived Marine Animals. JA. Musick ed. Am. Fish. Soc. Symp. 23. Bethesda, Meryland. p 133-164. Devados P. 1969. Maturity and spawning in otolithus ruber Schn and Johnius dussumieri CV. Indian J. Fish. 16182: 117-128. [DJPT] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2005. Master Plan dan Rencana Strategis Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan. 122 hlm. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Rencana Strategis Pembangunan Kelautan dan Perikanan 2001-2004. DKP, Jakarta. 96 hlm. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara. 2011. Statistik Perikanan Provinsi Maluku Utara 2010. Pemerintah Provinsi Maluku Utara. 61 hlm. Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor ID: Yayasan Dewi Sri.. 112 hlm Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta ID: Yayasan Pustaka Nusantara.163 hlm. [FAO] Food and Agriculture Organization. 1995. The Code of Conduct for Responsible Fisheries. Rome IT: FAO of The United Nations. 45 p. Fauzi A, Anna S. 2005. Studi Valuasi Ekonomi Perencanan Kawasan Konservasi Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Makalah akademik pengelolaan kawasan konservasi laut Selat Lembeh, sponsored By : USAID, DKP dan Mitra Pesisir. Bogor. 60 hlm. [FPIK] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Khairun Ternate. 2006. Laporan potensi perikanan tangkap Provinsi Maluku Utara. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara. 33 hlm. Fridman AL. 1986. Calculations for fishing gear design ed. By Carrothers, P.J.G FAO Fishing Manuals, Fishing News Books. Ltd. P. 183-203. Froese and Pauly. 2012. Fishbase. http: www.fishbase.org Gayanilo Jr. FC, Sparre P, Pauly D. 2004. The FAO ICLARM Stock Assessment Tools FISAT User s Guide. FAO Computerized Information Series Fisheries. No. 6. Rome. FAO. 186 p. Ghaffar MA, Wisudo SH, Solihin I. 2007. Optimasi usaha perikanan mini purse seine di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Buletin PSP. 14 1: 1-12. Gulland JA. 1971. The Fish Resources of the Ocean. Fishing News Books, West Byfleet, 255 pp. Hails AJ, Abdullah Z. 1982. Reproductive biology of the tropical fish trichogaster pectoralis. Journal of Fish Biology. 21:157-170. Hamdan, Monintja DR, Purwanto J, Budiharsona S, Purbayanto A. 2006. Analisis kebijakan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Buletin PSP. 15 3: 86-101 Hanley ND, Spash C. 1993. Cost Benefit Analysis and the Environment. Edward Elgar, Cheltenham, UK. Hermanto. 1986. Analisis Pendapatan dan Pencurahan Tenaga Kerja Nelayan di Desa Pantai Studi Kasus di Muncar Banyuwangi. Bogor. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Agroekonomi. 97 hlm. Holden MJ, Raitt DFS. 1975. Manual of Fisheries Science. Part 2. Method of Resource Investigation and Their Aplication. FAO Fish Tech. Pap. 214 p. Irham. 2006. Analisis pengembangan perikanan mini purse seine berbasis optimasi sumberdaya ikan pelagis kecil di Maluku Utara [tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Iskandar BH, Pujiati S. 1995. Keragaan teknis kapal perikanan di beberapa wilayah Indonesia laporan penelitian, proyek operasi dan perawatan fasilitas OPF-IPB 19941995. Jurusan PSP IPB. Bogor. Jennings S, Kaiser M, Reynolds JD. 2001. Marine Fisheries Ecology. United Kindom GB: Alden Press Ltd. Blackwell Publishing. 417 p. Kagwade VN. 1967. Food and feeding habits of the horse mackerel. Caranx kalla Cuv Val.. Indian Journal Fisheries. 14 12. 85-96. Karman A. 2008. Pengembangan perikanan mini pure seine soma pajeko berbasisi rumpon di sekitar Pulau Mayau, Kota Ternate Provinsi Maluku Utara [tesisi]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. King M. 1995. Fisheries Biology. Assessment and Management. Oxford US: Fishing News Books Ltd. 341p. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2009. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009. Pusat Data, Statistik dan Informasi. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 154 hlm. Lagler KF. 1956. Freshwater Fishery Biology. WMC Brown Company. Dubugue. London. 422 p. Made S. 2006. Efisiensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan bagan rambo di Kabupaten Barru. Analisis. 3 2: 93-106. Mahdi MR. 2005. Pengembangan perikanan pukat cincin di Lampulo Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam [tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Mahulette RT, Wijopriono. 