12 di Indonesia. Jumlah yang besar tersebut akan memberikan konstribusi yang besar
pada sektor perekonomian daerah secara khusus dan ekonomi nasional secara umum.
14
13
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Efisiensi
Arti efisiensi menurut Antoni K. Muda 2003, efisiensi adalah biaya- biaya input untuk satu unit output yang dihasilkan. Menurut Taswa dan Ahmadi
2007, efisiensi dengan lambang ή adalah suatu ukuran yang digunakan pada proses transfer energi. Efisiensi adalah perbandingan antara energi yang berguna
dengan energi yang masuk ke dalam sistem atau mesin. Dengan kata lain efisiensi adalah sama dengan daya keluaran yang berguna dibagi dengan daya yang masuk.
2.2 Bahan Insulasi
Sifat-sifat yang diperlukan oleh insulasi agar berfungsi dengan baik dan aman, dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1 Beberapa sifat yang diinginkan dimiliki oleh insulasi Ilyas 1992
Sifat Kualitas
a. Konduktivitas termal b. Penyerapan uap air, permeabilitas terhadap air
c. Pemindahan uap air d. Ketahanan terhadap api
e. Nilai keselamatan f. Sifat-sifat mekanik
g. Ketahanan terhadap penyebab kebusukan, kerusakan, lapuk dan kapang.
h. Densitas, kgm
3
i. Ketahanan terhadap bahan kimia j. Harga awal dan biaya pemasangan
k. Kekuatan patah melintang KNmmm l. Batas suhu tinggi-rendah
m.Sifat-sifat higienik, dan lain-lain Rendah
Rendah Rendah, awet biarpun basah
Tahan api Tinggi
Baik Rendah
Tinggi Murah
Tinggi Deretnya luas
Tidak membahayakan kesehatan, tidak berbau
mudah ditangani
Sifat-sifat yang diinginkan itu umumnya dimiliki oleh polyurethane dan polystyrene
; dengan tambahan catatan bahwa polyurethane tahan akan bahan kimia, pelumas dan pelarut; lazimnya dapat terbakar, tetapi dapat dibuat tahan api;
dapat dipasok dalam bentuk panel, dibentuk di tempat atau disemprotkan. Sedangkan Polystyrene tahan asam encer dan alkali pekat tetapi tidak tahan
terhadap pelumas, bensin, hidrokarbon diklorinasi dan alifatik, aromatik, terbakar dengan lambat, bersih mudah dikeringkan, tahan lama. Dengan memperhatikan
sifat dan ciri di atas, perlu pula dipertimbangkan beberapa faktor dalam memilih
14 bahan insulasi, antara lain : 1 Ketepatan dan kecocokan sesuai dengan fungsi
insulasi pada ruangan yang direfrigrasi, untuk lantai, dinding atau loteng dan lain- lain ; untuk refrigasi di kapal atau untuk fasilitas di darat, 2 Harga awal dan
biaya pemasangan, 3 Biaya pengoperasian refrigrasi, pemeliharaan, perbaikan, dan penyusutan, 5 Keadaan iklim, cuaca, suhu dan kelembaban, 4 Daya awet
yang diinginkan, untuk bangunan permanen atau sementara, dan 6 Suhu dalam kamar yang direfrigasi Ilyas 1992.
Busa kaku Polyurethane PUR adalah rangkaian silang polymer yang cukup padat dengan susunan sel tertutup berupa gelembung dalam material,
dengan dinding tidak terputus, sehingga ada gas terkurung di dalamnya. Gas tersebut adalah Clorofluoromethane di mana gas tersebut memiliki sifat
konduktifitas termal lebih rendah dari udara. Dengan demikian bentuk sel tertutup akan mempunyai nilai konduktivitas termal lebih rendah secara signifikan dari
pada busa dengan sel terbuka. Bagaimanapun juga, untuk mempertahankan konduktivitas termal yang rendah, gas dalam sel harus tidak mudah bocor, sebagai
konsekuensinya insulasi busa yang kaku memiliki tidak kurang dari 90 sel tertutup dan densitas di atas 30 kgm
3
. Busa kaku adalah kombinasi dari polyol dan cairan pengembang ditambah katalis dan Polyisocyanurate PIR Dellino
1997. Shawyer dan Pizzali 2003, menjelaskan bahwa standar busa kaku polyurethane
untuk keperluan ruang pendingin adalah 30 – 40 kgm
3
Polyurethane adalah jenis polimer yang dapat digolongkan ke dalam
polimer kondensasi sintetik. Cowd 1991, menjelaskan tentang pembentukan ikatan polyurethane, sebagai berikut :
. Pendapat relatif diberikan oleh Prager 1985, nilai medium densitas insulasi polyurethane
hasil test adalah 1,7 pounds per cubic foot atau berada pada kisaran 1,5 – 2 PCF untuk busa kaku polyurethane yang dibentuk di tempat.
Gugus isosianat, -NCO, merupakan gugus yang sangat reaktif dan dapat membentuk urethane dengan alkohol :
R.NCO+R’OH → R’NH.COO.R’
Jika diisosianat atau poliisosianat bereaksi dengan diol atau poliol senyawa polihidrat, akan terjadi polyurethane :