Pembahasan .1 Proses pembuatan insulasi
37 Gambar 11 Busa polyurethane keluar dari celah-celah dinding karena adanya
tekanan saat proses pengembangan. Masalah lain yang dihadapi saat fabrikasi dinding insulasi adalah tekanan
yang kuat dapat merusak papan dinding palka, dan terlepas dari paku atau baut yang mengikatnya. Terdapat beberapa jenis kayu yang biasa digunakan untuk
dinding palka antara lain laban, meranti, merbau, bangkiray dan sebagainya. Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan kayu yang digunakan sebagai dinding
palka adalah kayu meranti batu, sedangkan untuk geladak menggunakan kayu merbau. Berdasarkan Peraturan Kapal Kayu BKI 1996, kayu meranti batu
memiliki spesifikasi teknis dengan Kelas Kuat II – IV. Berdasarkan kelas ini, berat jenis kering udara berkisar antara 0,9 – 0,3 dengan kukuh lentur mutlak
klm 1100 -360 kgcm
2
dan kukuh tekanan mutlak ktm 650 – 215 kgcm
2
. Sedangkan untuk Merbau berada pada Kelas Kuat I – II, dengan berat jenis kering
udara berkisar antara ≥ 0,9 – 0,6 dengan kukuh lentur mutlak klm ≥ 1100 -725
kgcm
2
dan kukuh tekanan mutlak ktm ≥ 650
– 425 kgcm
2
Hal ini menunjukkan bahwa secara teknis, kayu yang digunakan cukup kuat menahan
gaya deformasi karena tekanan busa polyurethane. Namun demikian pada tekanan tertentu tekanan busa polyurethane dapat berakibat pada perembesan material
busa ke cela-cela sempit atau terlepasnya sambungan antara papan dengan bagian konstruksi lainnya. Besarnya rentang nilai dalam Kelas Kuat tersebut juga
dijelaskan oleh Damanik 2005, dengan kriteria yang sama. Jika dikehendaki untuk menaikan densitas insulasi lebih tinggi dari nilai di
atas, harus dipertimbangkan untuk menggunakan sistem hubungan konstruksi kapal yang lebih baik, sehingga mampu menahan gaya deformasi saat terjadi
proses pengembangan material larutan polyurethane. Selain faktor tekanan busa
38 polyurethane, hal lain yang perlu diperhatikan adalah efektifitas penambahan
densitas larutan tersebut, di mana pada batas-batas tertentu kenaikan densitasnya justru menaikan nilai konduktivitas termalnya. Kenaikan nilai konduktivitas
termal ini akan menurunkan kemampuan insulasinya. Tentang pengaruh densitas, Bing 2006 menjelaskan, bahwa pertambahan nilai konduktivitas termal tidak
proporsional dengan pertambahan densitas material. Untuk mendapatkan kondisi yang ideal dalam pembuatan dinding insulasi
berbahan polyurethane, maka nelayan pengrajin kapal tradsional melakukan uji coba dalam menggunakan larutan yang akan dituang. Berdasarkan pengalaman
yang mereka peroleh, mereka membuat dinding insulasi dengan cara yang sama untuk kapal-kapal yang lain. Prosedur pembuatan ini dituturkan oleh pemilik
galangan kapal UD. Karyamina Putra. UD. Karya mina Putra telah beroperasi dalam bidang pembuatan kapal ikan ikan tradisonal dalam kurun waktu puluhan
tahun di Kab. Batang Propinsi Jawa Tengah. Beberapa nelayan di pesisir laut utara Jawa Tengah banyak yang mempercayakan pembuatan kapalnya di galangan
tersebut.