2009. Kajian usaha pukat cincin purse seine berbasis pendaratan di Maluku Tengah. J. Kebijak. Perikanan Ind. 2 1: 57-70. Manurung VT, Pranadji T, Mintoro A, Kirom MN, Isetiaji, Murtiningsih A, Sugiarto. 1998. Laporan hasil penelitian pengembangan ekonomi desa pantai. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Jakarta : Badan Litbang Pertanian. Deptan. 165 hlm. Monintja DR. 1987. Beberapa teknologi pilihan untuk pemanfaatan sumberdaya hayati laut Indonesia. Bulitin PSP. 1 1 14-26. Monintja DR. 1997. Agribisnis penangkapan ikan. Bahan Pelatihan Analisis Investasi Agribisnis Bidang penangkapan Ikan. Bank BNI-LPSDM IPB. 24 hlm. Monintja DR. 2001. Pelatihan untuk pelatih pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Prosiding Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor. 156 hlm. Munasinghe M. 2002. Analysing the nexus of sustainable and climate change: An overview. France: OECD. 53 p. Namsa D. 2006. Analisis pengembangan perikanan soma pajeko mini purse seine di perairan Tidore [tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Nasir M. 1983. Metode Penelitian. Jakarta ID. Ghalia Indonesia. 62 hlm. Natarajan AV, Jhingran AG. 1961. Index of preponderence a method of grading the food elements in the stomach of fishes. Indian J. Fish, 8 1:54-59. Nikolsky GV. 1963. The Ecology of Fishes. Translated by L.Birkett. Academic Press, 352 p. Nurdin E, Taurusman AA, Yusfiandayani R. 2012. Struktur ukuran, hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan tuna di Perairan Prigi, Jawa Timur. Bawal. 4 2: 67-73. Pauly D. 1984. Some simple methods for the assessment of tropical fish stocks. FAO Fish. Tech. Pap. 234: 52p. Pauly D. 1980. A selection of Sample methods for the stock asssessment of tropical fish stock. FAO Fish. Circ. 729:54 p. Peristiwady T. 2006. Ikan-ikan Ekonomis Penting di Indonesia. Petunjuk Identifikasi. LIPI. Jakarta. 270 hlm. Prabowo, Wiyono ES, Haluan J, Iskandar BH. 2012. Sensitivitas usaha perikanan gillnet di Kota Tegal Provinsi Jawa Tengah. Buletin PSP. 20 2: 131-142. Purwanto. 1990. Bioekonomi perubahan teknologi penangkapan ikan. Oseana 15 3:115-126. Raihanah, Wisudo SH, Baskoro MS, Sutisna DH. 2011. Kelayakan finansial pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam. Buletin PSP. 19 1: 53-67. Rangkuti F. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 188 hlm. Rao KS. 1974. Food and feeding habits of fishes from trawl cathes in the Bay of Bengal with observations on diurnal variation in the nature of the feed. Indian Journal Fisheries. 11 1: 277-314. Reppie E, Luasunaung A. 2001. The status of roundscad net talang in Pahepa Island, Sangihe Talaud, North Sulawesi. Di dalam: Carman O, Sulistiono, Purbayanto A, Susuki T, Watanabe S, dan Arimoto T. Sustainable Fisheries in Asia in the New Millenium. The JSPS-DGHE International Symposium on Fisheries Science in Tropical Area. 2000 August 21-25; Bogor, Indonesia ID: Faculty of Fisheries and Marine Sciences IPB. p 181-186. Reppie E, Sitanggang EP. 2011. Pendugaan potensi dan musim penangkapan ikan julung-julung dengan soma giop roa di Perairan Selat Bangka Kabupaten Minahasa Utara. Pacific J. 16: 1010-1014. Ricker WE. 1975. Computation and interpretation of biologycal statistic of fish population. Bull. Fish. Resh. Bd. Can. 283 p. Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. 270 hlm. Schreck CB, Moyle PB. 1990. Methods for Fish Biology. American Fisheries Society. Bethesda. Maryland. USA. 684 p. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. PT. Raja Grafindo Persada. 257 hlm. Sondita MFA. 2010. Manajemen Sumberdaya Perikanan. Edisi 2. Universitas Terbuka. Jakarta. 430 hlm. Soumokil A. 1996. Telaah beberapa parameter populasi ikan momar putih Decapterus russelli di perairan kecamatan Amahai, Maluku Tengah dan alternatif pengelolaannya [tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku 1: Manual. Pusat Penelitian Pengembangan Perikanan. Jakarta ID. Terjemahan dari: Introduction to Tropical Fish Stock Assesment, Part 1- Manual. Subani W, Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Laut Indonesia. Jurnal penelitian perikanan laut edisi khusus no 50 tahun 1989. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. 