Kontribusi nilai faktor koreksi fk dan faktor bentuk fb

49 penurunan kecepatan laju panas karena meningkatan densitas insulasi polyurethane,adalah : q’ = q x fk, x T T kA q 2 1 − = x fk …......…….……… 7 Koreksi luas permukaan bujur sangkar karena perubahan bentuk faktor bentuk, fb : q’ = q x fb, x T T kA q 2 1 − = x fb ......................... 8 Jika diasumsikan, baik densitas insulasi maupun bentuk kubus dari kotak di atas diubah menjadi kotak berbentuk persegipanjang volume sama dengan densitas insulasi lebih besar, maka akan diperoleh persamaan : fb fk x T T kA q • • − = 2 1 ………………………. 9 Perubahan kecepatan laju panas di atas dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan palka kapal ikan atau peti berpendingin yang menggunakan insulasi polyurethane.

4.2.8 Perbandingan daya simpan ruang muat

Perbandingan daya simpan ruang muat antara ruang berinsulasi polyurethane dengan ruang muat tanpa insulasi ruang hanya berdinding kayu, dapat diketahui dari jumlah es yang mencair persatuan waktu. Ilyas 1988, menjelaskan tentang kecepatan pencairan es yang bersumber pada data ice in fisheries 1975, bahwa untuk peti kayu dengan kapasitas 10 kg, es akan mencair 4 kg pada suhu udara luar 30 o C selama 12 jam, dan 3,5 kg pada suhu udara luar 25 o C dalam waktu yang sama. Sebuah peti berinsulasi polyurethane dengan kapasitas yang sama dengan peti kayu di atas, dapat diperbandingkan kemampuannya dalam menahan penetrasi panas dari luar. Peti berinsulasi tersebut terdiri atas dinding insulasi bermaterial polyurethane dengan tebal dinding 0,03 m dengan densitas material ρ = 30 kgm 3 . Hasil pengukuran pada peti berinsulasi tersebut diperoleh rata-rata pencairan es 2,181 kg per 24 jam pada suhu rata-rata T = 27,4 o C. 50 Perbandingan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menyetarakan besar satuan dari kedua jenis peti tersebut dengan cara interpolasi data. Interpolasi data untuk mendapatkan jumlah es yang mencair pada suhu T = 27,4 o C dari peti kayu, dapat dilakukan sebagai berikut : x 1 = 25 o C, y = 3,5 kg x 2 = 30 o C, y = 4 kg x 3 = 27,4 o C, y = ........ 5 , 3 4 25 30 25 4 , 27 5 , 3 − − − + = y y = 3,74 kg per 12 jam atau y =7,48 kg per 24 jam. Berdasarkan ketentuan rasio Stowage Rate untuk muatan ikan curah adalah 2 tonm 3 , maka kapasitas 10 kg memiliki ruang muat bersih sebesar 20 lt dengan luas permukaan ruang 0,66 m 2 . Luas permukaan luar 0,335 x 0,33 x 0,33 m 3 dengan tebal dinding 0,03 m. Penyetaraan juga perlu dilakukan jika kedua model peti tersebut diaplikasikan ke dalam bentuk ruang palka dengan volume yang lebih besar. Shawyer dan Pizzali 2003, menjelaskan bahwa perubahan bentuk ruang yang berakibat pada perubahan bentuk luas permukaan bersifat proporsional terhadap jumlah es yang mencair. Dua buah kotak A dan B dengan tebal dinding yang sama, di mana kotak B memiliki luas permukaan 3,44 kali lebih besar dari ruang A, maka jumlah es yang mencair dari kotak B adalah 3,44 kali lebih besar dari jumlah es yang mencair di kotak A. Berdasarkan prinsip perubahan bentuk di atas dapat pula diperkirakan perbedaan kemampuan daya tahan penetrasi panas dari sebuah palka dengan menggunakan dasar perhitungan daya tahan panas dari kedua jenis peti yang dihitung. Diambil sebuah contoh ukuran palka ikan dari data survei, yaitu 1,6 x 2,1 x 2,2 m 3 atau 7,392 m 3 . Jika diambil contoh bahwa palka ikan digunakan untuk muatan ikan secara curah, maka digunakan ketentuan rasio Stawage Rate 2 tonm 3 untuk menentukan jumlah muatan ikan dan es, diperoleh jumlah muatan 3,7 ton. Jika perbandingan es-ikan 1 : 2, maka jumlah es yang harus dimuat dalam palka adalah 1232 ton.