Perbandingan daya simpan ruang muat

50 Perbandingan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menyetarakan besar satuan dari kedua jenis peti tersebut dengan cara interpolasi data. Interpolasi data untuk mendapatkan jumlah es yang mencair pada suhu T = 27,4 o C dari peti kayu, dapat dilakukan sebagai berikut : x 1 = 25 o C, y = 3,5 kg x 2 = 30 o C, y = 4 kg x 3 = 27,4 o C, y = ........ 5 , 3 4 25 30 25 4 , 27 5 , 3 − − − + = y y = 3,74 kg per 12 jam atau y =7,48 kg per 24 jam. Berdasarkan ketentuan rasio Stowage Rate untuk muatan ikan curah adalah 2 tonm 3 , maka kapasitas 10 kg memiliki ruang muat bersih sebesar 20 lt dengan luas permukaan ruang 0,66 m 2 . Luas permukaan luar 0,335 x 0,33 x 0,33 m 3 dengan tebal dinding 0,03 m. Penyetaraan juga perlu dilakukan jika kedua model peti tersebut diaplikasikan ke dalam bentuk ruang palka dengan volume yang lebih besar. Shawyer dan Pizzali 2003, menjelaskan bahwa perubahan bentuk ruang yang berakibat pada perubahan bentuk luas permukaan bersifat proporsional terhadap jumlah es yang mencair. Dua buah kotak A dan B dengan tebal dinding yang sama, di mana kotak B memiliki luas permukaan 3,44 kali lebih besar dari ruang A, maka jumlah es yang mencair dari kotak B adalah 3,44 kali lebih besar dari jumlah es yang mencair di kotak A. Berdasarkan prinsip perubahan bentuk di atas dapat pula diperkirakan perbedaan kemampuan daya tahan penetrasi panas dari sebuah palka dengan menggunakan dasar perhitungan daya tahan panas dari kedua jenis peti yang dihitung. Diambil sebuah contoh ukuran palka ikan dari data survei, yaitu 1,6 x 2,1 x 2,2 m 3 atau 7,392 m 3 . Jika diambil contoh bahwa palka ikan digunakan untuk muatan ikan secara curah, maka digunakan ketentuan rasio Stawage Rate 2 tonm 3 untuk menentukan jumlah muatan ikan dan es, diperoleh jumlah muatan 3,7 ton. Jika perbandingan es-ikan 1 : 2, maka jumlah es yang harus dimuat dalam palka adalah 1232 ton. 51 Hasil perhitungan perbandingan daya tahan atau kemampuan dalam menahan penetrasi panas dari luar selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16. Hasil dari perhitungan menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kemampuan menahan penetrasi panas antara dinding kayu dengan dinding insulasi polyurethane. Pada prakteknya, dinding insulasi polyurethane pada umumnya tidak berdiri sendiri sebagai material pelapis ruang berpendingin. Insulasi polyurethane bersama-sama dengan dinding utama dan pelapis bagian dalam ruang, membentuk sebuah konstruksi penyimpanan yang efektif. Pada peti ikan yang bervolume kecil, keberadaan material tersebut sering diabaikan dalam perhitungan dan dianggap sebagai faktor keamanan. Ilyas 1988, menjelaskan bahwa material konstruksi peti yang terdiri dari beberapa lapis material sehingga nilai konduktivitas termalnya juga beragam, maka yang cukup diperhitungkan hanya lapisan insulasinya saja, lapisan lain dapat diabaikan sebgai tambahan faktor kemanan. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa kemampuan dari insulasi polyurethane akan jauh semakin baik dalam menahan penetrasi panas jika dibandingkan dengan dinding kayu, jika dinding insulasi tersebut digunakan bersama-sama dengan kayu membentuk konstruksi penyimpanan ruang berpendingin. Selain komposisi material, penggunaan insulasi dalam palka juga menyesuaikan ukuran ketebalan sesuai besar ruang palka. Menurut Baverly 1996, tebal minimum dinding insulasi palka ikan berbahan busa polyurethane adalah 13 cm. Pada pratek di lapangan, penggunaan ketebalan insulasi berada pada kisaran 10 – 20 cm. Berdasarkan standar tersebut maka penambahan ketebalan insulasi pada ukuran palka sebagaimana tercantum pada Tabel 16 akan menambah kemampuan menahan panas lebih signifikan dibandingkan dengan palka kayu tanpa insulasi. 52 Tabel 15 Perbandingan daya tahan panas pada peti kayu dan peti polyurethane Jenis Peti Luas Permukaan m 2 Suhu Udara Luar o C Jumlah Es Mencairhari kg q24 jam q jam Peti Kayu 0,66 27,4 7,48 598,4 24,93 Peti polyurethane 0,66 27,4 2,18 174,48 7,27 Tabel 16 Perbandingan daya tahan panas pada palka kayu dan palka polyurethane Kondisi Palka Luas Permukaan m 2 Suhu Udara Luar o C Jumlah Es Dalam Palka kg Jumlah Es Mencairhari kg Waktu Simpan hari Palka kayu 23 27,4 1232 261,3 5 Palka polyurethane 23 27,4 1232 76,2 16 Waktu simpan diasumsikan tergantung pada es lama mencair.

4.2.9 Pengaruh Efisiensi Palka Terhadap Perencanaan Awal Kapal

Formula hasil analisis perhitungan tentang perubahan geometris kotak kubus sebagaimana disebutkan sebelumnya, dapat diterapkan juga untuk keperluan ruang palka. Penerapan formula tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan koreksi terhadap geometris kotak sesuai dengan karakter bentuk lengkung kapal di bagian tengah midship section. Pembedaan karakter atau kriteria teknis akibat perubahan nilai BD dapat diperoleh dengan mudah melalui program Delfship. Sebagai contoh, dihitung salah satu data dari kapal pembanding yaitu Lshp = 18 m dan V =50 m 3 yang bersumber dari Fyson 1985, maka dari nilai BD = 1,6 dan BD = 1,8 diperoleh gambar body plan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13. 53 a BD = 1,6 b BD = 1,8 Gambar 13 Perbedaan body plan dari ke dua bentuk kapal karena perbedaan nilai BD. Bentuk ruang terkoreksi tersebut berhubungan dengan parameter coeficient block Cb dan coeficient midship Cm. Menurut Tupper 2002, hubungan dari kedua parameter tersebut dapat dijelaskan : Cb = V B.T.Lpp dan Cm = AmB.d …………….. 10 di mana : V = volume displasemen m 3 Lpp = panjang antar garis tegak m Am = luas midship m 2 , B = lebar kapal m d = tinggi sarat kapal m . Berdasarkan hubungan parameter di atas, maka dapat dijelaskan bahwa nilai Cb kapal tidak sama dengan Cb palka dan volume yang dihitung adalah volume kapal bukan volume palka, tetapi luas midship kapal Am adalah sama dengan luas permukaan melintang palka pada batas sarat T atau D jika diambil asumsi nilai T naik sebatas nilai D. Hal ini disebabkan karena karakter perbandingan BD kapal sama dengan BD palka. Berdasarkan uraian ini, untuk mempertahankan agar volume desain palka dari metode baru tersebut tidak mengalami perubahan ketika terintegrasi dalam perhitungan volume kapal, maka perkalian matrik volume palka harus dibagi dengan nilai Cm kapal. Koreksi nilai volume palka dengan nilai Cm, menghasilkan perubahan rumus perhitungan dari luas permukaan A, sebagai berikut :