248 hlm. Sudibyo 1998. Studi tentang pengaruh berbagai faktor input terhadap hasil tangkapan mini purse seine di Pekalongan [tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Sugiarta I. 1992. Model optimasi teknis unit penangkapan mini purse seine di Pengabengan Kabupaten Jembrana Bali [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Suyasa IN. 2007. Keberlanjutan dan produktivitas perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai Utara Jawa [disertasi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Syafrin N. 1993. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha penangkapan ikan [tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Talwar PK. 1962. A contribution to the Biology of the Halfbeak, Hyporhamphus georgii C.V. Hemirhamphidae. Indian J. Fish. 9A:168-196. Talwar PK. 1967. Stuies on the biology of Hemirhamphus marginatus Forskal Hemirhamphidae-Pisces. Central Marine Recearch Institute, Mandapan Camp. J. Mar. Bio.Ass.Indian. 9 1: 61-69. Taurusman AA. 2011. Pengujian indikator ekologi perikanan berkelanjutan: struktur komunitas hasil tangkapan ikan di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Bulitin PSP. 191:1-12. Triharyuni S, Trihargiyatno I. 2012. Model produksi jaring arad di pantai utara Jawa yang berbasis di Pekalongan. J. Lit. Perikanan. Ind.18 4: 205-212. Triharyuni S, Wijoyopriono, Prasetyo AP, Puspasari R. 2012. Model produksi dan laju tangkap kapal bouke ami yang berbasis di PPN Kejawanan, Cirebon Jawa Barat. J. Lit. Perikanan. Ind.18 3: 135-142. Turkmen M, Erdogan O, Yildirim A, Akyurt I. 2002. Reproductive tactics, age and growth of Capoeta capoeta umbla Heckel 1834 from the Askale Region of the Karsu rivers. Turkey. Fisheries Research. 54: 317-328. Udupa KS. 1986. Statistical methods of estimating the size at first maturity in fishes. Fish byte. 42: 8-10. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Jakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan. 55 hlm. Widodo J. 2001. Model-Model Surplus Produksi untuk Mengestimasi Hasil Tangkapan Maksimum Lestari Maximum Sustainable Yield-MSY. Penuntun Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Perairan Indonesia BRKP- DKP dan P2O-LIPI. Jakarta. p 49-60. Wilson JC, Saade E, Green CD. 2002. UNCLOS Survey-An Expert Team Needs Integrated Specialised Tools. The Hydrographic Journal No. 16. 9- 12. Wiryawan B, Wisudo SH, Baskoro MS. 2008. Permasalahan dalam implementasi konsep pengembangan perikanan terpadu. Buletin PSP. 172: 321-340. Wootton RJ. 1990. Ecology of Teleost Fishes. Chapman and Hall. London GB: 404 p. Wujdi A, Suarso, Wudianto. 2012a. Hubungan panjang bobot, faktor kondisi dan struktur ukuran ikan lemuru Sardinella lemuru Bleeker, 1853 di perairan Selat Bali. Bawal. 4 2: 83-89. Wujdi A, Suarso, Wudianto. 2012b. Beberapa parameter populasi ikan lemuru Sardinella lemuru Bleeker, 1853 di perairan Selat Bali. Bawal. 4 3: 177-184. Yamaji I. 1979. Illustrations of The Marine Plankton of Japan. Hoikusha. Osaka, 540 p. Yulistyo. 2006. Analisis kebijakan pengembangan armada penangkapan ikan berbasis ketentuan perikanan yang bertanggung jawab di Ternate, Maluku Utara [disertasi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Yusron E, Sumadhiharga K. 1987. Penangkapan Ikan Julung Hemiramphus commersoni dengan Jaring Giob di Teluk Piru Maluku Tengah. Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanografi-LIPI. 18 hlm. LAMPIRAN Lampiran 1 Peta lokasi penelitian Lampiran 2 Dokumentasi kegiatan operasi alat tangkap giob a. Kapal giob bodi susun b. Kapal giob bodi batang c. Pengejaran gerombolan ikan d. Pelepasan alat tangkap e. Penarikan alat tangkap f. Ikan terkurung di bagian kantong g.Hasil tangkapan dimasukkan ke palka h. Keranjang sebagai takaran Lampiran 3 Dokumentasi pengolahan dan distribusi produk julung-julung a. Gedung tungku pengasapan b. Jepitan julung-julung dari bambu c Batang mangrove sebagai kayu bakar d. Proses pengasapan e Produksi julungjulung asap kering d. Distribusi produksi julung-julung Lampiran 4 Dokumentasi kegiatan analisis sampel ikan di Laboratorium a. Kegiatan analisis sampel b. Sampel julung-julung c.Peralatan bedah dan contoh gonad d. Contoh isi lambung julung-julung e.Contoh telur julung-julung f. Contoh testis julung-julung Lampiran 5 Sebaran frekuensi panjang ikan julung-julung yang tertangkap dengan giob di perairan Kayoa, November 2011-Oktober 2012 a. Ikan julung-julung jantan Nilai Tengah Panjang mm Bulan Nov Dese Jan Feb Mart April Mei Juni Juli Agust Sept Okt 139 2 1 1 3 149 4 2 9 159 1 7 3 20 12 7 5 1 1 1 1 169 7 8 7 31 49 9 41 32 10 27 5 2 179 7 9 8 18 25 14 30 18 27 22 27 16 189 11 13 11 23 14 35 24 36 17 34 29 25 199 3 12 7 9 2 14 1 2 8 5 11 13 209 1 4 2 6 3 5 1 1 2 3 5 219 1 1 229 1 1 1 1 Jlh. 30 57 45 111 117 77 104 94 65 89 76 63 b. Ikan julung-julung betina Nilai Tengah Panjang mm Bulan Nov Dese Jan Feb Mart April Mei Juni Juli Agust Sept Okt 143 2 151 1 1 159 2 1 3 3 3 1 3 1 167 4 1 1 7 7 9 6 5 2 2 3 175 7 1 2 6 5 15 6 12 11 9 1 3 183 13 7 4 12 4 28 19 29 40 34 32 22 191 4 4 2 6 10 13 3 9 15 6 34 22 199 2 3 3 1 2 7 1 5 16 9 6 34 207 1 3 215 2 2 1 2 Jlh. 30 19 15 39 34 75 36 63 86 60 74 87 Lampiran 6 Tingkat kematangan gonad ikan julung-julung berdasarkan kategori matang gonad dan belum matang gonad pada setiap selang kelas a. Ikan julung-julung jantan Selang Kelas Nilai Tengah Panjang mm Jumlah Contoh ikan ekor Tingkat Kematangan Gonad Jumlah TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V Belum MG ekor MG ekor 136 - 142 139 1 1 1 143 - 149 146 11 6 5 5 6 150 -156 153 20 2 7 11 13 7 157 -163 160 59 4 5 7 20 23 32 27 164 -170 167 233 20 31 49 66 67 118 115 171- 177 174 216 13 17 44 113 29 59 157 178 - 184 181 205 16 26 52 67 44 86 119 185 -191 188 142 3 4 14 100 21 28 114 192 - 198 195 22 2 2 14 4 6 16 199 -205 202 19 1 6 12 13 6 Jumlah 928 59 85 168 399 217 361 567 b. Ikan julung-julung betina Selang Kelas Nilai Tengah Panjang mm Jumlah Contoh ikan ekor Tingkat Kematangan Gonad Jumlah TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V Belum MG ekor MG ekor 139 - 146 143 2 2 2 147 - 154 151 3 1 2 1 2 155 -162 159 12 1 1 7 3 4 8 163 -170 167 40 5 9 8 16 2 16 24 171 -178 175 68 1 17 16 23 11 29 39 179 - 186 183 254 6 82 71 80 15 103 151 187 - 194 191 122 1 24 31 61 5 30 92 195 -202 199 106 14 10 64 18 32 74 203 - 210 207 10 2 5 3 5 5 211 -218 215 1 1 1 Jumlah 618 13 150 137 261 57 220 398 Lampiran 7 Jenis dan komposisi makanan ikan julung-julung No Jenis makanan Sampel ikan ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I Fitoplankton 48,3 41,67 36,3 51,0 41,0 73,3 70,0 60,0 47,3 56,0 1 Eucampia sp. 3,33 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2 Coscinodiscus sp. 23,33 18,0 3,3 21,3 10,7 8,0 1,7 4,0 10,0 6,0 3 Rhizosolenia sp. 18,33 6,7 19,7 17,0 1,7 25,3 4,7 16,7 3,3 5,0 4 Chaetoceros sp. 3,33 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5 Guinardia sp. 0,0 8,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6 Ceratium sp. 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 7 Gyrodinium sp. 0,0 0,0 10,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 8 Surirella sp. 0,0 0,0 3,3 0,0 2,7 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 9 Thalasionema sp. 0,0 0,0 0,0 1,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 10 Trichodesmium sp. 0,0 0,0 0,0 8,0 14,3 20,0 37,3 19,3 21,3 16,7 11 Thalassiotrix sp. 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 12 Coconeis sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 13 Nitzschia sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 10,0 4,0 3,3 4,7 25,0 14 Hemiaulus sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 15 Richelia sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 16 Gonyodoma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 17 Protoceratium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 18 Peridinium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 19 Navicula sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 20 Melosira sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,3 3,3 1,3 3,3 21 Pleurosigma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4,3 3,3 0,0 0,0 22 Bacillaria sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 23 Thalassiosira sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 24 Leptocylindrus sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 3,3 0,0 25 Climacodium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 26 Amphora sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 27 Dactyliosolen sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 28 Asterionella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 29 Streptotheca sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 30 Dinophysis sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 31 Diatoma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 32 Climacospheina sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 33 Halosphaera sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 34 Gomphonema sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 35 Fragilaria sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 36 Limcophora sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Lampiran 7 lanjutan No Jenis makanan Sampel ikan ke- 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 I Fitoplankton 69,3 63,7 53,7 69,3 47,3 46,7 54,0 44,7 53,0 38,3 1 Eucampia sp. 15,0 0,0 6,7 3,3 0,0 1,7 3,3 1,7 2,0 0,0 2 Coscinodiscus sp. 1,7 0,0 6,7 9,3 0,0 0,0 5,7 0,0 0,0 0,0 3 Rhizosolenia sp. 17,7 10,0 16,7 13,3 15,0 1,7 8,3 15,0 6,7 3,7 4 Chaetoceros sp. 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5 Guinardia sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 0,0 6 Ceratium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 7 Gyrodinium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 8 Surirella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 6,7 0,0 5,0 0,0 9 Thalasionema sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 10 Trichodesmium sp. 13,3 22,0 5,3 18,3 18,7 16,7 15,0 9,7 4,7 13,3 11 Thalassiotrix sp. 11,7 0,0 6,7 3,3 2,0 0,0 0,0 3,3 1,3 0,0 12 Coconeis sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 13 Nitzschia sp. 6,7 26,7 0,0 6,7 1,7 13,3 3,3 5,0 22,7 18,0 14 Hemiaulus sp. 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 15 Richelia sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 16 Gonyodoma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 17 Protoceratium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 18 Peridinium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 19 Navicula sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 2,7 0,0 20 Melosira sp. 0,0 0,0 11,7 0,0 0,0 0,0 3,3 6,7 0,0 3,3 21 Pleurosigma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 22 Bacillaria sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 23 Thalassiosira sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 24 Leptocylindrus sp. 0,0 1,7 0,0 3,3 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 25 Climacodium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 26 Amphora sp. 0,0 3,3 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 27 Dactyliosolen sp. 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 28 Asterionella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 29 Streptotheca sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 10,0 0,0 3,3 2,7 0,0 30 Dinophysis sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 2,0 0,0 31 Diatoma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 32 Climacospheina sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 33 Halosphaera sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 34 Gomphonema sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 35 Fragilaria sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 36 Limcophora sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Lampiran 7 lanjutan No Jenis makanan Sampel ikan ke- 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 I Fitoplankton 58,7 58,7 49,0 32,0 51,0 44,3 32,7 60,0 41,7 73,3 1 Eucampia sp. 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 3,3 2 Coscinodiscus sp. 5,3 3,3 3,3 0,0 6,7 0,0 3,3 0,0 0,0 3,3 3 Rhizosolenia sp. 2,7 8,3 6,7 6,7 0,0 6,7 6,0 13,3 0,0 13,3 4 Chaetoceros sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5 Guinardia sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6 Ceratium sp. 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 7 Gyrodinium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 8 Surirella sp. 0,0 2,0 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 0,0 9 Thalasionema sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 10 Trichodesmium sp. 27,0 16,7 12,3 14,0 15,0 20,3 2,0 16,7 12,0 24,7 11 Thalassiotrix sp. 0,0 1,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 12 Coconeis sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 13 Nitzschia sp. 7,0 22,0 8,3 9,7 27,3 8,7 18,0 16,7 24,7 25,3 14 Hemiaulus sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 15 Richelia sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 16 Gonyodoma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 17 Protoceratium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 18 Peridinium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 19 Navicula sp. 0,0 0,0 6,7 1,7 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 20 Melosira sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 21 Pleurosigma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 22 Bacillaria sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 23 Thalassiosira sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 24 Leptocylindrus sp. 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 25 Climacodium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 26 Amphora sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 27 Dactyliosolen sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 28 Asterionella sp. 6,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 29 Streptotheca sp. 3,3 1,7 8,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 30 Dinophysis sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 31 Diatoma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 32 Climacospheina sp. 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 33 Halosphaera sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 34 Gomphonema sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 35 Fragilaria sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 36 Limcophora sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Lampiran 7 lanjutan No Jenis makanan Sampel ikan ke- Rata-rata 31 32 33 34 35 36 37 I Fitoplankton 61,3 74,7 60,0 63,3 75,0 75,0 41,3 54,5 1 Eucampia sp. 0,0 10,0 0,0 0,0 10,0 0,0 0,0 1,90 2 Coscinodiscus sp. 0,0 0,0 6,7 10,0 1,7 0,0 0,0 4,68 3 Rhizosolenia sp. 15,3 18,7 6,0 10,0 10,0 13,3 0,0 9,82 4 Chaetoceros sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,23 5 Guinardia sp. 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,36 6 Ceratium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,27 7 Gyrodinium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,27 8 Surirella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,89 9 Thalasionema sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,04 10 Trichodesmium sp. 17,3 23,3 22,3 30,3 12,7 16,7 12,7 15,41 11 Thalassiotrix sp. 6,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,07 12 Coconeis sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,18 13 Nitzschia sp. 18,7 9,3 5,0 1,7 20,7 33,3 16,7 11,55 14 Hemiaulus sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,23 15 Richelia sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,09 16 Gonyodoma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,09 17 Protoceratium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,05 18 Peridinium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,14 19 Navicula sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,79 20 Melosira sp. 0,0 0,0 0,0 3,3 6,7 0,0 0,0 1,29 21 Pleurosigma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,21 22 Bacillaria sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,18 23 Thalassiosira sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,14 24 Leptocylindrus sp. 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 6,7 0,0 0,90 25 Climacodium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,09 26 Amphora sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,27 27 Dactyliosolen sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,09 28 Asterionella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,23 29 Streptotheca sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 5,3 1,03 30 Dinophysis sp. 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 0,32 31 Diatoma sp. 0,0 0,0 0,0 1,3 6,7 5,0 3,3 0,58 32 Climacospheina sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,14 33 Halosphaera sp. 0,0 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,27 34 Gomphonema sp. 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,09 35 Fragilaria sp. 0,0 6,7 10,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,54 36 Limcophora sp. 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,09 Lampiran 7 lanjutan No Jenis makanan Sampel ikan ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 II Zooplankton 6,67 17,0 5,7 8,0 17,0 0,0 0,0 8,0 3,3 13,3 1 Calanus sp. 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 2 Branchionus sp. 3,3 8,3 0,0 6,7 4,7 0,0 0,0 3,3 3,3 1,7 3 Synchaeta sp. 0,0 0,7 0,0 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4 Favella sp. 0,0 8,0 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5 Clamydodon sp. 0,0 0,0 3,3 1,3 4,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6 Leptrotintinus sp. 0,0 0,0 2,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,7 0,0 0,0 7 Evadne sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4,0 0,0 0,0 8 Tintinnopsis sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 9 Xystonella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 10 Sagitella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 11 Agalma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 12 Helicostomella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 13 Parafavella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 14 Rhabdonella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 15 Eucalanus sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 16 Tintinnidium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 III Krustasea 28,33 41,3 10,0 4,7 15,3 4,0 10,0 23,3 12,0 16,7 IV Serasah 16,67 0,0 48,0 27,7 26,7 22,7 20,0 8,7 35,3 14,0 V Sisik 0,0 0,0 0,0 8,7 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 0,0 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Lampiran 7 lanjutan No Jenis makanan Sampel ikan ke- 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 II Zooplankton 6,7 10,0 26,7 0,7 15,0 10,0 13,7 16,7 5,3 20,0 1 Calanus sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2 Branchionus sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 3,3 13,3 0,0 1,7 3 Synchaeta sp. 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 0,0 4 Favella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5 Clamydodon sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6 Leptrotintinus sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 3,3 5,0 3,3 0,0 1,7 7 Evadne sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 8 Tintinnopsis sp. 0,0 6,7 0,0 0,7 0,0 0,0 5,3 0,0 3,3 10,0 9 Xystonella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 10 Sagitella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 11 Agalma sp. 6,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 12 Helicostomella sp. 0,0 0,0 13,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 13 Parafavella sp. 0,0 0,0 13,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 14 Rhabdonella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 0,0 15 Eucalanus sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 16 Tintinnidium sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 III Krustasea 3,3 8,7 5,0 1,7 18,3 10,0 1,7 18,7 16,0 6,7 IV Serasah 17,3 17,7 14,7 28,3 19,3 33,3 30,7 16,7 25,7 35,0 V Sisik 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Lampiran 7 lanjutan No Jenis makanan Sampel ikan ke- 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 II Zooplankton 22,7 10,7 1,7 19,3 23,3 15,3 15,3 10,0 13,3 4,7 1 Calanus sp. 0,0 4,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2 Branchionus sp. 3,3 0,0 0,0 6,7 3,3 6,7 0,0 0,0 0,0 0,0 3 Synchaeta sp. 4,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4 Favella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5 Clamydodon sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6 Leptrotintinus sp. 2,0 3,3 1,7 8,0 6,7 0,0 3,3 0,0 5,0 4,7 7 Evadne sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 12,0 0,0 0,0 0,0 8 Tintinnopsis sp. 5,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 9 Xystonella sp. 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 3,3 0,0 6,7 0,0 0,0 10 Sagitella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 11 Agalma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 12 Helicostomella sp. 3,3 0,0 0,0 1,3 6,7 0,0 0,0 0,0 1,7 0,0 13 Parafavella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 14 Rhabdonella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 15 Eucalanus sp. 3,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 16 Tintinnidium sp. 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 3,3 0,0 0,0 III Krustasea 2,0 11,3 12,0 3,7 0,0 17,7 36,0 6,7 0,0 0,0 IV Serasah 16,7 19,3 37,3 45,0 25,7 22,7 16,0 23,3 45,0 22,0 V Sisik 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Lampiran 7 lanjutan No Jenis makanan Sampel ikan ke- Rata-rata 31 32 33 34 35 36 37 II Zooplankton 5,3 5,3 9,3 16,7 1,7 0,0 10,0 10,5 1 Calanus sp. 0,0 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,34 2 Branchionus sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,97 3 Synchaeta sp. 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 0,63 4 Favella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,26 5 Clamydodon sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,28 6 Leptrotintinus sp. 0,0 0,0 1,3 1,7 1,7 0,0 6,7 1,77 7 Evadne sp. 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 0,0 0,0 0,84 8 Tintinnopsis sp. 0,0 3,3 6,7 1,7 0,0 0,0 0,0 1,51 9 Xystonella sp. 5,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,77 10 Sagitella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,09 11 Agalma sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,18 12 Helicostomella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,80 13 Parafavella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,50 14 Rhabdonella sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,18 15 Eucalanus sp. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,09 16 Tintinnidium sp. 0,0 0,0 1,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,26 III Krustasea 6,7 6,7 0,0 0,0 0,0 6,7 23,0 10,5 IV Serasah 26,7 13,3 30,7 20,0 23,3 18,3 22,3 23,9 V Sisik 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,6 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 Lampiran 8 Aplikasi program FISAT untuk penentuan koefisien L dan K a. Ikan julung-julung jantan b. Ikan julung-julung betina c. Ikan julung-julung gabungan jantan, betina Lampiran 9 Aplikasi program FISAT menggunakan rumus empiris Pauly untuk penentuan mortalitas alami a. Ikan julung-julung jantan b. Ikan julung-julung betina c. Ikan julung-julung gabungan jantan, betina Lampiran 10 Dimensi utama kapal giob di Kayoa Halmahera Selatan No. Nama Kapal Dimensi utama Tonage Mesin Panjang m Lebar m Dalam m 1 Tiga Putra 12,50 1,00 0,30 6,0 1 2 Fajar 11,00 2,20 1,00 10,5 1 3 Rahmat 14,00 1,50 0,30 10,5 1 4 Barebo 15,00 1,00 1,00 15,0 1 5 Tabayama 14,00 3,00 1,50 15,0 2 6 Manatahan 13,00 1,00 0,35 4,5 1 7 Makayoa 11,60 0,91 1,00 4,5 1 8 Lintas 13,50 1,15 0,75 7,5 1 9 Tiga Putri 11,00 1,30 0,75 7,5 1 10 Rio Dano 13,00 2,30 1,00 12,0 2 11 Putra Bahari 12,50 2,00 1,00 6,0 1 12 Cahaya Talimau 12,00 2,00 0,75 4,5 1 Lampiran 11 Faktor-faktor teknis produksi perikanan giob Produksi kgbln Panjang jaring m BBM ltrbln Trip bln Kekuatan mesin HP Ukuran kapan GT ABK org 933 200 313 15 40 6,0 7 1683 210 317 17 40 10,5 8 4790 250 653 20 40 10,5 9 2497 200 583 20 40 15,0 7 5027 250 657 18 80 15,0 12 1750 198 307 15 40 4,5 8 1233 225 347 15 25 4,5 7 1847 285 438 15 40 7,5 10 2943 255 448 17 40 7,5 7 920 300 428 18 80 12,0 11 630 225 415 15 40 6,0 7 903 195 221 15 25 4,5 7 Lampiran 12 Analisis usaha unit perikanan giob milik nelayan Kayoa ukuran 4,5 GT, 10,5 GT dan 15 GT Uraian 4.5 GT 10.5 GT 15 GT Investasi 1.1 Kapal penangkap 36,000,000 80,000,000 120,000,000 1.2 Mesin 27,400,000 35,400,000 70,800,000 1.3 Jaring 75,000,000 100,000,000 125,000,000 1.4 Keranjang ikan 250,000 250,000 250,000 1.5 Jerigen 200,000 300,000 300,000 1.6 Tungku pengasapan 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Jumlah 140,350,000 217,450,000 317,850,000 Biaya Tetap Biaya penyusutan 2.1.1 Penyusutan kapal 2,400,000 5,333,333 8,000,000 2.1.2 Penyusutan mesin 1,826,667 2,360,000 4,720,000 2.1.3 Penyusutan jaring 5,000,000 6,666,667 8,333,333 2.1.4 Penyusutan keranjang ikan 16,667 16,667 16,667 2.1.5 Penyusutan jerigen 13,333 20,000 20,000 2.1.6 Tungku pengasapan 100,000 100,000 100,000 Jumlah 9,356,667 14,496,667 21,190,000 Biaya Peawatan 2.2.1 Perawatan kapal 1,000,000 1,500,000 3,000,000 2.2.2 Perawatan mesin 750,000 1,000,000 2,000,000 2.2.3 Perawatan jaring 152,000 1,500,000 1,500,000 2.2.4 Perawatan tungku pengasapan 200,000 200,000 200,000 Jumlah 2,102,000 4,200,000 6,700,000 Biaya tidak tetap 3.1 Minyak Tanah 13,770,000 18,360,000 36,720,000 3.2 Bensin 8,160,000 10,200,000 20,400,000 3.3 Oli 3,570,000 7,140,000 14,280,000 3.4 Bambu penjepit 1,000,000 1,000,000 1,000,000 3.5 Kayua bakar 2,000,000 2,000,000 2,000,000 3.5 Upah ABK 33,949,125 97,949,250 101,776,500 Jumlah 62,449,125 136,649,250 176,176,500 Total Biaya 214,257,792 372,795,917 521,916,500 Lampiran 13 Cash flow usaha perikanan giob milik nelayan Kayoa berukuran 4,5 GT Uraian Tahun Operasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Arus Masuk

1.1 Nilai produk 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 1.2 Nilai sisa - - - - - Jumlah Pemasukan 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 113.130.000 2. Arus keluar

2.1 Biaya Investasi